Rabu, 23 Februari 2011

Pengenalan Gejala Klinis Tumor Otak

Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti manusia.
Betapa tidak; kita semua mengetahui bahwa otak merupakan organ sentral
yang sangat penting bagi kehidupan yang berguna; sementara orang bahkan
mengatakan bahwa manusia berbeda dari makhuk hidup lainnya terutama
karena fungsi otaknya. Dan tumor sampai saat ini merupakan jenis penyakit
yang belum dapat diatasi sepenuhnya oleh pengetahuan kedokteran, apalagi
bila temasuk jenis tumor yang ganas.
Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa diagnosis tumor otak selalu
merupakan vonis kematian bagi penderitanya; dewasa ini ilmu kedokteran
telah berkembang pesat, teknik diagnostik dan pengobatan terus menerus
disempurnakan, dan harapan hidup para penderitanya semakin meningkat.
Untuk lebih mengenali gejala klinis tumor otak sedini mungkin , sekaligus
memahami perangainya, maka beberapa waktu yang lalu Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto telah menyelenggarakan Simposium Tumor
Otak dengan PT Kalbe Farma sebagai sponsor tunggal. Dalam simpōsium ini
dibahas pule; cara-cara diagnosis, pengobatan - balk secara operasi maupun
cara-cara lainnya - dan tindakan rehabilitasi bagi para penderita tumor otak.
Simposium ini diadakan sebagai penyegar pengetahuan bagi para sejawat
agar tetap waspada terhadap kemungkinan penyakit ini, karena seperti juga
berlaku bagi penyakit lain pada umumnya, semakin dini penyakit diketahui,
semakin baik prognosisnya.
Selamat membaca.
PENDAHULUAN
Selama tahun 1988–1990 tereatat sejumlah 112 penderita
tumor otak berbagai jenis yang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta. Sebagian dari penderita tumor otak tersebut memang
path mulanya ditemukan di klinik Neurologi karena umumnya
menunjukkan gejala-gejala yang sifatnya neurologis.
Di kalangan medis pada umumnya sudah dikenal trias
gejala tumor otak yaitu nyeri kepala, muntah dan ditemukannya
edema papil pada pemeriksaan fundus. Tetapi sebenarnya gejala
klinis tumor otak sering tidak sejelas itu, apalagi pada fase dini.
Tumor otak bisa memberikan gejala klinis beragam tergantung
kepada lokasi dan ukurannya. Gejala itu bisa khas, tapi bisa pula
kabur, sehingga bila kita tidak waspada bisa terkecoh dengan
dugaan yang keliru.
Tulisan ini dimaksudkan agar kita bisa mengenali gejala
tumor otak secara lebih dini dengan penekanan pada gejala
spesifiknya, khususnya berkaitan dengan lokasi tumornya.
GEJALA TUMOR OTAK
Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada
usia dewasa muda atau pertengahan, jarang di bawah usia 10
tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan insidens
pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi
menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita.
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan
fungsi serebral akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang
meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi
jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang,
penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan
sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya
ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh.
Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung
beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan
interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan
semakin lama semakin sering dengan interval semakin
pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita
batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar
atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi
berbaring, dan berkurang bila duduk.
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi)
pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau
serabut saraf.
Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak
yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
Muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya
proyektil (menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan
jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala.
Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi
menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas
papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat,
pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputusputus.
Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita
sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih dahulu. Penyebab
edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat
penekanan terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila
tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran
likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidro-
sefalus interim.
Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang
korteks motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar
dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang
yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang
karma epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia
dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya
tumor otak.
GEJALA TUMOR OTAK BERDASAR LOKASI
Tumor di lobus frontalis daerah prefrontal bisa memberikan
gejala gangguan mental sebelum munculnya gejala lainnya,
berupa perubahan perasaan, kepribadian dan tingkah laku serta
penderita merasakan perasaan selalu senang (euforia); jadi
menyerupai gejala psikiatris. Makin besar tumomya, gejala
gangguan mental ini semakin nyata dan kompleks. Afasia motorik
(gangguan bicara bahasa berupa hilangnya kemampuan
mengutarakan maksud) bisa terjadi bila tumor mengenai daerah
area Broca yang terletak di belahan kiri belakang. Reflck memegang
(grasp reflex) juga khas untuk tumor di lobus frontalis
ini. Pada stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan pembauan
(anosmia), gangguan visual, gangguan keseimbangan
dalam berjalan, gangguan bola maw karena kelumpuhan sarafnya
serta edema papil.
Tumor di daerah presentral bisa menimbulkan gejala kejang
fokal pada sisi kontralateral. Kelumpuhan motorik timbul bila
terjadi destruksi atau penekanan oleh tumor terhadap jalur
kortikospinal.
Tumor di kelenjar hipofisis akan memberikan gejala sesuai
dengan sel kelenjar endokrin yang terkena. Adenoma eosinofil
pada anak akan menyebabkan pertumbuhan raksasa, sehingga
lebih besar dan tinggi dibanding anak seumurnya. Sedang pada
orang dewasa akan menyebabkan pembesaran tangan, kaki,
jari-jari, mandibula, penebalan kulit dan lidah (akromegali).
Adenoma basofil menyebabkan penimbunan lemak di daerah
wajah, bahu, abdomen disertai pengecilan alat genital (distrofia
adiposogenitalis). Adenoma khromofob menyebabkan bertambahnya
berat badan dan menurunnya libido.
Tumor lobus temporalis bila berada di daerah unkus akan
menimbulkan gejala halusinasi pembauan dan pengecapan
(uncinate fits) disertai gerakan-gerakan bibir dan lidah (mengecapngecap).
Bila lesinya destruktif akan menimbulkan gangguan
pembauan dan pengecapan walau tidak sampai total. Tumor di
lobus temporal bagian media bisa menimbulkan gejala "seperti
pernah mengalami kejadian semacam ini sebelumnya" (deja vu).
Bisa juga terjadi gangguan kesadaran sesaat (misalnya selagi
penderita berjalan kaki) tapi tidak sampai terjatuh. Gangguan
cmosi berupa rasa takut/panik bisa juga muncul. Berkurangnya
pendengaran bisa terjadi pada tumor yang mengenai korteks di
bagian belakang lobus temporal. Tumor di hemisfer dominan
bagian belakang (area Wcrnicke) menimbulkan gejala afasia
sensoris, yaitu kehilangan kemampuan memahami maksud
pembicaraan orang lain. Tumor yang berkembang lebih lanjut
akan melibatkan jalur kortikospinal sehingga menyebabkan
kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral. Bisa juga terjadi
herniasi dan menekan batang otak sehingga menyebabkan
gangguan pada beberapa saraf kranial, misalnya terjadi dilatasi
pupil sesisi yang menetap atau menghilangkan reflek kornea.
Tumor di lobus parietalis pada umumnya akan memberikan
gejala pelbagai bentuk gangguan sensoris. Lesi iritatif bisa
menimbulkan gejala parestesi (rasa tebal, kesemutan atau seperti
terkena aliran listrik) di satu lokasi, yang kemudian bisa menyebar
ke lokasi lainnya. Lesi destruktif akan menyebabkan
hilangnya berbagai bentuk sensasi, tapi jarang anestesi total.
Gangguan diskriminasi terhadap rangsang taktil, astereognosis
(tak bisa mengenali bentuk benda yang ditaruh di tangan) merupakan
bentuk-bentuk gejala yang sering timbul. Tumor yang
tumbuh ke arah lebih dalam bisa menimbulkan gejala hiperestesi,
seperti merasakan rangsang yang berlebih padahal rangsang
yang sebenarnya terjadi hanya ringan. Atau bisa juga mengenai
jalur optik (radiatio optica) sehingga timbul gangguan penglihatan
sebagian.
Tumor pada girus angularis kiri bisa menimbulkan gejala
yang disebut aleksia (kehilangan kemampuan memahami katakata
tertulis). Sedang pada yang kanan menyebabkan gejala
berupa gangguan dalam menyadari adanya sisi sebelah dari
tubuh.
Tumor di lobus oksipitalis memberikan gejala awal terutama
nyeri kepala. Gejala khas yang muncul yaitu defek lapangan
penglihatan sebagian. Lesi di hemisfer dominan bisa
menimbulkan gejala tidak mengenal benda yang dilihat (visual
object agnosia) dan kadang-kadang tidak mengenal warna
(agnosia warna), juga tidak mengenal wajah orang lain (prosopagnosia).
Tumor di daerah mesensefalon sering menekan jalur supra
nuklear dari nukleus n. III & IV sehingga menimbulkan gangguan
konyugasi bola mata. Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata
(anisokori) yang bereaksi negatif terhadap rangsang cahaya.
Tremor, nistagmus dan ataksia bisa terjadi bila jalur ke serebelum
ikut terlibat, dcmikian juga spastisitas anggota badan karena
terlibatnya jalur kortikospinal. Penekanan terhadap jalur aliran
likuor menimbulkan hidrosefalus sehingga nycri kepala kemudian
edema papil timbul.
Tumor di daerah pons dan medula oblongata biasanya
menimbulkan gejala fokal permulaan berupa paresis n. VI
unilateral sehingga bola mats tidak bisa melirik ke sisi lesi,
disertai diplopia (melihat dobel). Nycri kepala dan pusing
(vertigo) yang diperberat oleh rotasi kepala juga merupakan
gejala yang umum terjadi. Mengingat daerah ini merupakan
tempat beradanya Beberapa inti saraf kranial, maka akan
timbul pula beberapa gejala akibat disfungsi saraf kranial
tersebut. Hemiparesis alternans merupakan salah satu ciri lesi
di daerah ini.
Tumor di serebellum biasanya menyerang anak-anak.
Gejala yang menonjol pada fase awal berupa kenaikan tekanan
intrakranial akibat penekanan jalan likuor sehingga terjadi
hidrosefalus. Biasanya terjadi pula gangguan keseimbangan
penderita berdiri sambil menutup mata, penderita akan goyang
(test Romberg). Tumor serebelum di daerah lateral (hemisfer)
lebih menonjolkan gejala nistagmus yang nyata ke arah sisi
lesi, sedang bila tumor di daerah median tidak menunjukkan
nistagmus yang jelas. Juga ataksia lcbih menonjol pada anggota
badan sebelah sisi lesi.
PENUTUP
Dengan dikemukakannya berbagai gejala tumor otak diharapkan
setidak-tidaknya kita menjadi lebih waspada akan
kemungkinan adanya tumor di dalam otak. Untuk konfirmasi
diagnostik lebih lanjut tentu dibutuhkan berbagai alat bantu
diagnostik seperti EEG, CT Sean atau MRI.
Masih banyak gejala klinis tumor otak lain yang sangat
komplek, yang secara keseluruhan belum mungkin untuk dibicarakan
satu persatu dalam kesempatan ini. Beberapa bagian
lokasi otak di mana tumor otak bisa bersarang belum dibicarakan
gejala-gejalanya. Untuk lebih memperdalam gejala-gejala tumor
otak yang kompleks tersebut, dianjurkan untuk menelaah kembali
sumber-sumber kepustakaan yang ada.

KEPUSTAKAAN
1. Chusid JG. Correlative Ncuroanatomy and Functional Neurology 17th.ed.
California : Lange Med Publ, 1979.
2. De Jong RN. Neurologic Examination. 4th.cd. Hagerstown : I larper &
Row Pub], 1979.
3. Kennard C, Clifford RF. Physiological Aspects of Clinical Ncuro-
Ophthalmology, Year Book Medical Publisher, Inc., 1988.
4. Markam S. Neurologi Praktis. Jakarta : Kalman Book Service, 1975.
5. Merrit I1I1. A Textbook of Neurology. 6th.ed. Philadelphia : Lca &
Febigcr, 1979.
6. Walton SJ. Brain's Diseases of the Nervous System. 9th.ed. Oxford University
Press, 1985.
7. Referat co-assisten Dep. Neurologi RSPAD Gatot Socbroto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar