JUDUL
P A E D A G O G Y
PENDIDIKAN BERORIENTASI
KECAKAPAN HIDUP
I
OLEH :
KELOMPOK I
1. A. SAUYAI
2. B. WANMA
3. DORUS
4. FEBRIK NANAKI
5. MARTHINA NAA
6. N. MAWWI
7. S. ASARIBAB
8. YAKOMINA ASMURUF
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PENDIDIKAN BERORIENTASI
KECAKAPAN HIDUP
Kecakapan Hidup (Life Skill) Adalah Kemampuan Dan Keberanian Untuk Menghadapai Problema Kehidupan, Kemudian Secara Proaktif Dan Kreatif, Mencari Dan Menemukan Solusi Untuk Mengatasinya
Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan vokasional atau keterampilan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh pendidikan pun memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentu juga memiliki permasalahannya sendiri. Bukankah dalam hidup ini, dimanapun dan kapanpun, orang selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan?
Kecakapan Hidup Dapat Dipilah Menjadi Dua Jenis Utama, Yaitu:
1. Kecakapan hidup yang bersifat umum (generic life skill/ GLS), yang mencakup kecakapan personal (personal skill/PS) dan kecakapan sosial (social skill/SS). Kecakapan personal mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill), sedangkan kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
2. Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/ SLS), yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran, sehingga mencakup kecakapan mengidentifikasi variabel dan hubungan antara satu dengan lainnya (identifying variables and describing relationship among them), kecakapan merumuskan hipotesis (constructing hypotheses), dan kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian (designing and implementing a research). Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional mencakup kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).
KECAKAPAN HIDUP UMUM
Kecakapan Personal
Kecakapan personal mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skim).
Kesadaran Diri
Kecakapan kesadaran diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sebagai bagian dari lingkungan, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai Modal untuk meningkatkan diri sebagai idividu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungannya.
Pendidikan untuk mengembangkan kesadaran diri seringkali disebut sebagai pendidikan karakter, karena kesadaran diri akan membentuk karakter seseorang. Karakter itulah yang pada saatnya terwujudkan menjadi perilaku yang bersangkutan. Oleh karena itu banyak ahli yang menganjurkan penumbuhan kesadaran diri ini yang perlu dikembangkan sejak usia dini dan diupayakan menjadi kehidupan keseharian di rumah maupun di sekolah.
Kecakapan Berpikir
Kecakapan berpikir pada dasarnya merupakan kecakapan menggunakan pikiran/rasio kita secara optimal. Kecakapan berpikir mencakup antara lain kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan secara cerdas (information processing and decision Making skills), serta kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif (creative problem solving skill) .
Untuk memecahkan masalah memang dituntut kemampuan berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir sistematis, berpikir lateral dan sebagainya. Oleh karena itu, pola berpikir tersebut perlu dikembangkan di sekolah dan kemudian aplikasikan dalam bentuk pemecahan masalah. Model pembelajaran pemecahan masalah (problem based instruction) dapat diterapkan untuk maksud tersebut.
Kecakapan Sosial
Berikutnya, kecakapan sosial atau kecakapan antaar-personal (inter-personal skill) mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) dan kecakapan kerjasama (collaboration skill) .
Kecakapan Komunikasi
Komunikasi dapat melalui lisan atau tulisan. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan. kecakapan mendengarkan dengan empati akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan bicara merasa diperhatikan dan dihargai.
Kecakapan menyampaikan gagasan dengan empati, akan membuat orang dapat menyampaikan gagasan dengan jelas dan dengan kata-kata santun, sehingga pesannya sampai dan lawan bicara merasa dihargai. Dalam tahapan lebih tinggi, kecakapan menyampaikan gagasan juga mencakup kemampuan meyakinkan orang lain.
Pada era iptek ini, komunikasi sudah banyak menggunakan teknologi, misalnya telepon, internet, tele-conference dan sebagainya. Oleh karena itu dalam kecakapan komunikasi juga tercakup kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan teknologi.
Kecakapan Berkerjasama
Kecakapan bekerjasama sangat diperlukan karena sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerjasama dengan manusia lain. Kerjasama bukan sekedar "kerja bersama" tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu. Studi mutakhir menunjukkan kemampuan kerjasama seperti itu sangat diperlukan untuk membangun semangat komunalitas yang harmonis.
Dua kecakapan hidup umum yang diuraikan di atas (kecakapan personal dan kecakapan sosial) diperlukan oleh siapapun, baik mereka yang bekerja, mereka yang tidak bekerja dan mereka yang sedang menempuh pendidikan. Kecakapan hidup umum berfungsi sebagai landasan untuk belajar lebih lanjut (learning how to learn) dan bersifat transferable, sehingga memungkinkan digunakan untuk mempelajari kecakapan-kecakapan lainnya. Oleh karena itu beberapa ahli menyebutnya sebagai kecakapan dasar dalam belajar (basic learning skill).
KECAKAPAN HIDUP SPESIFIK
Kecakapan akademik
Kecakapan akademik (academic skill/AS) yang seringkali juga disebut kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir pada GLS. Jika kecakapan berpikir pada GLS masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Hal ini didasari pemikiran bahwa bidang pekerjaan yang ditangani memang lebih memerlukan kecakapan berpikir ilmiah.
Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu (identifying variables and describing relationship among them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing hypotheses), serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a research).
Pengembangan kecakapan akademik yang disebutkan di atas, tentu disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa dan jenjang pendidikan. Namun perlu disadari bahwa kecakapan itu dapat dikembangkan melalui berbagai mata pelajaran/mata kuliah di berbagai jenjang pendidikan.
Kecakapan vokasional
Kecakapan vokasional (vocational skill/VS) seringkali disebut pula dengan "kecakapan kejuruan", artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional lebih cocok bagi siswa yang akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan psikomotor daripada kecakapan berpikir ilmiah.
Kecakapan vokasional mempunyai dua bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill) yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Kecakapan vokasional dasar mencakup antara lain: melakukan gerak dasar, menggunakan alait sederhana yang diperlukan bagi semua orang yang menekuni pekerjaan manual (misalnya palu, obeng dan tang), dan kecakapan membaca gambar sederhana. Di samping itu, kecakapan vokasional dasar mencakup aspek sikap taat asas, presisi, akurasi dan tepat waktu yang mengarah pada perilaku produktif.
Kecakapan akademik dan kecakapan vokasional sebenarnya hanyalah penekanan. Bidang pekerjaan yang menekankan keterampilan manual, dalam batas tertentu juga memerlukan kecakapan akademik. Demikian sebaliknya, bidang pekerjaan yang menekankan kecakapan akademik, dalam batas tertentu juga memerlukan kecakapan vokasional. Bahkan antara GLS, AS dan VS terjadi saling terkait dan tumpang tindih. Bagian tumpang tindih antara GLS dengan AS, seringkali disebut kecakapan akademik dasar (basic academic skill), bagian tumpang tindih antara GLS dan VS sering disebut dengan kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill), dan tumpang tindih antara AS dan VS sering disebut dengan kecakapan vokasional berbasis akademik (science based vocational skill).
Selasa, 05 Oktober 2010
MANAJEMEN PERBANKAN
ALOKASI DANA BANK
A. PENDEKATAN ALOKASI DANA BANK
Ada 2 pendekatan yang digunakan oleh eksekutif bank, yaitu :
1. Pool of funds approach
2. Assets allocation approach
1. Pool of funds approach
Pool of funds approach adalah penempatan (alokasi) dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya.
Diagram pool of funds approach
2. Assets allocation approach
Assets allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai aktivitas dengan mencocokan masing-masing sumber dana yang sesuai dengan sifat. Jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana
tersebut.
Diagram assets allocations approach
Perbandingan antara Pool of Funds Approach dan
Assets Allocation Approach
Pool Of Funds Approach Assets Allocation Approach
Kelebihan :
- Perhitungan biaya relatif sederhana.
- Pengelolaannya tidak kompleks. Kelebihan :
- Mengalihkan penekanan likuiditas kepada profitabilitas
- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran kredit dan penanaman modal dalam surat-surat berharga yang memiliki keuntungan lebih tinggi.
Kelemahan :
- Tidak diberikan dasar untuk memperkirakan standar likuiditasnya.
- Tidak terdapat pertimbangan terhadap perubahan giro, tabungan, deposito, dan sumber lainnya.
- Mengabaikan likuiditas yang berasal dari portofolio kredit melalui pembayaran cicilan dana bungan secara terus-menerus.
- Memperkecil peranana cadangan sekunder sebagai sumber likuiditas.
- Mengabaikan kenyataan mengenai kemampuan bank untuk memperoleh laba dari operasinya.
- Mengabaikan peran interaksi aktive dan pasiva dalam penyediaan likuiditas secara musiman Kelemahan:
- Keputusan mengenai jumlah likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau perputaran simpanan.
- Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang menyebabkan keuntungan menjadi berkurang.
- Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial.
- Keputusan mengenai menajemen aktiva-pasiva dibuat secara independen.
B. JENIS-JENIS ALOKASI DANA BANK
Jenis – jenis Alokasi Dana Bank terdiri dari :
1. Primary Reserve (Cadangan Primer)
Pembentukan cadangan primer dan primary reserve dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan operasi bank, semua penarikan simpanan, dan permintaan pencairan kredit dari nasabah. Disamping itu cadangan primer digunakan untuk penyelesaian kliring antar bank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang harus segera dibayar.
Primary reserve adalah dana dalam kas dan saldo rekening koran bank pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan.
2. Secondary Reserve (Cadangan Sekunder)
Adalah penempatan dana-dana ke dalam non cash liquid asset (asset liquid yang bukan kas) yang dapat memberikan pendapatan kepada bank dan terdiri atas surat-surat berharga paling liquid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengabaikan kerugian pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain :
- Surat berharga pasar uang atau SBPU
- Surat Bank Indonesia atau SBI
- Surat berharga jangka pendek lainnya
Tujuan utama dari secondary reserve adalah sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi primary reserve. Secondary reserve memiliki 2 (dua) manfaat bagi bank yaitu menjaga likuiditas dan profitabilitas bank.
Cadangan sekunder (secondary reserve) digunakan untuk :
1. Untuk kebutuhan likuiditas jangka pendek seperti ; penarikan simpanan oleh nasabah deposan dan pencairan kredit.
2. Untuk kebutuhan likuiditas yang harus dipenuhi dan kebutuhan lainnya yang tidak diperkirakan.
3. Tambahan apabilah cadangan primer tidak mencukupi.
3. Loan Portofolio (Kredit)
Adalah penyaluran kredit (loan), atau penentuan besarnya kredit yang akan diberikan.
Penentuan besarnya volume kredit dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Reserve requitment (RR)
Adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisikan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Adalah ratio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Dana yang dihimpun adalah dana masyarakat/ dana pihak ketiga, kredit likuiditas Bank Idonesia dan modal inti bank.
3. Batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
Adalah ketentuan tentang tidak diperbolekannya suatu bank untuk memberikan kredit yang besarnya melebihi 20% dari besarnya modal bank yang bersangkutan.
4. Portofolio Investment
Adalah dana sisa (residual fund) setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau target tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka panjang atau surat berharga berlikuiditas tinggi dengan tujuan memberikan tambahan pendapatan dan likuiditas bank.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanaman dana dalam bentuk portofolio investment adalah :
1. Tingkat bunga
2. Capital gain yang mingkin bisa diraih (untuk jenis saham)
3. Kualitas atau keamanan dan mudah diperjual-belikan
4. Jangka waktu jatuh temponya (obligasi, sertifikat, deposito)
5. Pajak harus dibayar.
5. Fixed Assets (Aktiva Tetap)
Adalah penanaman dalam bentuk aktiva tetap. Aktiva tetap seperti : pembelian tanah, pembangunan gedung, peralatan operasional bank, (komputeri facsimile), kendaraan; yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan operasional bank.
C. ALOKASI DANA MENURUT SIFAT AKTIVA
Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank ke dalam bentuk-bentuk aktiva, baik aktiva yang dapat memberikan hasil (income) maupun aktiva yang tidak memberikan hasil.
1. Penanaman Dana Pada Aktiva Produktif (Earning Assets)
Earning Assets adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fasilitasnya. Earning Assets digunakan untuk operasional bank, termasuk biaya bunga dan tenaga kerja.
Komponen Aktiva Produktif terdiri atas :
1. Kredit yang diberikan,
2. Penempatan dana pada bank lain,
3. Surat-surat berharga, dan
4. Penyertaan modal.
1. Kredit yang diberikan
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 :
“Kredit adalah menyediaan uang atau tagihan yang dapat mempersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pimjam memimjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pemimjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
2. Penempatan dana pada bank lain
Penempatan dana pada bank lain dapat berupa :
a. Deposito berjangka pada bank lain,
b. Call money,
c. Pinjaman uang biasa berjangka menengah dan panjang,
d. Surat berharga dalam pasar uang.
3. Surat-surat berharga
Penanaman dana dalam surat-surat berharga sebagai aktiva produktif meliputi :
a. Surat-surat berharga jangka pendek yang digunakan sebagai cadangan sekunder,
b. Surat-surat berharga jangka panjangnya yang dimaksudkan untuk mempertinggi profitabilitas bank.
Pengalokasian dana dalam surat-surat berharga dapat dilakukan dengan cara mendiskonto atau membeli surat-surat berharga pasar uang dan pasar modal, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing.
Penanaman dana dalam surat-surat berharga tersebut antara lain meliputi :
a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
b. Surat berharga pasar uang (SBPU),
c. Wesel dan promes yang di-endors bank lain,
d. Revolving underwriting facilities (RUF)
e. Aksep atau promes dalam rangka call money,
f. Kertas perbendaharaan atas beban negara,
g. Berbagai macam obligasi,
h. Sertifikat danareksa,
i. Saham-saham yang terdaftar pada bursa efek.
4. Penyertaan modal
Alokasi dan bank dalam bentuk penyertaan modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham secara langsung pada bank lain atau lembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri. Di samping itu, dapat juga berbentuk penyertaan saham dalam suatu perusahaan nasabah asalkan dalam rangka penyelamatan kredit (resceu operation).
2. Penanaman Dana dalam Aktiva Tidak Produktif (Nonearning Assets)
Alokasi dana dalam aktiva tidak produktif atau nonearning assets adalah penanaman dana bank ke dalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif ini terdiri atas :
1. Alat-alat likuid,
2. Aktiva tetap dan inventaris.
1. Alat-alat likuid
Alat-alat likuid atau cash assets adalah aktiva yang dapat dipergunakan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Aktiva ini merupakan aktiva yang paling likuid dari keseluruhan aktiva bank. Komponen alat-alat likuid menurut ketentuan Bank Indonesia terdiri atas uang kas yang ada pada bank dan saldo rekening giro pada Bank Indonesia. Sejak deregulasi 1 juni 1983, saldo giro pada BI tidak diberikan jasa giro.
Secara teoritis, komponen alat likuid terdiri atas :
a. Kas,
b. Giro pada Bank Indonesia,
c. Giro pada bank-bank lain, dan
d. Warkat dalam proses penagihan.
2. Aktiva tetap dan inventaris
Aktiva tetap yang dimiliki bank dapat berbentuk tanah, gedung kantor (baik kantor pusat maupun cabang-cabang), peralatan kantor seperti komputer, facsimile, ATM, peralatan promosi, dan lain-lain.
BAB 8
STRATEGI PEMASARAN BANK
Strategi pemasaran bank biasanya dilandaskan pada bauran pemasaran atau marketing mix yang terdiri atas 4 P, yaitu sebagai berikut :
1. Produk (Product)
2. Harga (Price)
3. Lokasi (Place)
4. Promosi (Promotion)
1. Strategi Produk (Product)
Produk perbankan adalah instrumen / perangkat yang dibeli dan dijual oleh bank.
Di Indonesia, produk yang dibeli bank antara lai :
a. Simpanan giro,
b. Deposito berjangka,
c. Sertifikat deposito,
d. Tabungan (tabungan nasional, tabungan khusus, dan lain-lain),
e. Wesel, surat tagih, promes dan lain-lain,
f. Setoran ongkos naik haji (ONH),
g. Traveler’s check,
h. Perdagangan valas/ mata uang asing,
i. dan lain-lain.
Adapun produk yang dijual bank antara lain :
a. Kredit perdagangan besar, menengah, dan kecil;
b. Kredit jangka pendek, menengah, dan panjang;
c. Kredit untuk industri, pertanian, perkapalan dan sektor lainnya;
d. Kredit usaha kecil (KUK), kredit profesi, dan lain-lain;
e. Kredit sindikasi;
f. L/C dalam dan luar negeri;
g. Perdagangan surat-surat berharga/ efek-efek;
h. dan lain-lain.
Disamping itu, bank juga menjual beberapa produk yang bersifat jasa/servis. Produk bank yang berupa jasa/servis antara lain adalah :
a. Kiriman uang/transfer dalam dan luar negeri,
b. Inkaso/penagihan piutang/ collection,
c. Safe deposit box (loket penyimpanan barang berharga)
d. Automated teller machine (ATM)
Contoh produk bank yang bersifat terpadu atau per paket, misalnya kombinasi dari produk-produk sebagai berikut :
a. Pinjaman jangka menengah/ panjang untuk fixed assets.
b. Pinjaman modal kerja/ pinjaman jangka pendek.
c. Pinjaman untuk mengimpor barang.
d. Fasilitas L/C.
e. Penagihan piutang/ collection.
Produk bank dapat dibedakan atas dasar penggolongan sebagai
berikut :
a. Penggolongan produk berdasarkan pelayanannya.
b. Penggolongan produk berdasarkan jenis konsumen, seperti pedagang besar, pedagang kecil, eksportir, lembaga pemerintah, lembaga keuangan dan bank lain, perorangan, dan lain-lain.
c. Penggolongan produk berdasarkan pola pembelian, misalnya dalam pelayanan simpanan giro, cara pengambilannya bisa secara tunai, cek, ataupun giro biyet.
2. Strategi Harga (Price)
Sebagaimana telah diuraikan pada Bab 2, produk bank bisa dibedakan antara :
a. Produk pada sisi pasiva dari neraca bank, seperti giro, tabungan. Deposito (simpanan masyarakat), dan
b. Produk pada sisi aktiva dari neraca bank, seperti kredit
Dalam hal penetapan harga deposito berjangka, pada umumnya bank harus memperhatikan tingkat suku bunga SBI, yang merupakan reference bagi bank untuk menetapkan tingkat suku bunga depositonya, baik untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, ataupun 12 bulan. Di samping itu, Bank Indonesia juga menetapkan ketentuan yang melarang bank umum untuk memasang harga simpanan depositonya lebih tinggi dari 125% x tingkat suku bunga SBI.
Sebaliknya, jika bank memasang harga terlalu rendah dibandingkan dengan bank-bank pesaingnya, dikhawatirkan para deposan mengalihkan dananya ke bank-bank pesaing tersebut. Dengan demikian, penetapan strategi harga bagi produk-produk perbankan ditentukan antara lain oleh :
a. Cost of loanable funds yang diperhitungkan serendah mungkin,
b. Tingkat suku bunga SBI serta ketentuan Bank Indonesia yang berlaku,
c. Tingkat harga yang “dipasang” oleh pesaing,
d. Profit margin (spread) yang layak.
3. Strategi Lokasi (Place)
Pada pemasaran produk barang-barang (manufaktur) dikenal adanya rangkaian saluran distribusi yang merupakan jalur pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan dari pabrik, misalnya melalui jaringan distributor atau agen, kemudian melalui berbagai jaringan pengecer (retailer) atau melalui tempat-tempat pemasaran umum (pasar tradisional, pasar swalayan/supermarket, toko, dan lain-lain), dan akhirnya sampai kepada konsumen akhir (end comsumer).
4. Strategi Promosi
Dalam bisnis perbankan juga dikenal adanya promotional mix (bauran promosi) yang meliputi :
a. Advertising/periklanan,
b. Sales promotion/promosi penjualan,
c. Personal selling/penjualan perseorangan,
d. Publicity/publisitas.
BAB 9
SIKLUS PERKREDITAN
Siklus Perkreditan
1. Permohonan Kredit
Permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank, umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Surat permohonan resmi
2. Akte pendirian perusahaan yang memohonkan kredit
3. Uraian singkat tentang rencana proyek yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah
4. Proyek yang cukup besar, kredit yang besar dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek (feasibility) yang disusun oleh lembaga konsultan
5. Laporan keuangan perusahaan
6. Informasi-informasi lain yang biasanya diminta bank, seperti :
a. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
b. Keterangan domisili dari perusahaan
c. Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka pembangunan proyek
d. Rekening perusahaan pada beberapa bank
Dalam permohonan tersebut calon nasabah diminta mengisi berbagai formulir standard (baku) yang sudah disusun oleh bank. formulir standar ini bentuknya bermacam-macam, tergantung kepada :
1. Jenis proyek
2. Sektor industri
3. Jenis kredit yang akan diminta
4. Besarnya biaya proyek
5. Besarnya jumlah kredit yang diminta
2. Analisis Kredit
Setelah permohonan kredit diterima oleh bank (biasanya yang menerima adalah account officer/wirakredit atau kepala bagian kredit), maka calon nasabah diminta untuk memberi keterangan-keterangan tambahan yang dapat menjelaskan isi dari berbagai dokumen yang disampaikannya kepada bank. keterangan-keterangan tersebut bisa disampaikan secara lisan melalui wawancara (interview) maupun tertulis sesuai dengan informasi maupun data yang diminta oleh account officer dari bank.
Selanjutnya, account officer atau wirakredit melakukan analisis kredit berdasarkan pedoman (manual) yang sudah ditentukan dalam bank dan biasanya bergantung kepada jenis kredit yang diminta.
3. Persetujuan Kredit
Analisis kredit yang dibuat oleh account officer atau wirakredit diperiksa (review) dahulu oleh atasannya, kepala bagian kredit, sebelum disampaikan ke direksi bank. Nama dari laporan analisis kredit bermacam-macam, tergantung pada sistem dan prosedur yang dimiliki bank, antara lain sebagai berikut.
1. Laporan analisis kredit
2. Laporan analisis permohonan kredit
3. Leporan rekomendasi kredit
4. Apraisal study
5. Laporan studi kelayakan proyek.
Atas dasar laporan analisis kredit, persetujuan kredit dilakukan oleh lembaga-lembaga yang berbeda antara lain:
1. Kepala cabang, jumlah kredit Rp. 500 juta
2. Kepala wilayah, jumlah kredit Rp. 750 juta
3. Direktur kredit untuk kredit sampai Rp. 1 miliar
4. Direktur bank untuk kredit sampai Rp. 5 miliar
5. Dewan komisaris kredit diatas R. 5 miliar
Persetujuan kredit dilakukan oleh suatu komite yang disebut “komite kredit”. Tugas komite ini adalah :
1. Memeriksa laporan analisis kredit
2. Menyetujui permohonan kredit dari nasabah
3. Menetapkan syarat-syarat pemberian kredit, seperti tingkat bunga, jangka waktu pinjaman, jaminan kredit, akad kredit dan lain-lain.
4. Perjanjian Kredit
Isi perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris publik berdasarkan masukan dari pihak bank adalah :
1. Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan)
2. Pihak penerima kredit (perusahaan/nasabah)
3. Tujuan pemberian kredit
4. Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap dan modal kerja
5. Besarnya kredit dalam tingkat bunga kredit oleh bank
6. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit seperti appreisal fee, commitment fee, supuervision fee, dan provisi fee.
7. Janka waktu pengembalian kredit
8. Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit
9. Jaminan kredit
10. Syarat-syarat yang harus dilakukan nasabah kredit misalnya, laporan produksi, leporan keuangan dll
11. Hak bank, misalnya; memeriksa keadaan proyek dan buku laporan keuangan nasabah.
5. Pencairan Kredit
Persyaratan pencairan kredit :
1. Perjanjian kredit sudah di tandatangani
2. Penarikan kredit sesuai kebutuhan proyek misalnya; memenuhi pembelian L/C (pembelian mesin-mesin), merekrut calon pegawai, survei pasar dll
3. Penarikan kredit sesuai jadwal pembangunan proyek
4. Permohonan pencairan kredit di dukung oleh dokumen yang sesuai dengan pencairan kredit
5. Besarnya kredit sesuai dengan rasio dana yang bersumber dari nasabah dan pembiayaan dari bank.
6. Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit meliputi berbagai aspek kegiatan yaitu :
1. Adanya administrasi kredit yang memadai dan penggunaan komputer online system; dll
2. Keharusan nasabah/kredit menyampaikan laporan produksi, laporan penjualan, serta laporan utang piutang perusahaan, laporan keuangan, laporan tenaga kerja, laporan asuransi aktiva tetap, dll
3. Keharusan wirakredit untuk melakukan kunjungan ke perusahaan
4. Adanya konsultan yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur
5. Adanya sistem peringatan (warning sistem) pada administrasi bank yang menangani nasabah yang bersangkutan.
7. Pelunasan kredit
Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibbuat, sehingga kredit dinyatakan lunas.
8. Tambahan Kredit
Kredit yang diberikan berupa, kredit nvestasi tambahan untuk membiayai tambahan barang-barang modal seperti; tambahan mesin dan peralatan atau berupa kredit modal kerja tambahan guna membiayai pembelian bahan baku tambahan.
9. Kredit Bermasalah
Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut dapat berupa sebagi berikut :
1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income dari kredit yang diberikannya
2. Rasio kualitas aktiva produksi menjadi semakin besar
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produksi yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada, hal ini akhirnya mengurangi besarnya modal bank dan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio)
4. (ROA) mengalami penurunan
Rescheduling
Merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada debitor, jika ternyata pihak debitor (berdasarkan penelitian dan perhitungan yang dilakukan account afficer bank) tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kepada angsuran pokok maupun bunga kredit.
Restructuring
Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatann kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.
BAB 10
ANALISIS KREDIT
Analisis kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit.
Pedoman analisis kredit pada UU No. 10 thn 1998 tentang perubahan UU No.7 thn 92 tentang perbankan, pasal 1 ayat (11) pasal 8, dan 29 ayat (3).
A. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip “ 6 C ”
1. Character (C – 1)
Adalah analisis mengenai watak/karakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur.
2. Capital (C – 2 )
Pihak (calon) debitur wajib memiliki sejumlah dana dengan besarnya modal sendiri yang tersedia atau debit to equity ratio, diketahui dari laporan keuangan perusahaan tersebut.
3. Capasity (C – 3)
Adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit yakni melunasi pokok pinjaman disertai bungan berdasarkan syarat yang diperjanjikan
4. Condition (C – 4)
Kondisi perusahaan dimana perusahaan tersebut dibangun, termasuk di dalamnya kondisi perekonomian. Kondisi-kondisi yang harus diperhatikan oleh pihak bank:
a. Kondisi dari sektor industri dimana proyek dibangun
b. Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus di impor
c. Nilai kurs valuta terhadap nilai rupiah
d. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku
e. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global
f. Kemudahan untuk peroleh SDM dan SDA
g. Tingkat bunga kredit yang berlaku
5. Collateral (C – 5)
Collateral adalah barang-barang yang disarankan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterima.
6. Constraints (C – 6)
Constrains adalah hambatan berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan
B. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip “ 6 A ”
Analisis kredit “6A” dibagi menjadi :
1. Analisis Aspek Yuridis (Hukum)
Bertujuan untuk meneliti legalitas perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit dari bank.
2. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
Bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar serta meneliti strategi pemasaran yang digunakan perusahaan.
3. Analisis Aspek Teknis
Bertujuan menilai kemampuan pengelola proyek dalam melaksanakan pembangunan proyek pada operasi perusahaan tersebut.
4. Analisis Aspek Manajemen
Bertujuan menilai kemampuan manajemen menjalankan bisnisnya.
5. Analisis Aspek Keuangan
Bertujuan menilai kemampuan manajemen menjalankan kemampuan keuangannya.
6. Analisis Aspek Sosial - Ekonomi
Bertujuan menilai proyek yang dibangun dari sudut pandang sosial maupun makro ekonomi, dll.
A. PENDEKATAN ALOKASI DANA BANK
Ada 2 pendekatan yang digunakan oleh eksekutif bank, yaitu :
1. Pool of funds approach
2. Assets allocation approach
1. Pool of funds approach
Pool of funds approach adalah penempatan (alokasi) dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya.
Diagram pool of funds approach
2. Assets allocation approach
Assets allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai aktivitas dengan mencocokan masing-masing sumber dana yang sesuai dengan sifat. Jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana
tersebut.
Diagram assets allocations approach
Perbandingan antara Pool of Funds Approach dan
Assets Allocation Approach
Pool Of Funds Approach Assets Allocation Approach
Kelebihan :
- Perhitungan biaya relatif sederhana.
- Pengelolaannya tidak kompleks. Kelebihan :
- Mengalihkan penekanan likuiditas kepada profitabilitas
- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran kredit dan penanaman modal dalam surat-surat berharga yang memiliki keuntungan lebih tinggi.
Kelemahan :
- Tidak diberikan dasar untuk memperkirakan standar likuiditasnya.
- Tidak terdapat pertimbangan terhadap perubahan giro, tabungan, deposito, dan sumber lainnya.
- Mengabaikan likuiditas yang berasal dari portofolio kredit melalui pembayaran cicilan dana bungan secara terus-menerus.
- Memperkecil peranana cadangan sekunder sebagai sumber likuiditas.
- Mengabaikan kenyataan mengenai kemampuan bank untuk memperoleh laba dari operasinya.
- Mengabaikan peran interaksi aktive dan pasiva dalam penyediaan likuiditas secara musiman Kelemahan:
- Keputusan mengenai jumlah likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau perputaran simpanan.
- Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang menyebabkan keuntungan menjadi berkurang.
- Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial.
- Keputusan mengenai menajemen aktiva-pasiva dibuat secara independen.
B. JENIS-JENIS ALOKASI DANA BANK
Jenis – jenis Alokasi Dana Bank terdiri dari :
1. Primary Reserve (Cadangan Primer)
Pembentukan cadangan primer dan primary reserve dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan operasi bank, semua penarikan simpanan, dan permintaan pencairan kredit dari nasabah. Disamping itu cadangan primer digunakan untuk penyelesaian kliring antar bank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang harus segera dibayar.
Primary reserve adalah dana dalam kas dan saldo rekening koran bank pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan.
2. Secondary Reserve (Cadangan Sekunder)
Adalah penempatan dana-dana ke dalam non cash liquid asset (asset liquid yang bukan kas) yang dapat memberikan pendapatan kepada bank dan terdiri atas surat-surat berharga paling liquid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengabaikan kerugian pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain :
- Surat berharga pasar uang atau SBPU
- Surat Bank Indonesia atau SBI
- Surat berharga jangka pendek lainnya
Tujuan utama dari secondary reserve adalah sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi primary reserve. Secondary reserve memiliki 2 (dua) manfaat bagi bank yaitu menjaga likuiditas dan profitabilitas bank.
Cadangan sekunder (secondary reserve) digunakan untuk :
1. Untuk kebutuhan likuiditas jangka pendek seperti ; penarikan simpanan oleh nasabah deposan dan pencairan kredit.
2. Untuk kebutuhan likuiditas yang harus dipenuhi dan kebutuhan lainnya yang tidak diperkirakan.
3. Tambahan apabilah cadangan primer tidak mencukupi.
3. Loan Portofolio (Kredit)
Adalah penyaluran kredit (loan), atau penentuan besarnya kredit yang akan diberikan.
Penentuan besarnya volume kredit dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Reserve requitment (RR)
Adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisikan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Adalah ratio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Dana yang dihimpun adalah dana masyarakat/ dana pihak ketiga, kredit likuiditas Bank Idonesia dan modal inti bank.
3. Batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
Adalah ketentuan tentang tidak diperbolekannya suatu bank untuk memberikan kredit yang besarnya melebihi 20% dari besarnya modal bank yang bersangkutan.
4. Portofolio Investment
Adalah dana sisa (residual fund) setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau target tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka panjang atau surat berharga berlikuiditas tinggi dengan tujuan memberikan tambahan pendapatan dan likuiditas bank.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanaman dana dalam bentuk portofolio investment adalah :
1. Tingkat bunga
2. Capital gain yang mingkin bisa diraih (untuk jenis saham)
3. Kualitas atau keamanan dan mudah diperjual-belikan
4. Jangka waktu jatuh temponya (obligasi, sertifikat, deposito)
5. Pajak harus dibayar.
5. Fixed Assets (Aktiva Tetap)
Adalah penanaman dalam bentuk aktiva tetap. Aktiva tetap seperti : pembelian tanah, pembangunan gedung, peralatan operasional bank, (komputeri facsimile), kendaraan; yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan operasional bank.
C. ALOKASI DANA MENURUT SIFAT AKTIVA
Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank ke dalam bentuk-bentuk aktiva, baik aktiva yang dapat memberikan hasil (income) maupun aktiva yang tidak memberikan hasil.
1. Penanaman Dana Pada Aktiva Produktif (Earning Assets)
Earning Assets adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fasilitasnya. Earning Assets digunakan untuk operasional bank, termasuk biaya bunga dan tenaga kerja.
Komponen Aktiva Produktif terdiri atas :
1. Kredit yang diberikan,
2. Penempatan dana pada bank lain,
3. Surat-surat berharga, dan
4. Penyertaan modal.
1. Kredit yang diberikan
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 :
“Kredit adalah menyediaan uang atau tagihan yang dapat mempersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pimjam memimjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pemimjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
2. Penempatan dana pada bank lain
Penempatan dana pada bank lain dapat berupa :
a. Deposito berjangka pada bank lain,
b. Call money,
c. Pinjaman uang biasa berjangka menengah dan panjang,
d. Surat berharga dalam pasar uang.
3. Surat-surat berharga
Penanaman dana dalam surat-surat berharga sebagai aktiva produktif meliputi :
a. Surat-surat berharga jangka pendek yang digunakan sebagai cadangan sekunder,
b. Surat-surat berharga jangka panjangnya yang dimaksudkan untuk mempertinggi profitabilitas bank.
Pengalokasian dana dalam surat-surat berharga dapat dilakukan dengan cara mendiskonto atau membeli surat-surat berharga pasar uang dan pasar modal, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing.
Penanaman dana dalam surat-surat berharga tersebut antara lain meliputi :
a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
b. Surat berharga pasar uang (SBPU),
c. Wesel dan promes yang di-endors bank lain,
d. Revolving underwriting facilities (RUF)
e. Aksep atau promes dalam rangka call money,
f. Kertas perbendaharaan atas beban negara,
g. Berbagai macam obligasi,
h. Sertifikat danareksa,
i. Saham-saham yang terdaftar pada bursa efek.
4. Penyertaan modal
Alokasi dan bank dalam bentuk penyertaan modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham secara langsung pada bank lain atau lembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri. Di samping itu, dapat juga berbentuk penyertaan saham dalam suatu perusahaan nasabah asalkan dalam rangka penyelamatan kredit (resceu operation).
2. Penanaman Dana dalam Aktiva Tidak Produktif (Nonearning Assets)
Alokasi dana dalam aktiva tidak produktif atau nonearning assets adalah penanaman dana bank ke dalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif ini terdiri atas :
1. Alat-alat likuid,
2. Aktiva tetap dan inventaris.
1. Alat-alat likuid
Alat-alat likuid atau cash assets adalah aktiva yang dapat dipergunakan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Aktiva ini merupakan aktiva yang paling likuid dari keseluruhan aktiva bank. Komponen alat-alat likuid menurut ketentuan Bank Indonesia terdiri atas uang kas yang ada pada bank dan saldo rekening giro pada Bank Indonesia. Sejak deregulasi 1 juni 1983, saldo giro pada BI tidak diberikan jasa giro.
Secara teoritis, komponen alat likuid terdiri atas :
a. Kas,
b. Giro pada Bank Indonesia,
c. Giro pada bank-bank lain, dan
d. Warkat dalam proses penagihan.
2. Aktiva tetap dan inventaris
Aktiva tetap yang dimiliki bank dapat berbentuk tanah, gedung kantor (baik kantor pusat maupun cabang-cabang), peralatan kantor seperti komputer, facsimile, ATM, peralatan promosi, dan lain-lain.
BAB 8
STRATEGI PEMASARAN BANK
Strategi pemasaran bank biasanya dilandaskan pada bauran pemasaran atau marketing mix yang terdiri atas 4 P, yaitu sebagai berikut :
1. Produk (Product)
2. Harga (Price)
3. Lokasi (Place)
4. Promosi (Promotion)
1. Strategi Produk (Product)
Produk perbankan adalah instrumen / perangkat yang dibeli dan dijual oleh bank.
Di Indonesia, produk yang dibeli bank antara lai :
a. Simpanan giro,
b. Deposito berjangka,
c. Sertifikat deposito,
d. Tabungan (tabungan nasional, tabungan khusus, dan lain-lain),
e. Wesel, surat tagih, promes dan lain-lain,
f. Setoran ongkos naik haji (ONH),
g. Traveler’s check,
h. Perdagangan valas/ mata uang asing,
i. dan lain-lain.
Adapun produk yang dijual bank antara lain :
a. Kredit perdagangan besar, menengah, dan kecil;
b. Kredit jangka pendek, menengah, dan panjang;
c. Kredit untuk industri, pertanian, perkapalan dan sektor lainnya;
d. Kredit usaha kecil (KUK), kredit profesi, dan lain-lain;
e. Kredit sindikasi;
f. L/C dalam dan luar negeri;
g. Perdagangan surat-surat berharga/ efek-efek;
h. dan lain-lain.
Disamping itu, bank juga menjual beberapa produk yang bersifat jasa/servis. Produk bank yang berupa jasa/servis antara lain adalah :
a. Kiriman uang/transfer dalam dan luar negeri,
b. Inkaso/penagihan piutang/ collection,
c. Safe deposit box (loket penyimpanan barang berharga)
d. Automated teller machine (ATM)
Contoh produk bank yang bersifat terpadu atau per paket, misalnya kombinasi dari produk-produk sebagai berikut :
a. Pinjaman jangka menengah/ panjang untuk fixed assets.
b. Pinjaman modal kerja/ pinjaman jangka pendek.
c. Pinjaman untuk mengimpor barang.
d. Fasilitas L/C.
e. Penagihan piutang/ collection.
Produk bank dapat dibedakan atas dasar penggolongan sebagai
berikut :
a. Penggolongan produk berdasarkan pelayanannya.
b. Penggolongan produk berdasarkan jenis konsumen, seperti pedagang besar, pedagang kecil, eksportir, lembaga pemerintah, lembaga keuangan dan bank lain, perorangan, dan lain-lain.
c. Penggolongan produk berdasarkan pola pembelian, misalnya dalam pelayanan simpanan giro, cara pengambilannya bisa secara tunai, cek, ataupun giro biyet.
2. Strategi Harga (Price)
Sebagaimana telah diuraikan pada Bab 2, produk bank bisa dibedakan antara :
a. Produk pada sisi pasiva dari neraca bank, seperti giro, tabungan. Deposito (simpanan masyarakat), dan
b. Produk pada sisi aktiva dari neraca bank, seperti kredit
Dalam hal penetapan harga deposito berjangka, pada umumnya bank harus memperhatikan tingkat suku bunga SBI, yang merupakan reference bagi bank untuk menetapkan tingkat suku bunga depositonya, baik untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, ataupun 12 bulan. Di samping itu, Bank Indonesia juga menetapkan ketentuan yang melarang bank umum untuk memasang harga simpanan depositonya lebih tinggi dari 125% x tingkat suku bunga SBI.
Sebaliknya, jika bank memasang harga terlalu rendah dibandingkan dengan bank-bank pesaingnya, dikhawatirkan para deposan mengalihkan dananya ke bank-bank pesaing tersebut. Dengan demikian, penetapan strategi harga bagi produk-produk perbankan ditentukan antara lain oleh :
a. Cost of loanable funds yang diperhitungkan serendah mungkin,
b. Tingkat suku bunga SBI serta ketentuan Bank Indonesia yang berlaku,
c. Tingkat harga yang “dipasang” oleh pesaing,
d. Profit margin (spread) yang layak.
3. Strategi Lokasi (Place)
Pada pemasaran produk barang-barang (manufaktur) dikenal adanya rangkaian saluran distribusi yang merupakan jalur pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan dari pabrik, misalnya melalui jaringan distributor atau agen, kemudian melalui berbagai jaringan pengecer (retailer) atau melalui tempat-tempat pemasaran umum (pasar tradisional, pasar swalayan/supermarket, toko, dan lain-lain), dan akhirnya sampai kepada konsumen akhir (end comsumer).
4. Strategi Promosi
Dalam bisnis perbankan juga dikenal adanya promotional mix (bauran promosi) yang meliputi :
a. Advertising/periklanan,
b. Sales promotion/promosi penjualan,
c. Personal selling/penjualan perseorangan,
d. Publicity/publisitas.
BAB 9
SIKLUS PERKREDITAN
Siklus Perkreditan
1. Permohonan Kredit
Permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank, umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Surat permohonan resmi
2. Akte pendirian perusahaan yang memohonkan kredit
3. Uraian singkat tentang rencana proyek yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah
4. Proyek yang cukup besar, kredit yang besar dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek (feasibility) yang disusun oleh lembaga konsultan
5. Laporan keuangan perusahaan
6. Informasi-informasi lain yang biasanya diminta bank, seperti :
a. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
b. Keterangan domisili dari perusahaan
c. Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka pembangunan proyek
d. Rekening perusahaan pada beberapa bank
Dalam permohonan tersebut calon nasabah diminta mengisi berbagai formulir standard (baku) yang sudah disusun oleh bank. formulir standar ini bentuknya bermacam-macam, tergantung kepada :
1. Jenis proyek
2. Sektor industri
3. Jenis kredit yang akan diminta
4. Besarnya biaya proyek
5. Besarnya jumlah kredit yang diminta
2. Analisis Kredit
Setelah permohonan kredit diterima oleh bank (biasanya yang menerima adalah account officer/wirakredit atau kepala bagian kredit), maka calon nasabah diminta untuk memberi keterangan-keterangan tambahan yang dapat menjelaskan isi dari berbagai dokumen yang disampaikannya kepada bank. keterangan-keterangan tersebut bisa disampaikan secara lisan melalui wawancara (interview) maupun tertulis sesuai dengan informasi maupun data yang diminta oleh account officer dari bank.
Selanjutnya, account officer atau wirakredit melakukan analisis kredit berdasarkan pedoman (manual) yang sudah ditentukan dalam bank dan biasanya bergantung kepada jenis kredit yang diminta.
3. Persetujuan Kredit
Analisis kredit yang dibuat oleh account officer atau wirakredit diperiksa (review) dahulu oleh atasannya, kepala bagian kredit, sebelum disampaikan ke direksi bank. Nama dari laporan analisis kredit bermacam-macam, tergantung pada sistem dan prosedur yang dimiliki bank, antara lain sebagai berikut.
1. Laporan analisis kredit
2. Laporan analisis permohonan kredit
3. Leporan rekomendasi kredit
4. Apraisal study
5. Laporan studi kelayakan proyek.
Atas dasar laporan analisis kredit, persetujuan kredit dilakukan oleh lembaga-lembaga yang berbeda antara lain:
1. Kepala cabang, jumlah kredit Rp. 500 juta
2. Kepala wilayah, jumlah kredit Rp. 750 juta
3. Direktur kredit untuk kredit sampai Rp. 1 miliar
4. Direktur bank untuk kredit sampai Rp. 5 miliar
5. Dewan komisaris kredit diatas R. 5 miliar
Persetujuan kredit dilakukan oleh suatu komite yang disebut “komite kredit”. Tugas komite ini adalah :
1. Memeriksa laporan analisis kredit
2. Menyetujui permohonan kredit dari nasabah
3. Menetapkan syarat-syarat pemberian kredit, seperti tingkat bunga, jangka waktu pinjaman, jaminan kredit, akad kredit dan lain-lain.
4. Perjanjian Kredit
Isi perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris publik berdasarkan masukan dari pihak bank adalah :
1. Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan)
2. Pihak penerima kredit (perusahaan/nasabah)
3. Tujuan pemberian kredit
4. Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap dan modal kerja
5. Besarnya kredit dalam tingkat bunga kredit oleh bank
6. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit seperti appreisal fee, commitment fee, supuervision fee, dan provisi fee.
7. Janka waktu pengembalian kredit
8. Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit
9. Jaminan kredit
10. Syarat-syarat yang harus dilakukan nasabah kredit misalnya, laporan produksi, leporan keuangan dll
11. Hak bank, misalnya; memeriksa keadaan proyek dan buku laporan keuangan nasabah.
5. Pencairan Kredit
Persyaratan pencairan kredit :
1. Perjanjian kredit sudah di tandatangani
2. Penarikan kredit sesuai kebutuhan proyek misalnya; memenuhi pembelian L/C (pembelian mesin-mesin), merekrut calon pegawai, survei pasar dll
3. Penarikan kredit sesuai jadwal pembangunan proyek
4. Permohonan pencairan kredit di dukung oleh dokumen yang sesuai dengan pencairan kredit
5. Besarnya kredit sesuai dengan rasio dana yang bersumber dari nasabah dan pembiayaan dari bank.
6. Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit meliputi berbagai aspek kegiatan yaitu :
1. Adanya administrasi kredit yang memadai dan penggunaan komputer online system; dll
2. Keharusan nasabah/kredit menyampaikan laporan produksi, laporan penjualan, serta laporan utang piutang perusahaan, laporan keuangan, laporan tenaga kerja, laporan asuransi aktiva tetap, dll
3. Keharusan wirakredit untuk melakukan kunjungan ke perusahaan
4. Adanya konsultan yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur
5. Adanya sistem peringatan (warning sistem) pada administrasi bank yang menangani nasabah yang bersangkutan.
7. Pelunasan kredit
Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibbuat, sehingga kredit dinyatakan lunas.
8. Tambahan Kredit
Kredit yang diberikan berupa, kredit nvestasi tambahan untuk membiayai tambahan barang-barang modal seperti; tambahan mesin dan peralatan atau berupa kredit modal kerja tambahan guna membiayai pembelian bahan baku tambahan.
9. Kredit Bermasalah
Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut dapat berupa sebagi berikut :
1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income dari kredit yang diberikannya
2. Rasio kualitas aktiva produksi menjadi semakin besar
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produksi yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada, hal ini akhirnya mengurangi besarnya modal bank dan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio)
4. (ROA) mengalami penurunan
Rescheduling
Merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada debitor, jika ternyata pihak debitor (berdasarkan penelitian dan perhitungan yang dilakukan account afficer bank) tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kepada angsuran pokok maupun bunga kredit.
Restructuring
Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatann kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.
BAB 10
ANALISIS KREDIT
Analisis kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit.
Pedoman analisis kredit pada UU No. 10 thn 1998 tentang perubahan UU No.7 thn 92 tentang perbankan, pasal 1 ayat (11) pasal 8, dan 29 ayat (3).
A. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip “ 6 C ”
1. Character (C – 1)
Adalah analisis mengenai watak/karakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur.
2. Capital (C – 2 )
Pihak (calon) debitur wajib memiliki sejumlah dana dengan besarnya modal sendiri yang tersedia atau debit to equity ratio, diketahui dari laporan keuangan perusahaan tersebut.
3. Capasity (C – 3)
Adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit yakni melunasi pokok pinjaman disertai bungan berdasarkan syarat yang diperjanjikan
4. Condition (C – 4)
Kondisi perusahaan dimana perusahaan tersebut dibangun, termasuk di dalamnya kondisi perekonomian. Kondisi-kondisi yang harus diperhatikan oleh pihak bank:
a. Kondisi dari sektor industri dimana proyek dibangun
b. Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus di impor
c. Nilai kurs valuta terhadap nilai rupiah
d. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku
e. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global
f. Kemudahan untuk peroleh SDM dan SDA
g. Tingkat bunga kredit yang berlaku
5. Collateral (C – 5)
Collateral adalah barang-barang yang disarankan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterima.
6. Constraints (C – 6)
Constrains adalah hambatan berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan
B. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip “ 6 A ”
Analisis kredit “6A” dibagi menjadi :
1. Analisis Aspek Yuridis (Hukum)
Bertujuan untuk meneliti legalitas perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit dari bank.
2. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
Bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar serta meneliti strategi pemasaran yang digunakan perusahaan.
3. Analisis Aspek Teknis
Bertujuan menilai kemampuan pengelola proyek dalam melaksanakan pembangunan proyek pada operasi perusahaan tersebut.
4. Analisis Aspek Manajemen
Bertujuan menilai kemampuan manajemen menjalankan bisnisnya.
5. Analisis Aspek Keuangan
Bertujuan menilai kemampuan manajemen menjalankan kemampuan keuangannya.
6. Analisis Aspek Sosial - Ekonomi
Bertujuan menilai proyek yang dibangun dari sudut pandang sosial maupun makro ekonomi, dll.
PENGERTIAN NORMALISASI
NORMALISASI
Pengertian Normalisasi
Normalisasi adalah menghilangkan redudansi data, menentukan key yang unik untuk mengakses data item dan membantu menentukan hubungan yang diperlukan data item. Tingkat normalisasi dapat disebut normal forms.
Proses normalisasi adalah proses untuk memperoleh properti-properti skema relasi yang bagus menjadi bentuk normal lebih tinggi sehingga syarat-syarat dibawah ini terpenuhi:
a. Mengoptimalisasi redudansi (pengulangan data yang tidak perlu). Redudansi tidak bisa dihilangkan sama sekali karena berguna untuk integritas referensial, tetapi redudansi bisa dioptimalisasi. Untuk jumlah data yang tidak terlalu banyak mungkin tidak terlalu berpengaruh dalam hal penggunaan harddisk. Tapi bayangkan jika ada ribuan, bahkan jutaan redudansi, mungkin akan sangat berpengaruh pada penggunaan ruang.
b. Menghilangkan anomali. Anomali pada dasarnya adalah ketidak-konsistenan (inkonsistensi). Misalkan ada pergantian nama dari Bank Perkasa menjadi Bank Perkasa Utama sebanyak 4 record. Jika pergantian nama hanya dilakukan pada salah satu record saja, maka terjadi ketidak-konsistenan yaitu satu nomor bank berrelasi dengan 2 nama bank yang berbeda.
Dekomposisi tabel dapat mengurangi redudansi yang ada dan menghilangkan anomali.
Perancangan melalui proses normalisasi mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Meminimalkan ukuran penyimpanan yang diperlukan untuk penyimpanan data.
b. Meminimalkan resiko inkonsistensi data pada basis data.
c. Meminimalkan kemungkinan anomaly pembaruan.
d. Memaksimalkan stabilitas struktur data.
Bentuk Normal
Tujuan proses normalisasi adalah mengkonversi relasi menjadi bentuk normal lebih tinggi. Terdapat beragam tingkat bentuk normal, yaitu :
a. Bentuk normal pertama (1NF)
b. Bentuk normal kedua (2NF)
c. Bentuk normal ketiga (3NF)
d. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)
e. Bentuk normal keempat (4NF)
f. Bentuk normal kelima (5NF)
Codd mendefinisikan bentuk normal pertama, kedua dan ketiga di makalah (Codd, 1970). Bentuk normal ketiga kemudian diperbaiki sehingga mempunyai bentuk normal yang lebih kuat yaitu BCNF (Codd, 1974). Fagin memperkenalkan bentuk normal keempat (Fagin, 1977), kemudian Fagin juga memperkenalkan bentuk normal kelima (Fagin, 1979).
Bentuk normal pertama untuk menghilangkan atribut bernilai jamak. Bentuk normal kedua untuk menghilangkan kebergantungan parsial. Bentuk normal ketiga untuk menghilangkan kebergantungan transitif. Bentuk normal Boyce-Codd untuk menghilangkan anomaly tersisa disebabkan kebergantungan fungsional. Bentuk normal keempat untuk menghilangkan kebergantungan nilai jamak. Bentuk normal kelima untuk menghilangkan anomaly tersisa.
Tiga bentuk normal pertama berkaitan dengan kebergantungan fungsional. Sementara itu bentuk keempat dan kelima berkaitan dengan redudansi yang disebabkan kebergantungan banyak nilai (multi-valued dependencies).
Bentuk Normal Pertama
Bentuk normal pertama adalah ekivalen dengan definisi model relasional. Relasi adalah bentuk normal pertama (1NF) jika semua nilai atributnya adalah sederhana (bukan komposit).
Bentuk Normal Kedua
Bentuk normal kedua memiliki ketentuan harus telah berbentuk normal pertama (1NF), dan semua atribut bukan utama harus bergantung fungsional penuh pada kunci relasi.
Relasi pada bentuk normal kedua harus tidak menyimpan fakta-fakta mengenai bagian kunci relasi. Bentuk normal kedua menghilangkan kebergantungan parsial dan masih memiliki anomali-anomali yang secara praktis tidak dapat diterima.
Bentuk Normal Ketiga
Bentuk normal ketiga memiliki ketentuan harus telah berbentuk normal kedua (2NF) dan relasi tidak boleh memuat kebergantungan fungsional di antara atribut-atribut bukan utama.
Bentuk normal ketiga menghilangkan kebergantungan transitif, awalnya bentuk normal ketiga dipikir sebagai bentuk normal puncak/paling akhir. Namun kemudian dapat ditemukan bentuk normal lebih kuat yaitu bentuk normal Boyce-Codd.
Bentuk Normal Boyce-Codd (BCNF)
BCNF memiliki ketentuan yaitu masing-masing atribut utama bergantung fungsional penuh pada masing-masing kunci dimana kunci tersebut bukan bagiannya. Relasi adalah BCNF (optimal) jika setiap determinan atribut-atribut relasi adalah kunci relasi. Relasi adalah BCNF (optimal) jika kapanpun fakta-fakta disimpan mengenai beberapa atribut, maka atribut-atribut ini merupakan satu kunci relasi. BCNF dapat memiliki lebih dari satu kunci. Properti penting BCNF adalah relasi tidak memiliki informasi yang redundan.
Bentuk Normal Keempat
Relasi dalam bentuk normal keempat (4NF) jika relasi dalam BCNF dan tidak berisi kebergantungan banyak nilai. Untuk menghilangkan kebergantungan banyak nilai dari satu relasi, kita membagi relasi menjadi dua relasi baru. Masing – masing relasi berisi dua atribut yang mempunyai hubungan banyak nilai.
Bentuk Normal Kelima
Bentuk normal kelima (5NF) berurusan dengan properti yang disebut join tanpa adanya kehilangan informasi (lossless join). Bentuk normal kelima (5NF) juga disebut PJNF (projection-join normal form). Kasus-kasus ini sangat jarang muncul dan sulit untuk dideteksi secara praktis.
DASAR-DASAR NORMALISASI
Normal form (bentuk normal) adalah suatu klas dari skema database relasi yang didefinisikan untuk memenuhi tujuan dari tingginya integritas dan maintainability.
Kreasi dari suatu bentuk normal disebut normalisasi
Normalisasi dicapai dengan penganalisaan ketergantungan diantara setiap individu attribut yang diassosiasikan dengan relasinya.
First normal form
Suatu relasi ada dalam kondisi First Normal Form (1NF) jika dan hanya jika semua domain yang tercakup terdiri hanya atomic value, misalnya tidak ada pengulangan group (domain-domain) dalam suatu tuple Keuntungan dari 1NF dibanding Unnormalized relation (UNRs) adalah pada bentuk penyederhanaan representasi dan kemudahan dalam pengembangan menggunakan suatu query language.
Kekurangannya adalah kebutuhan terhadap duplikasi data Sebagian besar sistem relasi (tidak semua) membutuhkan suatu relasi dalam bentuk 1NF Second Normal Form.
Suatu superkey adalah suatu himpunan dari satu atau lebih attribute, yang mana, dimana diambil secara khusus yang memmungkinkan kita untuk mengidentifikasikan secara unik satu entitas atau relasi Suatu Candidate key adalah suatu subset dari attribut-attribut pada superkey yang juga merupakan superkey dan tidak reducible ke superkey yang lain.
Suatu primary key dipilih dari himpunan candidate key untuk digunakan pada suatu index untuk relasi yang bersangkutan Kepemilikan dari satu atau beberapa attribute yang dapat didefinisikan secara unik dari nilai satu atau beberapa attribute disebut functional dependency diberikan suatu relasi (R), suatu himpunan (B) adalah functionally dependent pada himpunan attribut yang lain(A) jika, pada satu waktu tertentu, setiap nilai A diassosiasikan dengan satu nilai B, bentuk ini adalah suatu FD yang dinotasikan dengan A → B.
• contoh R : {paper-id, inst-name, isnt-addr, editor-id, publ-id, auth-id, auth-name,auth-addr}Fds : paper-id, auth-id → auth-namepaper-id,auth-id → auth-addrpaper-id, auth-id → inst-namepaper-id, auth-id → inst-addrauth-id → auth-nameauth-id → auth-addrinst-name → inst-addrpaper-id → editor-idpaper-id → publ-idbentuk sederhanapaper-id, auth-id → auth-name, auth-addr, inst-name, inst-addrauth-id → auth-name, auth-addrinst-name → inst-addr paper-id → pub-id, editor-id.
Suatu relasi adalah dalam posisi second normal form (2NF) jika dan hanya jika relasi tersebut juga dalam 1NF dan setiap nonkey attribute tergantung penuh pada primary key-nya 2NF membutuhkan bahwa FD apapun didalam relasi harus berisi semua komponen dari primary key sebagai determinant, baik secara langsung atau transitif.
contoh, primary key adalah paper_id, auth_id. Bagaimanapun, terdapat Fds yang lain (auth_Id → auth-name, auth-addr, and paper-id → pub-id, editor-id) yang berisi satu komponen dari primary key, tetapi tidak keduaduanya.
Mengapa harus 2NF, pertimbangkan keuntungan dari 1NF pada R. paper, pub-id dan editor-id dibuat duplikat. Untuk setiap author dari paper. Jika editor dari publikasi untuk suatu paper berubah, beberapa tuple harus pula di-update. Akhirnya, jika satu paper di ambil, semua tupple yang diassosiasikan harus dihapus. Bentuk ini akan memberikan efek samping pada penghapusan informasi yang mengassosiasikan suatu auth-id dengan auth-name dan auth-addr.
Suatu cara yang dapat dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan mentransformasikan relasi kedalam dua atau beberapa relasi 2NF c.
Contoh R1 : paper-id, auth-id → inst-name, inst-addrR2 : auth-id → auth-name, auth-addrR3 : paper-id → pub-id, editor-id.
Third Normal Form
Pada R1, inst_addr pasti diduplikat untuk setiap kombinasi paper_author yang mejelaskan satu inst_name. Juga, jika kita menghapus satu paper dari database, kita harus memberikan efek samping penghapusan assosiasi antara inst_name dan inst_addr.
Suatu relasi dalam Third Normal Form (3NF) jika dan hanya jika relasi tersebut dalam 2NF dan setiap non key attribute adalah nontransitive dependent pada primary key.
Contoh :R11 : paper-id, auth-id → inst-nameR12 : inst_name → inst_addrR2 : auth-id → auth-name, auth-addrR3 : paper-id → pub-id, editor-id
Boyce-Codd Normal Form
Suatu Trivial FD adalah suatu bentuk YZ → Z.
Suatu relasi R dalam kondisi Boyce-Codd Normal Form (BCNF) jika untuk semua nontrivial FD X → A, X adalah superkey.
BCNF adalah suatu bentuk yang lebih kuat dari normalisasi ke tiga. 3NF equivalent dengan perkataan bahwauntuk setiap nontrivial FD X → A, dimana X dan A merupakan simple atau composite attribut, satu dari duakondisi harus dipenuhi.X adalah superkey, atauA adalah prime attribute BCNF mengelimisasi kondisi kedua dari 3NF.
Penerapan Bentuk Normalisasi
Proses perancangan database menggunakan metode normalisasi dapat dimulai dari dokumen dasar yang pakai dalam sistem.
Menuliskan semua data yang akan direkam, bagian yang double tidak perlu dituliskan. Terlihat record record yang tidak lengkap, sulit untuk membayangkan bagaimana bentuk record yang harus dibentuk untuk merekam data tersebut.
Bentuklah menjadi bentuk normal kesatu dengan memisah misahkan data pada field field yang tepat dan benilai atomic, juga seluruh record harus lengkap adanya. Bentuk file adalah flat file.
Dengan bentuk normal kesatu ini telah dapat dibuat satu file dengan 11 field yaitu nomor factur, kode supplier, nama supplier, kode barang, nama barang, tanggal, jatuh tempo, quantitas, harga, jumlah, total satu factur.
Selanjutnya sebagai contoh kita perhatian data pada suatu rumah sakit bedah yang telah tersusun dalam bentuk laporan.
Suatu relasi yang tak normal. Perpotongan antara baris dan kolom ada yang memiliki lebih dari satu nilai. Identifikasi unik (primary key) dari table 2 adalah NO PASIEN. Berdasankan nilai key ini kita tidak bisa memperoleh nilai atribut yang unik, karena terjadi group pengulangan pada kolom-kolom :
* NO DOKTER
* NAMA DOKTER
* TGL OPERASI
* JENIS OPERASI
Desain dengan group pengulangan seperti ini akan banyak menimbulkan masalah dalam melakukan pemrosesan, yaitu diperlukan program aplikasi yang sedikit kompleks, karena untuk kolom di mana terjadi group pengulangan diperlukan penanganan khusus.
1NF
Untuk mengatasi hal ini, kita transformasikan tabel pada table 2 menajdi tabel dengan relasi bentuk normal pertama table 3. Identifikasi unik pada tabel ini adalah NO PASIEN, NO DOKTER, TGL OPERASI. Dengan kata lain, jika kita mengetahui NO PASIEN, NO DOKTER dan TGL OPERASI maka kita bisa memperoleh nilai unik dan atribut-atnibut yang lainnya. Dalam hal ini dikatakan, semua atribut yang bukan sebagai key secara bersama-sama bergantung penuh kepada identifikasi unik. Identifikasi unik ini disebut sebagai primary key dari tabel 1NF.
Penyimpangan yang terjadi pada relasi bentuk normal ke pertama ini adalah sbb :Penyimpangan penyisipanJika ada pasien baru yang akan dioperasi, tapi kita belum tahu siapa dokternya dan kapan operasi dilakukan, maka kita tidak bisa menyisipkan data tentang pasien tersebut berdasarkan primary key yang ada. Untuk menyisipkan NAMA PASIEN dan ALAMAT PASIEN, kita hanya membutuhkan NO PASIEN sebagal key. Jadi kita tidak bisa menyisipkan data sebelum diketahui dokter siapa dan kapan operasi akan dilakukan. Jika kita plsahkan atribut NAMA PASIEN, ALAMAT PASIEN bersama-sama dengan NO PASIEN, maka penyisipan data pasien baru bisa dilakukan.
Hal yang sama juga terjadi jika kita ingin menyisipkan dokter yang baru mulal bekerja pada rumah sakit tersebut. Selama dokter baru tersebut belum pemah melakukan operasi, maka kita tidak bisa menyisipkan data tentang dokter tersebut ke dalam entiti. Hal ini bisa diatasi dengan memisahkan atribut NAMA DOKTER bersama-sama dengan atribut NO DOKTER menjadi satu entiti baru.Penyimpangan perubahanPasien yang merupakan langganan rumah sakit tersebut yang beberapa kali dioperasi, seperti mlsalnya pasien dengan nama JOHN, setiap kali dilakukan operasi, data-data tentang JOHN, yaitu NAMA dan ALAMAT akan tercatat dalam satu rekord. Dalam contoh ini JOHN dioperasi sebanyak empat kali, maka JOHN memiliki empat rekord. Jika suatu saat, misahiya JOHN dioperasi untuk yang ke lima kalinya, sedangkan pada seat itu JOHN sudah pindah alamat. Jadi alamat-alamat yang tercatat sebelumnya tidak berlaku lagi dan perlu diperbaharui. karena alamat JOHN tercatat dibeberapa tempat, maka pembaharuan juga harus dilakukan dibeberapa tempat. ini adalah contoh penyimpangan perubaban yang muncul pada table dengan relasi bentuk pertama.Penyimpangan perubahan ini bisa diatasi, jika atribut-atribut NAMA PASIEN dan ALAMAT PASIEN tercatat hanya sekali untuk setiap pasien.
Hal ini bias dilakukan dengan menempatkan atribut NAMA PASIEN dan AIAMAT PASIEN bersama-sarna dengan NO PASIEN dalam satu entiti terpisah.Penyimpangan-penghapusan yang teijadi pada relasi bentuk pertama ini adalah sebagai berikut: Penyimpangan penghapusanMisalnya ada pasien yang dirawat meninggal dunia, misalnya pasien dengan nama BUD!. Ketika data-data tentang BUDI dihapus, secara tidak sengaja kita juga kehilangan data-data tentang dokter yang melakukan operasi terhadap BUDI, yaltu DR. A. Kebetulan. DR. A melakukan operasi baru sekali, sehingga data-data tentang DR. A tidak ada ditempat lain. Tentunya hal. ini tidak diinginkan karena data-data tentang DR. A masih dlbutuhkan di rumahsakit tersebut.Penyimpangan penghapusan seperti pada contoh ini, bisa diatasi dengan memisahkan data-data tentang dokter menjadi satu entili terpisah, dengan demikian setiap ada pasien yang meninggal dunia dan rekordnya Ingin dihapus, kita tidak akan kehilangan data-data tentang dokter yang merawatnya.
Di samping penyimpangan di atas, pada relasi dengan bentuk normal pertama juga terjadi penyimpangan-penyimpangan tempat penyunpanan (storage Anomaly), yaftu pada kolom kolom NO PASIEN, NAMA PASIEN, ALAMAT PASIEN terdapat nilai yang ditulis berulang-ulang, ini disebabkan karena pasien dengan NAMA dan ALAMAT tersebut menjalani beberapa kali operasi. Hal yang sama juga terjadi pada kolom NO DOKTER dan NAMA DOKTER yaitu untuk dokter-dokter yang telah melakukan beberapa kali operasi. Penyimpangan ini muncul karena ada atribut-atribut yang bergantung secara penuh kepada bagian dari key. Seperti mlsa]nya NAMA PASIEN dan M4MAT PASIEN bergantung secara penuh pada NO PASIEN, dan NO PASIEN adalah bagian dari key. Demikian juga untuk atribut NAMA DOKTER yang bergantung secara penuh pada NO DOKTER yang merupakan bagian dari key.
Untuk mengatasi penyimpangan.penyimpangan yang terjadi pada bentuk normal pertama adalah pisahkan kolorn-kolom ditempat mana duplikasi data terjadi atau bangun enilti baru yang terdiri dari atribut atribut yang bergantung secara penuh pada bagian dari key, dengan keteutuan sebag berikut:
1. Key dari tabel baru adalah key dari group dupilkasi.2. Key dari tabel asal adalah sebagai atribut pada tabel baru.3 Mungkin perlu menyertakan key atau bagian dar key pada tabel asal sebagai key pada tabel baru Group duplikasi pada pembahasan kita adalah NO PASIEN, NAMA PASIEN ALAMAT PASIEN dan key dari group ini adalah No PASIEN.
2. Sedangkan group duplikasi yang lain, yaitu NO DOKTER dan NAMA DOK. TER dipisahkan menjadi tabel DOKTER, dengan key NO DOKTER.
Sedangkan entiti asal akan menjadi seperti berikut, kita sebut saja sebagai tabel MASTER. Group duplikasi pada tabel yang klta bicanakan adalah NO PASIEN, NAMA PASIEN, ALAMAT PASIEN. Bentuk tabel baru dengan nama PASIEN
Hasil proses normalisasi dan relasi normal bentuk pertama, yaltu pada tabel-4, tabel-5,Tabel-6 adalah relasi beri normal kedua (2NF).
Untuk melakukan pengecekan, apakah relasi dalam suatu tabel bukan merupakan bentuk normal ke dua adalah jika primary key merupakan gabungan dan beberapa atnibut dan ada atribut lain yang bergantung secara penuh pada salah satu atau bagian dan primary key.
Setiap relasi bentuk normal ice dna makaju merupakan relasi bentuk normal pertama. Sebaliknya, jika rebel bentuk normal pertama maka belum teutu merupakan relasi bentuk normal ice dua. Tabel yang ditunjukkan pada Gambar XWJ adalah relasi bentuk normal pertama, tapi bukan bentuk normal ke dna, sedangkan pada Gambar XWA, Gambar XW.5 dan Gambar XIV4 adeh relasi bentuk normal pertama dan juga relasi bentuk normal kedua.Penyunpangan-penyimpangan yang teqadi pada relasi bentuk normal pertama dapat diatasl dengan membanin entfti-entiti barn, yaltu entiti MASTER, entiti PASIEN dan entiti DOKTER. Proses nornalisasi di aim menghasm relasi bentuk normal kedua,. Relasi antara ketiga entiti dapat digambarkan sebagai benlkut PASIEN < —— >> MASTER << ———- > DOKTER yaita antara PASIEN dan MASTER satu-ke-banyak dan antara DOKTER dan MASTER satu-ke-banyak.Jika kita ingin menyisipkan data-data tentang pasien baru, pada relasi bentuk normal kedua kita melakukannya dengan menyisipkan data teisebut ke entiti PASIEN. Demikian juga, jika data-data tentang dokter yang ingin dimasukkannya, kita bisa menyisipkarmya pada entiti DOKTER. Untuk melakukan perubahan.pembakan alamat pasien, kita tidak penlu lagi melakukan perubahan dibeberapa tempat, tapi cukup mengadakan perubahan satu rekord pada entiti PASIEN. Apabila ada rekord yang harus dihapus pada entiti MASTER, kita tidak akan kehilangan data-data tentang dokter yang dihapus pada entiti MASTER, karena semua data-data tentang dokter berada dalam entiti DOKTER.
Penyirnpangan..penyimpangan yang tenjadi pada relasi bentuk normal pertama telah dapat diatasi dengan mentransformasikan menjadi relasi bentuk normal kedua. Walaupun demikian, bukan berarti pada relasl bentuk normal kedua sudah tidak ada lagi penyimpangan-penyimpangan tersebut. Berikut ini kita lihat penyimpangan..penyimpg yang teijadi pada relasi bentuk normal kedua, perhatjkan Garnbar XW.6. Penyimpangan penyisipan Kita tidak bisa menyisipkan data-data tentang obat dan efek sarnpi. ngannya, kecuali jika obat tersebut diberikan kepada pasien. Dengan kata lain, jika kita ingin menyisipican data-data tentang obat, maka kita tenlebih dahulu hams membangun suatu relasi dengan primary key pada entiti MASTER. Penyimpangan penghapusan Penyimpangan penghapusan teijadi jika ada atribut bukan key yang bergantung penuh pada atnibut yang juga bukan key. Path gambar XIV.6, atnibut EFEK SAMPINGAN di samping bergantung path primary key, juga bergantung path atnbut OBAT YANG DJBERJK yang bukan sebagai k. Jika misainya ada pasien yang dlbCdkan PENICILLIN tapi efek samping yang bukan DEMAM, maka EFEK SAMPINGAN liii harus dihapus atau diperbaharui. Jika PENICILLIN dengan EFEK SAMPINGAN DEMAM mlsalnya tercatat hanya sekali, maka penghapusan ml akan menghilangkan informasi tentang PENICILLIN dengan EFEK SAMPINGAN DEMAM. Hal ini mungkin tidak diinginkan. Penyimpangan perubahan jika EFEK SAMPINGAN yang dibicarakan dalam kasus penyimpangan penghapusan muncul di beberapa tempat, maka perubahan harus dilakukan di beberapa tempat. Hal ini tentunya akan membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan melakukan perubahan hanya pada satu tempat saja. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada relasi bentuk normal kedua sebagai akibat dari kebergantungan atribut bukan key (EFEK SAMPINGAN) pada atribut lain yang juga bukan sebagai key (OBAT YANG DIBERIKAN). Ketergantungan semacam ini disebut ketergantungan transitif (transitive Dependency).Untuk mengatasi ketergantungan transitif ini, pisahkan atribut-atribut bukan key yang bergantung pada atribut lain yang juga bukan key. Dalam contoh ini, kita bangun entiti baru, yaitu entiti OBAT dengan atribut-atribut OBAT YANG DIBERIKAN dan EFEK SAMPINGAN.
Proses normalisasi yang dilakukan pada relasi bentuk normal kedua menghasilkan relasi dengan bentuk normal ketiga.
Setiap relasi bentuk normal ketiga maka juga merupakan relasi bentuk normal kedua. Sebaliknya, jika relasi bentuk normal kedua maka belum tentu merupakan relasi bentuk normal ketiga. Tabel yang ditunjukkan pada table 7 adalah relasi bentuk normal ketiga dan juga relasi bentuk normal kedua.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada relasi bentuk normal kedua, dapat diatasi dengan membangun entiti baru yang terdiri dari atribut-atribut yang bergantung transitif, dan proses normalisasinya menghasil relasi bentuk normal ketiga. Transforrnasi dan relasi bentuk normal kedua ke relasi bentuk normal ketiga hampir sama dengan transformasi dan bentuk normal pertama kebentuk normal kedua. Perbedaan keduanya adaIah, tranformasi dari 1NF ke 2NF, berdasarkan relasi antara atribut bukan key dengan atribut yang sebagai key sedangbn transformasi dari 2NF ke 3NF, berdasarkan relasi antara atribut bukan key dengan atribut lain yang juga bukan key.
Pengertian Normalisasi
Normalisasi adalah menghilangkan redudansi data, menentukan key yang unik untuk mengakses data item dan membantu menentukan hubungan yang diperlukan data item. Tingkat normalisasi dapat disebut normal forms.
Proses normalisasi adalah proses untuk memperoleh properti-properti skema relasi yang bagus menjadi bentuk normal lebih tinggi sehingga syarat-syarat dibawah ini terpenuhi:
a. Mengoptimalisasi redudansi (pengulangan data yang tidak perlu). Redudansi tidak bisa dihilangkan sama sekali karena berguna untuk integritas referensial, tetapi redudansi bisa dioptimalisasi. Untuk jumlah data yang tidak terlalu banyak mungkin tidak terlalu berpengaruh dalam hal penggunaan harddisk. Tapi bayangkan jika ada ribuan, bahkan jutaan redudansi, mungkin akan sangat berpengaruh pada penggunaan ruang.
b. Menghilangkan anomali. Anomali pada dasarnya adalah ketidak-konsistenan (inkonsistensi). Misalkan ada pergantian nama dari Bank Perkasa menjadi Bank Perkasa Utama sebanyak 4 record. Jika pergantian nama hanya dilakukan pada salah satu record saja, maka terjadi ketidak-konsistenan yaitu satu nomor bank berrelasi dengan 2 nama bank yang berbeda.
Dekomposisi tabel dapat mengurangi redudansi yang ada dan menghilangkan anomali.
Perancangan melalui proses normalisasi mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Meminimalkan ukuran penyimpanan yang diperlukan untuk penyimpanan data.
b. Meminimalkan resiko inkonsistensi data pada basis data.
c. Meminimalkan kemungkinan anomaly pembaruan.
d. Memaksimalkan stabilitas struktur data.
Bentuk Normal
Tujuan proses normalisasi adalah mengkonversi relasi menjadi bentuk normal lebih tinggi. Terdapat beragam tingkat bentuk normal, yaitu :
a. Bentuk normal pertama (1NF)
b. Bentuk normal kedua (2NF)
c. Bentuk normal ketiga (3NF)
d. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)
e. Bentuk normal keempat (4NF)
f. Bentuk normal kelima (5NF)
Codd mendefinisikan bentuk normal pertama, kedua dan ketiga di makalah (Codd, 1970). Bentuk normal ketiga kemudian diperbaiki sehingga mempunyai bentuk normal yang lebih kuat yaitu BCNF (Codd, 1974). Fagin memperkenalkan bentuk normal keempat (Fagin, 1977), kemudian Fagin juga memperkenalkan bentuk normal kelima (Fagin, 1979).
Bentuk normal pertama untuk menghilangkan atribut bernilai jamak. Bentuk normal kedua untuk menghilangkan kebergantungan parsial. Bentuk normal ketiga untuk menghilangkan kebergantungan transitif. Bentuk normal Boyce-Codd untuk menghilangkan anomaly tersisa disebabkan kebergantungan fungsional. Bentuk normal keempat untuk menghilangkan kebergantungan nilai jamak. Bentuk normal kelima untuk menghilangkan anomaly tersisa.
Tiga bentuk normal pertama berkaitan dengan kebergantungan fungsional. Sementara itu bentuk keempat dan kelima berkaitan dengan redudansi yang disebabkan kebergantungan banyak nilai (multi-valued dependencies).
Bentuk Normal Pertama
Bentuk normal pertama adalah ekivalen dengan definisi model relasional. Relasi adalah bentuk normal pertama (1NF) jika semua nilai atributnya adalah sederhana (bukan komposit).
Bentuk Normal Kedua
Bentuk normal kedua memiliki ketentuan harus telah berbentuk normal pertama (1NF), dan semua atribut bukan utama harus bergantung fungsional penuh pada kunci relasi.
Relasi pada bentuk normal kedua harus tidak menyimpan fakta-fakta mengenai bagian kunci relasi. Bentuk normal kedua menghilangkan kebergantungan parsial dan masih memiliki anomali-anomali yang secara praktis tidak dapat diterima.
Bentuk Normal Ketiga
Bentuk normal ketiga memiliki ketentuan harus telah berbentuk normal kedua (2NF) dan relasi tidak boleh memuat kebergantungan fungsional di antara atribut-atribut bukan utama.
Bentuk normal ketiga menghilangkan kebergantungan transitif, awalnya bentuk normal ketiga dipikir sebagai bentuk normal puncak/paling akhir. Namun kemudian dapat ditemukan bentuk normal lebih kuat yaitu bentuk normal Boyce-Codd.
Bentuk Normal Boyce-Codd (BCNF)
BCNF memiliki ketentuan yaitu masing-masing atribut utama bergantung fungsional penuh pada masing-masing kunci dimana kunci tersebut bukan bagiannya. Relasi adalah BCNF (optimal) jika setiap determinan atribut-atribut relasi adalah kunci relasi. Relasi adalah BCNF (optimal) jika kapanpun fakta-fakta disimpan mengenai beberapa atribut, maka atribut-atribut ini merupakan satu kunci relasi. BCNF dapat memiliki lebih dari satu kunci. Properti penting BCNF adalah relasi tidak memiliki informasi yang redundan.
Bentuk Normal Keempat
Relasi dalam bentuk normal keempat (4NF) jika relasi dalam BCNF dan tidak berisi kebergantungan banyak nilai. Untuk menghilangkan kebergantungan banyak nilai dari satu relasi, kita membagi relasi menjadi dua relasi baru. Masing – masing relasi berisi dua atribut yang mempunyai hubungan banyak nilai.
Bentuk Normal Kelima
Bentuk normal kelima (5NF) berurusan dengan properti yang disebut join tanpa adanya kehilangan informasi (lossless join). Bentuk normal kelima (5NF) juga disebut PJNF (projection-join normal form). Kasus-kasus ini sangat jarang muncul dan sulit untuk dideteksi secara praktis.
DASAR-DASAR NORMALISASI
Normal form (bentuk normal) adalah suatu klas dari skema database relasi yang didefinisikan untuk memenuhi tujuan dari tingginya integritas dan maintainability.
Kreasi dari suatu bentuk normal disebut normalisasi
Normalisasi dicapai dengan penganalisaan ketergantungan diantara setiap individu attribut yang diassosiasikan dengan relasinya.
First normal form
Suatu relasi ada dalam kondisi First Normal Form (1NF) jika dan hanya jika semua domain yang tercakup terdiri hanya atomic value, misalnya tidak ada pengulangan group (domain-domain) dalam suatu tuple Keuntungan dari 1NF dibanding Unnormalized relation (UNRs) adalah pada bentuk penyederhanaan representasi dan kemudahan dalam pengembangan menggunakan suatu query language.
Kekurangannya adalah kebutuhan terhadap duplikasi data Sebagian besar sistem relasi (tidak semua) membutuhkan suatu relasi dalam bentuk 1NF Second Normal Form.
Suatu superkey adalah suatu himpunan dari satu atau lebih attribute, yang mana, dimana diambil secara khusus yang memmungkinkan kita untuk mengidentifikasikan secara unik satu entitas atau relasi Suatu Candidate key adalah suatu subset dari attribut-attribut pada superkey yang juga merupakan superkey dan tidak reducible ke superkey yang lain.
Suatu primary key dipilih dari himpunan candidate key untuk digunakan pada suatu index untuk relasi yang bersangkutan Kepemilikan dari satu atau beberapa attribute yang dapat didefinisikan secara unik dari nilai satu atau beberapa attribute disebut functional dependency diberikan suatu relasi (R), suatu himpunan (B) adalah functionally dependent pada himpunan attribut yang lain(A) jika, pada satu waktu tertentu, setiap nilai A diassosiasikan dengan satu nilai B, bentuk ini adalah suatu FD yang dinotasikan dengan A → B.
• contoh R : {paper-id, inst-name, isnt-addr, editor-id, publ-id, auth-id, auth-name,auth-addr}Fds : paper-id, auth-id → auth-namepaper-id,auth-id → auth-addrpaper-id, auth-id → inst-namepaper-id, auth-id → inst-addrauth-id → auth-nameauth-id → auth-addrinst-name → inst-addrpaper-id → editor-idpaper-id → publ-idbentuk sederhanapaper-id, auth-id → auth-name, auth-addr, inst-name, inst-addrauth-id → auth-name, auth-addrinst-name → inst-addr paper-id → pub-id, editor-id.
Suatu relasi adalah dalam posisi second normal form (2NF) jika dan hanya jika relasi tersebut juga dalam 1NF dan setiap nonkey attribute tergantung penuh pada primary key-nya 2NF membutuhkan bahwa FD apapun didalam relasi harus berisi semua komponen dari primary key sebagai determinant, baik secara langsung atau transitif.
contoh, primary key adalah paper_id, auth_id. Bagaimanapun, terdapat Fds yang lain (auth_Id → auth-name, auth-addr, and paper-id → pub-id, editor-id) yang berisi satu komponen dari primary key, tetapi tidak keduaduanya.
Mengapa harus 2NF, pertimbangkan keuntungan dari 1NF pada R. paper, pub-id dan editor-id dibuat duplikat. Untuk setiap author dari paper. Jika editor dari publikasi untuk suatu paper berubah, beberapa tuple harus pula di-update. Akhirnya, jika satu paper di ambil, semua tupple yang diassosiasikan harus dihapus. Bentuk ini akan memberikan efek samping pada penghapusan informasi yang mengassosiasikan suatu auth-id dengan auth-name dan auth-addr.
Suatu cara yang dapat dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan mentransformasikan relasi kedalam dua atau beberapa relasi 2NF c.
Contoh R1 : paper-id, auth-id → inst-name, inst-addrR2 : auth-id → auth-name, auth-addrR3 : paper-id → pub-id, editor-id.
Third Normal Form
Pada R1, inst_addr pasti diduplikat untuk setiap kombinasi paper_author yang mejelaskan satu inst_name. Juga, jika kita menghapus satu paper dari database, kita harus memberikan efek samping penghapusan assosiasi antara inst_name dan inst_addr.
Suatu relasi dalam Third Normal Form (3NF) jika dan hanya jika relasi tersebut dalam 2NF dan setiap non key attribute adalah nontransitive dependent pada primary key.
Contoh :R11 : paper-id, auth-id → inst-nameR12 : inst_name → inst_addrR2 : auth-id → auth-name, auth-addrR3 : paper-id → pub-id, editor-id
Boyce-Codd Normal Form
Suatu Trivial FD adalah suatu bentuk YZ → Z.
Suatu relasi R dalam kondisi Boyce-Codd Normal Form (BCNF) jika untuk semua nontrivial FD X → A, X adalah superkey.
BCNF adalah suatu bentuk yang lebih kuat dari normalisasi ke tiga. 3NF equivalent dengan perkataan bahwauntuk setiap nontrivial FD X → A, dimana X dan A merupakan simple atau composite attribut, satu dari duakondisi harus dipenuhi.X adalah superkey, atauA adalah prime attribute BCNF mengelimisasi kondisi kedua dari 3NF.
Penerapan Bentuk Normalisasi
Proses perancangan database menggunakan metode normalisasi dapat dimulai dari dokumen dasar yang pakai dalam sistem.
Menuliskan semua data yang akan direkam, bagian yang double tidak perlu dituliskan. Terlihat record record yang tidak lengkap, sulit untuk membayangkan bagaimana bentuk record yang harus dibentuk untuk merekam data tersebut.
Bentuklah menjadi bentuk normal kesatu dengan memisah misahkan data pada field field yang tepat dan benilai atomic, juga seluruh record harus lengkap adanya. Bentuk file adalah flat file.
Dengan bentuk normal kesatu ini telah dapat dibuat satu file dengan 11 field yaitu nomor factur, kode supplier, nama supplier, kode barang, nama barang, tanggal, jatuh tempo, quantitas, harga, jumlah, total satu factur.
Selanjutnya sebagai contoh kita perhatian data pada suatu rumah sakit bedah yang telah tersusun dalam bentuk laporan.
Suatu relasi yang tak normal. Perpotongan antara baris dan kolom ada yang memiliki lebih dari satu nilai. Identifikasi unik (primary key) dari table 2 adalah NO PASIEN. Berdasankan nilai key ini kita tidak bisa memperoleh nilai atribut yang unik, karena terjadi group pengulangan pada kolom-kolom :
* NO DOKTER
* NAMA DOKTER
* TGL OPERASI
* JENIS OPERASI
Desain dengan group pengulangan seperti ini akan banyak menimbulkan masalah dalam melakukan pemrosesan, yaitu diperlukan program aplikasi yang sedikit kompleks, karena untuk kolom di mana terjadi group pengulangan diperlukan penanganan khusus.
1NF
Untuk mengatasi hal ini, kita transformasikan tabel pada table 2 menajdi tabel dengan relasi bentuk normal pertama table 3. Identifikasi unik pada tabel ini adalah NO PASIEN, NO DOKTER, TGL OPERASI. Dengan kata lain, jika kita mengetahui NO PASIEN, NO DOKTER dan TGL OPERASI maka kita bisa memperoleh nilai unik dan atribut-atnibut yang lainnya. Dalam hal ini dikatakan, semua atribut yang bukan sebagai key secara bersama-sama bergantung penuh kepada identifikasi unik. Identifikasi unik ini disebut sebagai primary key dari tabel 1NF.
Penyimpangan yang terjadi pada relasi bentuk normal ke pertama ini adalah sbb :Penyimpangan penyisipanJika ada pasien baru yang akan dioperasi, tapi kita belum tahu siapa dokternya dan kapan operasi dilakukan, maka kita tidak bisa menyisipkan data tentang pasien tersebut berdasarkan primary key yang ada. Untuk menyisipkan NAMA PASIEN dan ALAMAT PASIEN, kita hanya membutuhkan NO PASIEN sebagal key. Jadi kita tidak bisa menyisipkan data sebelum diketahui dokter siapa dan kapan operasi akan dilakukan. Jika kita plsahkan atribut NAMA PASIEN, ALAMAT PASIEN bersama-sama dengan NO PASIEN, maka penyisipan data pasien baru bisa dilakukan.
Hal yang sama juga terjadi jika kita ingin menyisipkan dokter yang baru mulal bekerja pada rumah sakit tersebut. Selama dokter baru tersebut belum pemah melakukan operasi, maka kita tidak bisa menyisipkan data tentang dokter tersebut ke dalam entiti. Hal ini bisa diatasi dengan memisahkan atribut NAMA DOKTER bersama-sama dengan atribut NO DOKTER menjadi satu entiti baru.Penyimpangan perubahanPasien yang merupakan langganan rumah sakit tersebut yang beberapa kali dioperasi, seperti mlsalnya pasien dengan nama JOHN, setiap kali dilakukan operasi, data-data tentang JOHN, yaitu NAMA dan ALAMAT akan tercatat dalam satu rekord. Dalam contoh ini JOHN dioperasi sebanyak empat kali, maka JOHN memiliki empat rekord. Jika suatu saat, misahiya JOHN dioperasi untuk yang ke lima kalinya, sedangkan pada seat itu JOHN sudah pindah alamat. Jadi alamat-alamat yang tercatat sebelumnya tidak berlaku lagi dan perlu diperbaharui. karena alamat JOHN tercatat dibeberapa tempat, maka pembaharuan juga harus dilakukan dibeberapa tempat. ini adalah contoh penyimpangan perubaban yang muncul pada table dengan relasi bentuk pertama.Penyimpangan perubahan ini bisa diatasi, jika atribut-atribut NAMA PASIEN dan ALAMAT PASIEN tercatat hanya sekali untuk setiap pasien.
Hal ini bias dilakukan dengan menempatkan atribut NAMA PASIEN dan AIAMAT PASIEN bersama-sarna dengan NO PASIEN dalam satu entiti terpisah.Penyimpangan-penghapusan yang teijadi pada relasi bentuk pertama ini adalah sebagai berikut: Penyimpangan penghapusanMisalnya ada pasien yang dirawat meninggal dunia, misalnya pasien dengan nama BUD!. Ketika data-data tentang BUDI dihapus, secara tidak sengaja kita juga kehilangan data-data tentang dokter yang melakukan operasi terhadap BUDI, yaltu DR. A. Kebetulan. DR. A melakukan operasi baru sekali, sehingga data-data tentang DR. A tidak ada ditempat lain. Tentunya hal. ini tidak diinginkan karena data-data tentang DR. A masih dlbutuhkan di rumahsakit tersebut.Penyimpangan penghapusan seperti pada contoh ini, bisa diatasi dengan memisahkan data-data tentang dokter menjadi satu entili terpisah, dengan demikian setiap ada pasien yang meninggal dunia dan rekordnya Ingin dihapus, kita tidak akan kehilangan data-data tentang dokter yang merawatnya.
Di samping penyimpangan di atas, pada relasi dengan bentuk normal pertama juga terjadi penyimpangan-penyimpangan tempat penyunpanan (storage Anomaly), yaftu pada kolom kolom NO PASIEN, NAMA PASIEN, ALAMAT PASIEN terdapat nilai yang ditulis berulang-ulang, ini disebabkan karena pasien dengan NAMA dan ALAMAT tersebut menjalani beberapa kali operasi. Hal yang sama juga terjadi pada kolom NO DOKTER dan NAMA DOKTER yaitu untuk dokter-dokter yang telah melakukan beberapa kali operasi. Penyimpangan ini muncul karena ada atribut-atribut yang bergantung secara penuh kepada bagian dari key. Seperti mlsa]nya NAMA PASIEN dan M4MAT PASIEN bergantung secara penuh pada NO PASIEN, dan NO PASIEN adalah bagian dari key. Demikian juga untuk atribut NAMA DOKTER yang bergantung secara penuh pada NO DOKTER yang merupakan bagian dari key.
Untuk mengatasi penyimpangan.penyimpangan yang terjadi pada bentuk normal pertama adalah pisahkan kolorn-kolom ditempat mana duplikasi data terjadi atau bangun enilti baru yang terdiri dari atribut atribut yang bergantung secara penuh pada bagian dari key, dengan keteutuan sebag berikut:
1. Key dari tabel baru adalah key dari group dupilkasi.2. Key dari tabel asal adalah sebagai atribut pada tabel baru.3 Mungkin perlu menyertakan key atau bagian dar key pada tabel asal sebagai key pada tabel baru Group duplikasi pada pembahasan kita adalah NO PASIEN, NAMA PASIEN ALAMAT PASIEN dan key dari group ini adalah No PASIEN.
2. Sedangkan group duplikasi yang lain, yaitu NO DOKTER dan NAMA DOK. TER dipisahkan menjadi tabel DOKTER, dengan key NO DOKTER.
Sedangkan entiti asal akan menjadi seperti berikut, kita sebut saja sebagai tabel MASTER. Group duplikasi pada tabel yang klta bicanakan adalah NO PASIEN, NAMA PASIEN, ALAMAT PASIEN. Bentuk tabel baru dengan nama PASIEN
Hasil proses normalisasi dan relasi normal bentuk pertama, yaltu pada tabel-4, tabel-5,Tabel-6 adalah relasi beri normal kedua (2NF).
Untuk melakukan pengecekan, apakah relasi dalam suatu tabel bukan merupakan bentuk normal ke dua adalah jika primary key merupakan gabungan dan beberapa atnibut dan ada atribut lain yang bergantung secara penuh pada salah satu atau bagian dan primary key.
Setiap relasi bentuk normal ice dna makaju merupakan relasi bentuk normal pertama. Sebaliknya, jika rebel bentuk normal pertama maka belum teutu merupakan relasi bentuk normal ice dua. Tabel yang ditunjukkan pada Gambar XWJ adalah relasi bentuk normal pertama, tapi bukan bentuk normal ke dna, sedangkan pada Gambar XWA, Gambar XW.5 dan Gambar XIV4 adeh relasi bentuk normal pertama dan juga relasi bentuk normal kedua.Penyunpangan-penyimpangan yang teqadi pada relasi bentuk normal pertama dapat diatasl dengan membanin entfti-entiti barn, yaltu entiti MASTER, entiti PASIEN dan entiti DOKTER. Proses nornalisasi di aim menghasm relasi bentuk normal kedua,. Relasi antara ketiga entiti dapat digambarkan sebagai benlkut PASIEN < —— >> MASTER << ———- > DOKTER yaita antara PASIEN dan MASTER satu-ke-banyak dan antara DOKTER dan MASTER satu-ke-banyak.Jika kita ingin menyisipkan data-data tentang pasien baru, pada relasi bentuk normal kedua kita melakukannya dengan menyisipkan data teisebut ke entiti PASIEN. Demikian juga, jika data-data tentang dokter yang ingin dimasukkannya, kita bisa menyisipkarmya pada entiti DOKTER. Untuk melakukan perubahan.pembakan alamat pasien, kita tidak penlu lagi melakukan perubahan dibeberapa tempat, tapi cukup mengadakan perubahan satu rekord pada entiti PASIEN. Apabila ada rekord yang harus dihapus pada entiti MASTER, kita tidak akan kehilangan data-data tentang dokter yang dihapus pada entiti MASTER, karena semua data-data tentang dokter berada dalam entiti DOKTER.
Penyirnpangan..penyimpangan yang tenjadi pada relasi bentuk normal pertama telah dapat diatasi dengan mentransformasikan menjadi relasi bentuk normal kedua. Walaupun demikian, bukan berarti pada relasl bentuk normal kedua sudah tidak ada lagi penyimpangan-penyimpangan tersebut. Berikut ini kita lihat penyimpangan..penyimpg yang teijadi pada relasi bentuk normal kedua, perhatjkan Garnbar XW.6. Penyimpangan penyisipan Kita tidak bisa menyisipkan data-data tentang obat dan efek sarnpi. ngannya, kecuali jika obat tersebut diberikan kepada pasien. Dengan kata lain, jika kita ingin menyisipican data-data tentang obat, maka kita tenlebih dahulu hams membangun suatu relasi dengan primary key pada entiti MASTER. Penyimpangan penghapusan Penyimpangan penghapusan teijadi jika ada atribut bukan key yang bergantung penuh pada atnibut yang juga bukan key. Path gambar XIV.6, atnibut EFEK SAMPINGAN di samping bergantung path primary key, juga bergantung path atnbut OBAT YANG DJBERJK yang bukan sebagai k. Jika misainya ada pasien yang dlbCdkan PENICILLIN tapi efek samping yang bukan DEMAM, maka EFEK SAMPINGAN liii harus dihapus atau diperbaharui. Jika PENICILLIN dengan EFEK SAMPINGAN DEMAM mlsalnya tercatat hanya sekali, maka penghapusan ml akan menghilangkan informasi tentang PENICILLIN dengan EFEK SAMPINGAN DEMAM. Hal ini mungkin tidak diinginkan. Penyimpangan perubahan jika EFEK SAMPINGAN yang dibicarakan dalam kasus penyimpangan penghapusan muncul di beberapa tempat, maka perubahan harus dilakukan di beberapa tempat. Hal ini tentunya akan membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan melakukan perubahan hanya pada satu tempat saja. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada relasi bentuk normal kedua sebagai akibat dari kebergantungan atribut bukan key (EFEK SAMPINGAN) pada atribut lain yang juga bukan sebagai key (OBAT YANG DIBERIKAN). Ketergantungan semacam ini disebut ketergantungan transitif (transitive Dependency).Untuk mengatasi ketergantungan transitif ini, pisahkan atribut-atribut bukan key yang bergantung pada atribut lain yang juga bukan key. Dalam contoh ini, kita bangun entiti baru, yaitu entiti OBAT dengan atribut-atribut OBAT YANG DIBERIKAN dan EFEK SAMPINGAN.
Proses normalisasi yang dilakukan pada relasi bentuk normal kedua menghasilkan relasi dengan bentuk normal ketiga.
Setiap relasi bentuk normal ketiga maka juga merupakan relasi bentuk normal kedua. Sebaliknya, jika relasi bentuk normal kedua maka belum tentu merupakan relasi bentuk normal ketiga. Tabel yang ditunjukkan pada table 7 adalah relasi bentuk normal ketiga dan juga relasi bentuk normal kedua.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada relasi bentuk normal kedua, dapat diatasi dengan membangun entiti baru yang terdiri dari atribut-atribut yang bergantung transitif, dan proses normalisasinya menghasil relasi bentuk normal ketiga. Transforrnasi dan relasi bentuk normal kedua ke relasi bentuk normal ketiga hampir sama dengan transformasi dan bentuk normal pertama kebentuk normal kedua. Perbedaan keduanya adaIah, tranformasi dari 1NF ke 2NF, berdasarkan relasi antara atribut bukan key dengan atribut yang sebagai key sedangbn transformasi dari 2NF ke 3NF, berdasarkan relasi antara atribut bukan key dengan atribut lain yang juga bukan key.
EPIDEMIOLOGI
I. Penyakit Keluron Menular ( Brucellosis )
Pendahuluan
- Latar Belakang
Brucellosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang termasuk dalam genus Brucella, karena itu penyakit ini disebut pula Brucellosis sebagi penghargaan dan kenangan bagi Bruce (1887), orang yang pertama kali mengidentikasi bakteri pada manusia. Bruce sendiri pada waktu itu menamakannya Micrococcus melitensis, kemudian pada tahun 1897 Bang dan Stribolt berhasil mengisolasi jazat renik yang sama pada hewan Sapi, sehingga kadang-kadang penyakit ini juga disebut Brucellosis aborlus bang (Bangs disease).
Brucellosis adalah penyakit yang sudah menyebar hampir ke seluruh negara-negara didunia termasuk Indonesia. Brucellosis dapat menyerang temak-temak Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Babi. dll. Termasuk hewan kesayangan juga, misalnya : Anjing, Kucing, Kelinci, dll. (Dharmojono 2001 : 166 – 167 )
- Masalah
Nama Keluron (Abortus) karena karakteristiknya adalah terjadinya Keluron (keguguran, abortion) bila penderitanya hewan yang sedang bunting.
- Tujuan
Untuk mengetahui atau mempelajari tentang penyebab penyakit (Etiologi), pola penyebaran, distribusi penyakit (Epidemiologi), perjalanan penyakit (Patogenesis), gejala dan tanda penyakit (Simptomatologi), penentuan penyakit (Diagnosis), pencegahan, dll.
II. Tinjauan Pustaka
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) disebabkan oleh mikroorganisme berbentuk batang dari golongan Brucella, sehingga dinamai Brucellosis karena penghargaan dan kenangan bagi Bruce (1887). Brucellosis adalah penyakit yang sudah menyebar ke seluruh negara-negara termasuk Indonesia.
Di bidang peternakan mortalitas Brucellosis tidaklah tinggi, Brucellosis dapat menyerang ternak-ternak Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Babi, dll. Termasuk hewan kesayangan juga misalnya : Anjing, Kucing, Kelinci, dll.
III. Metodeologi
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) dapat dilakukan penanganan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Serologik
Dilakukan dengan uji aglutinisasi cepat (slide/plate agglutination test) dan uji aglutinasi tabung (tube agglutination test)
2. Vaksinasi dengan strain 19
Vaksinasi ini akan merangsang tubuh membentuk antibody 1gM, 1gG1,
1gG2.
3. Pada penderita hewan kesayangan (Anjing) dapat dicoba dengan memberikan suntikan dengan Antibiotika Streptomisin dan Chlortetrasiklin berbarengan (kombinasi), hasilmya cukup memuaskan.
4. Pemeriksaan Patologis - Anatomis
Perubahan di dalam rahim : perubahan patologis yang di temukan di dalam rahim yang berisi janin terdiri dari proses degenerasi melemak dan nekrose dari berkas-berkas korion, perubhan tersebut disertai dengan pengeluaran eksudat yang bersifat purulen, yang pada suatu saat menyebabkan terpisahnya kotiledon maternal dan kotiledon fetal.
Perubahan di dalam ambing : sapi-sapi yang tertular menunjukkan bahwa ambing merupakan tempat perbanyakan kuman Br. Abortus secara terus menerus.
Perubahan di dalam kelenjar limfe dan limpa : hewan yang menderita brucellosis, reaksi jaringan mungkin berupa sebagai granuloma yang bersifat infektif ringan, yang dapat mlanut menjadi nekrotik.
Higromata : terbentuk terutama pada sendi lutut. Lesi berbentuk sebagai regangan sedarhana atas bungakus sinovia pada pesendiaan, berisi cairan yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah.
Lesi pada hewan jantan : pada hewan jantan Br. Abortus dapat menyebabkan abses serta nekrose pada buah pelir dan kelenjar-kelenjar kelamin tambahan. Mani yang di ambil dari pejantan penderita mungkin mengandung kuman Br. Abortus.
5. Pemeriksaan Mikroskopik
Preparat tempel tersebut yang tersebut yang terbaik diwarnai dengan metode koster.
6. Pemeriksaan Biakan Kuman
Media khusus untuk membiakan kuman yang harus digunakan dipersiapkan dari pepton, serum, infusi hati, dll.
7. Uji Antibodi Fluoresen
Merupakan cara yang cepat untuk mengatahui adanya kuman brucella dari preparat tempel yang diambil dari lambung janin, membran janin dan sebagainya.
8. Uji Aglutinasi Serum (UAS)
9. Uji Ikat Komplemen (Complement fixation test, CFT)
10. Uji Pelat Rose Bengal (UPRB)
11. Uji Cincin Air Susu (UCAS, Milk Ring Test)
(Subronto 1985 )
IV. Hasil dan Pembahasan
- Hasil
Diagnosis didasarkan kepada gejala tanda klinik tetapi harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan sample. Brucella adalah bakteri gram negative, tetapi akan lebih baik mencarinya dengan metode pewarnaan Stamp atau Koster terhadap sample secara langsung.
Keluron pada Sapi mungkin disebabkan oleh Kuman, Virus, Jamur, ataupun Binatang berekor satu, hingga oleh karenanya diagnosa penyebab keluron tidak dapat ditentukan hanya didasarkan atas pengamatan sepintas dan riwayat kejadian.
Konfirmasi yang paling menyakinkan adalah dapat diisolasikannya kuman Baru Abortus, baik itu dari induknya, janin atau dari membrane janin. (Subronto 1985)
- Pembahasan
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) membahas tentang pendahuluan atau latar belakang kejadian penyakit, penyebab penyakit (Etiologi), pola penyebaran, distribusi penyakit (Epidemiologi), perjalanan penyakit (Patogenesis), gejala dan tanda penyakit (Simptomatologi), penentuan penyakit (Diagnosis), pengobatan dan pencegahan.
V. Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan
Brucellosis atau Penyakit Keluron Menular merupakan penyakit yang dsebabkan Oleh mikroorganime yang masuk dalam genus Brucella, dengan infeksi yang tersifat pada hewan dan manusia serta penanganannya harus dengan pemeriksaan Patologi Anatomis, pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan biakan kuman serta Pemeriksaan Serologik.
- Saran
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) harues ditangani secara serius agar tidak membahayakan bagi makhluk hidup yang bisa tertular penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- DHARMOJONO, 2001. Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia, Millenium Publisher, Jakarta.
- SUBRANTO, 1985. Ilmu Penyakit dan Ternak I. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Pendahuluan
- Latar Belakang
Brucellosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang termasuk dalam genus Brucella, karena itu penyakit ini disebut pula Brucellosis sebagi penghargaan dan kenangan bagi Bruce (1887), orang yang pertama kali mengidentikasi bakteri pada manusia. Bruce sendiri pada waktu itu menamakannya Micrococcus melitensis, kemudian pada tahun 1897 Bang dan Stribolt berhasil mengisolasi jazat renik yang sama pada hewan Sapi, sehingga kadang-kadang penyakit ini juga disebut Brucellosis aborlus bang (Bangs disease).
Brucellosis adalah penyakit yang sudah menyebar hampir ke seluruh negara-negara didunia termasuk Indonesia. Brucellosis dapat menyerang temak-temak Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Babi. dll. Termasuk hewan kesayangan juga, misalnya : Anjing, Kucing, Kelinci, dll. (Dharmojono 2001 : 166 – 167 )
- Masalah
Nama Keluron (Abortus) karena karakteristiknya adalah terjadinya Keluron (keguguran, abortion) bila penderitanya hewan yang sedang bunting.
- Tujuan
Untuk mengetahui atau mempelajari tentang penyebab penyakit (Etiologi), pola penyebaran, distribusi penyakit (Epidemiologi), perjalanan penyakit (Patogenesis), gejala dan tanda penyakit (Simptomatologi), penentuan penyakit (Diagnosis), pencegahan, dll.
II. Tinjauan Pustaka
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) disebabkan oleh mikroorganisme berbentuk batang dari golongan Brucella, sehingga dinamai Brucellosis karena penghargaan dan kenangan bagi Bruce (1887). Brucellosis adalah penyakit yang sudah menyebar ke seluruh negara-negara termasuk Indonesia.
Di bidang peternakan mortalitas Brucellosis tidaklah tinggi, Brucellosis dapat menyerang ternak-ternak Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Babi, dll. Termasuk hewan kesayangan juga misalnya : Anjing, Kucing, Kelinci, dll.
III. Metodeologi
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) dapat dilakukan penanganan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Serologik
Dilakukan dengan uji aglutinisasi cepat (slide/plate agglutination test) dan uji aglutinasi tabung (tube agglutination test)
2. Vaksinasi dengan strain 19
Vaksinasi ini akan merangsang tubuh membentuk antibody 1gM, 1gG1,
1gG2.
3. Pada penderita hewan kesayangan (Anjing) dapat dicoba dengan memberikan suntikan dengan Antibiotika Streptomisin dan Chlortetrasiklin berbarengan (kombinasi), hasilmya cukup memuaskan.
4. Pemeriksaan Patologis - Anatomis
Perubahan di dalam rahim : perubahan patologis yang di temukan di dalam rahim yang berisi janin terdiri dari proses degenerasi melemak dan nekrose dari berkas-berkas korion, perubhan tersebut disertai dengan pengeluaran eksudat yang bersifat purulen, yang pada suatu saat menyebabkan terpisahnya kotiledon maternal dan kotiledon fetal.
Perubahan di dalam ambing : sapi-sapi yang tertular menunjukkan bahwa ambing merupakan tempat perbanyakan kuman Br. Abortus secara terus menerus.
Perubahan di dalam kelenjar limfe dan limpa : hewan yang menderita brucellosis, reaksi jaringan mungkin berupa sebagai granuloma yang bersifat infektif ringan, yang dapat mlanut menjadi nekrotik.
Higromata : terbentuk terutama pada sendi lutut. Lesi berbentuk sebagai regangan sedarhana atas bungakus sinovia pada pesendiaan, berisi cairan yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah.
Lesi pada hewan jantan : pada hewan jantan Br. Abortus dapat menyebabkan abses serta nekrose pada buah pelir dan kelenjar-kelenjar kelamin tambahan. Mani yang di ambil dari pejantan penderita mungkin mengandung kuman Br. Abortus.
5. Pemeriksaan Mikroskopik
Preparat tempel tersebut yang tersebut yang terbaik diwarnai dengan metode koster.
6. Pemeriksaan Biakan Kuman
Media khusus untuk membiakan kuman yang harus digunakan dipersiapkan dari pepton, serum, infusi hati, dll.
7. Uji Antibodi Fluoresen
Merupakan cara yang cepat untuk mengatahui adanya kuman brucella dari preparat tempel yang diambil dari lambung janin, membran janin dan sebagainya.
8. Uji Aglutinasi Serum (UAS)
9. Uji Ikat Komplemen (Complement fixation test, CFT)
10. Uji Pelat Rose Bengal (UPRB)
11. Uji Cincin Air Susu (UCAS, Milk Ring Test)
(Subronto 1985 )
IV. Hasil dan Pembahasan
- Hasil
Diagnosis didasarkan kepada gejala tanda klinik tetapi harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan sample. Brucella adalah bakteri gram negative, tetapi akan lebih baik mencarinya dengan metode pewarnaan Stamp atau Koster terhadap sample secara langsung.
Keluron pada Sapi mungkin disebabkan oleh Kuman, Virus, Jamur, ataupun Binatang berekor satu, hingga oleh karenanya diagnosa penyebab keluron tidak dapat ditentukan hanya didasarkan atas pengamatan sepintas dan riwayat kejadian.
Konfirmasi yang paling menyakinkan adalah dapat diisolasikannya kuman Baru Abortus, baik itu dari induknya, janin atau dari membrane janin. (Subronto 1985)
- Pembahasan
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) membahas tentang pendahuluan atau latar belakang kejadian penyakit, penyebab penyakit (Etiologi), pola penyebaran, distribusi penyakit (Epidemiologi), perjalanan penyakit (Patogenesis), gejala dan tanda penyakit (Simptomatologi), penentuan penyakit (Diagnosis), pengobatan dan pencegahan.
V. Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan
Brucellosis atau Penyakit Keluron Menular merupakan penyakit yang dsebabkan Oleh mikroorganime yang masuk dalam genus Brucella, dengan infeksi yang tersifat pada hewan dan manusia serta penanganannya harus dengan pemeriksaan Patologi Anatomis, pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan biakan kuman serta Pemeriksaan Serologik.
- Saran
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) harues ditangani secara serius agar tidak membahayakan bagi makhluk hidup yang bisa tertular penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- DHARMOJONO, 2001. Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia, Millenium Publisher, Jakarta.
- SUBRANTO, 1985. Ilmu Penyakit dan Ternak I. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
TENTANG BIOLOGI
BAB I
A. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa ialah jaringan yang sel-selnya sudah tidak membelah tetapi telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari sel-sel hasil pembelahan meristem.
Diferensiasi ini merupakan proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan yang lebih kompleks, jaringan dewasa ini meliputi :
a. Jaringan pelindung (Epidermis dan Jaringan Bergabus).
b. Jaringan Dasar (Peremkim).
c. Jeringan Penguat (Kolemkim dan Sklerenkim).
d. Jaringan Pengangkut (Xilem dan Floem).
B. Jaringan Pelindung
Tumbuh-tumbuhan merupakan perlindungan dari segala pengaruh luar yang merugikan pertumbuhannya seperti kekurangan air, kerusakan, mekanis, suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah kehilangan sat-sat makanan, serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan hama.
Jaringan ini juga bisa berupa jaringan epidermis dan jaringan bagus.
1. Epidermis
Yaitu jaringan terluar tumbuhan yang berasal dari jaringan protoderma dan menutupi seluruh tumbuh-tumbuhan.
• Ciri-ciri epidermis yaitu :
a. Biasanya terdiri dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan bentuk sel-selnya bermacam.
b. Letak sel-selnya rapat sehingga tidak terdapat ruang-ruang antar sel (Non Intercellular Spaces).
c. Sel-selnya masih hidup.
d. Vakuolanya yang besar terdapat di bagian tengah berisi cairan sel yang berwarna (antosianin) atau dapat pula tidak berwarna.
Jaringan ini selain berfungsi sebagai jaringan pelindung juga berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Selain pada batang epidermis juga terdapat pada akar daun, dan mempunyai fungsi yang berbeda pula.
Epidermis pada permukaan daun dan batang biasanya dilapisi semacam zat lemak yang dikenal sebagai kutikula.
C. Stomata (Mulut Daun)
Stomata atau mulut daun ini biasanya terdapat pada tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada daun.
Fungsi stomata adalah untuk penukaran gas. Bagian-bagian stomata sebagai berikut :
a. Sel Penutup
Sel penutup sering disebut juga sel penjaga, sel ini terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya simetris, umumnya berbentuk ginjal sel “penutup merupakan sel” aktif (hidup) kroloplas yang terdapat pada sel ini dapat mendorong terjadinya fotosintetis.
b. Celah (Aperture = porus)
Diantara kedua sel penutup terdapat celah (porus) yang berupa lubang kecil. Sel pentup dapat mengatur penutup atau membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya.
c. Sel Tetangga (Subsidiary Cell)
Sel tetangga merupakan sel-sel yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel-sel penutup. Sel ini dapat terediri dari 2 buah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan sel penutup.
d. Ruang udara dalam (Subtomata Chamber)
Merupakan suatu ruang antar sel yang besar dan berfungsi ganda dalam fotosintetis, transpirasi dan juga respirasi.
Berdasarkan letak sel penutupnya stomata dapat dibedakan menjadi dua macam berikut :
D. 1. Stomata Fanerofor
Adalah stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun (menonjol) sehingga memudahkan pengeluaran air misalnya pada tubuhan hidrofit.
2. Stomata Kriptofor
Adalah stomata yang sel-sel penutupnya berada jauh di permukaan daun (tersembunyi) fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
Contohnya pada tumbuhan xerofit.
E. Trikomata
Tritomata merupakan derivat epidermis yang membentuk beragam seperti rambut, sisik, rambut kelenjar tonjolan dan lain-lain.
Trikomata hampir terdapat pada semua organ tumbuhan trikomata pendek yang tampak berupa penonjolan-penonjolan (seperti bukti-bukti kecil) pada permukaan epidermis disebut papila.
Papila dalam alat sekresi yang biasanya mengeluarkan semacam lendir sedangkan papullae adalah papilah yang mengeluarkan air.
Fungsi Trikomata adalah sebagai berikut :
a. Dapat memperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung terutama mencegah penguapan yang berlebihan, misalnya trikomata pada daun, tulang daun, dan batang.
b. Sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah. Misalnya bulu akar.
c. Sebagai pembantu penyebaran biji dan memungkinkan biji-biji itu tumbuh.
d. Sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan luar. Misalnya rambut-rambut penyengat (pneumatokist).
e. Sebagai alat penerus rangsang yang datang dari luar. Misalnya trikomata pada daun tembakar.
f. Sebagai alat sekresi.
Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekret, trikomata dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
F. Trikomata yang tidak menghasilkan Sekret (Trikomata Nenglandular)
Macam-macam trikomata nonglandular adalah :
a. Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih. Cotohnya : pada lauraceae dan moraceae.
b. Rambut sisik yang memimpin dan bersel banyak. Contohnya : pada daun durian (durio zibetinus).
c. Rambut bercabang dan bersel banyak. Contohnya : pada daun waru (hibiscus tiliaceus).
d. Rambut akar yang merupakan pemanjangan sel epidermis yang tegak lurus permukaan akar.
G. Trikomata yang Menghasilkan Sekret (Trikomata Glandular)
Trikomata pada daun tembakau (nicotiana tabacum) merupakan trikomata glandular yang sederhana, memiliki tangkai, kepala bersel satu atau bersel banyak. Trikomata gladular terbagi atas 4 bagian :
a. Trikomata hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan sel kepala dan mengeluarkan larutan, misalnya pada keluarga keladi (araceae).
b. Kelenjar gram, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek, misalnya pada tumbuhan bakau.
c. Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental dan mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel, misalnya pada tanaman pisang.
d. Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantung dan ujung runcing, isi sel menyebabkan rasa gatal, misalnya rambut sengat kemaduh (laportea stimulans).
A. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa ialah jaringan yang sel-selnya sudah tidak membelah tetapi telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari sel-sel hasil pembelahan meristem.
Diferensiasi ini merupakan proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan yang lebih kompleks, jaringan dewasa ini meliputi :
a. Jaringan pelindung (Epidermis dan Jaringan Bergabus).
b. Jaringan Dasar (Peremkim).
c. Jeringan Penguat (Kolemkim dan Sklerenkim).
d. Jaringan Pengangkut (Xilem dan Floem).
B. Jaringan Pelindung
Tumbuh-tumbuhan merupakan perlindungan dari segala pengaruh luar yang merugikan pertumbuhannya seperti kekurangan air, kerusakan, mekanis, suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah kehilangan sat-sat makanan, serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan hama.
Jaringan ini juga bisa berupa jaringan epidermis dan jaringan bagus.
1. Epidermis
Yaitu jaringan terluar tumbuhan yang berasal dari jaringan protoderma dan menutupi seluruh tumbuh-tumbuhan.
• Ciri-ciri epidermis yaitu :
a. Biasanya terdiri dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan bentuk sel-selnya bermacam.
b. Letak sel-selnya rapat sehingga tidak terdapat ruang-ruang antar sel (Non Intercellular Spaces).
c. Sel-selnya masih hidup.
d. Vakuolanya yang besar terdapat di bagian tengah berisi cairan sel yang berwarna (antosianin) atau dapat pula tidak berwarna.
Jaringan ini selain berfungsi sebagai jaringan pelindung juga berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Selain pada batang epidermis juga terdapat pada akar daun, dan mempunyai fungsi yang berbeda pula.
Epidermis pada permukaan daun dan batang biasanya dilapisi semacam zat lemak yang dikenal sebagai kutikula.
C. Stomata (Mulut Daun)
Stomata atau mulut daun ini biasanya terdapat pada tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada daun.
Fungsi stomata adalah untuk penukaran gas. Bagian-bagian stomata sebagai berikut :
a. Sel Penutup
Sel penutup sering disebut juga sel penjaga, sel ini terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya simetris, umumnya berbentuk ginjal sel “penutup merupakan sel” aktif (hidup) kroloplas yang terdapat pada sel ini dapat mendorong terjadinya fotosintetis.
b. Celah (Aperture = porus)
Diantara kedua sel penutup terdapat celah (porus) yang berupa lubang kecil. Sel pentup dapat mengatur penutup atau membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya.
c. Sel Tetangga (Subsidiary Cell)
Sel tetangga merupakan sel-sel yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel-sel penutup. Sel ini dapat terediri dari 2 buah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan sel penutup.
d. Ruang udara dalam (Subtomata Chamber)
Merupakan suatu ruang antar sel yang besar dan berfungsi ganda dalam fotosintetis, transpirasi dan juga respirasi.
Berdasarkan letak sel penutupnya stomata dapat dibedakan menjadi dua macam berikut :
D. 1. Stomata Fanerofor
Adalah stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun (menonjol) sehingga memudahkan pengeluaran air misalnya pada tubuhan hidrofit.
2. Stomata Kriptofor
Adalah stomata yang sel-sel penutupnya berada jauh di permukaan daun (tersembunyi) fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
Contohnya pada tumbuhan xerofit.
E. Trikomata
Tritomata merupakan derivat epidermis yang membentuk beragam seperti rambut, sisik, rambut kelenjar tonjolan dan lain-lain.
Trikomata hampir terdapat pada semua organ tumbuhan trikomata pendek yang tampak berupa penonjolan-penonjolan (seperti bukti-bukti kecil) pada permukaan epidermis disebut papila.
Papila dalam alat sekresi yang biasanya mengeluarkan semacam lendir sedangkan papullae adalah papilah yang mengeluarkan air.
Fungsi Trikomata adalah sebagai berikut :
a. Dapat memperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung terutama mencegah penguapan yang berlebihan, misalnya trikomata pada daun, tulang daun, dan batang.
b. Sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah. Misalnya bulu akar.
c. Sebagai pembantu penyebaran biji dan memungkinkan biji-biji itu tumbuh.
d. Sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan luar. Misalnya rambut-rambut penyengat (pneumatokist).
e. Sebagai alat penerus rangsang yang datang dari luar. Misalnya trikomata pada daun tembakar.
f. Sebagai alat sekresi.
Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekret, trikomata dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
F. Trikomata yang tidak menghasilkan Sekret (Trikomata Nenglandular)
Macam-macam trikomata nonglandular adalah :
a. Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih. Cotohnya : pada lauraceae dan moraceae.
b. Rambut sisik yang memimpin dan bersel banyak. Contohnya : pada daun durian (durio zibetinus).
c. Rambut bercabang dan bersel banyak. Contohnya : pada daun waru (hibiscus tiliaceus).
d. Rambut akar yang merupakan pemanjangan sel epidermis yang tegak lurus permukaan akar.
G. Trikomata yang Menghasilkan Sekret (Trikomata Glandular)
Trikomata pada daun tembakau (nicotiana tabacum) merupakan trikomata glandular yang sederhana, memiliki tangkai, kepala bersel satu atau bersel banyak. Trikomata gladular terbagi atas 4 bagian :
a. Trikomata hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan sel kepala dan mengeluarkan larutan, misalnya pada keluarga keladi (araceae).
b. Kelenjar gram, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek, misalnya pada tumbuhan bakau.
c. Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental dan mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel, misalnya pada tanaman pisang.
d. Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantung dan ujung runcing, isi sel menyebabkan rasa gatal, misalnya rambut sengat kemaduh (laportea stimulans).
MAKALAH BIOLOGI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, dll.
Limbah organik yang telah mengalami proses dekomposis akibat kegiatan mikroorganisme banyak mengandung unsur hara yang diperlukan pertumbuhan tanaman.
Proses dekomposisi limbah organik dapat dipercepat dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) yang merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme sehingga dihasilkan pupuk organik yang kandungan unsur haranya sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, dll.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan makalah adalah untuk mengkaji pengolahan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif).
Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pupuk organik yang diolah dari limbah organik dengan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) terhadap kesuburan tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
1.3. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Pengaruh teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) terhadap pengelolaan limbah organik menjadi pupuk organik.
2. Pengaruh pupuk organik yang diolah dari limbah organik dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif), terhadap tanah dan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Limbah Organik
Sisa-sisa tanaman seperti jerami padi, batang dan tongkol jagung, sekam padi dan limbah tanaman lainnya merupakan limbah organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik setelah mengalami proses dekomposisi, dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif). (Rachman Sutanto, 2002)
B. EM (Mikroorganisme)
Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri, asam laktat, ragi, aktinomi, setes dan jamur) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikrobia tanah dan selanjutnya membantu dalam proses dekomposisi bahan organik yang banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Rachman Sutanto. 2002).
Keuntungan EM adalah sebagai berikut :
- Memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah.
- Memperbaiki perkecambahan, pembungaan, pembentukan buah dan kematangan hasil tanaman.
- Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman serta
- Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai sumber pupuk. (Rachman Sutanto, 2002)
C. Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintesis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N.P.K yang cukup untuk pertumbuhan tanaman serta mengandung hara mikro sesuai dengan kebutuhan tanaman. Disamping itu pupuk organik juga mencegah terjadinya erosi (Rachman Sutanto, 2002).
Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya dimpan air serta dapat meningkatkan kesuburan tanah
(Mul Mulyani Sutedjo, 1995)
III. PEMBAHASAN
Tekonologi EM (Mikroorganisme Efektif) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri, asam laktat, ragi actinomisetes, dan jamur) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mikroorganisme selama proses dekomposisi bahan organik yang dapat berlangsung secara aerob dan anaerob.
Karakteristik bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi dengan penambahan EM (Mikroorganisme Efektif) adalah sebagai berikut :
- Mempunyai nisbah C/N berkisar antara 10 – 20, sehingga unsur hara yang terkandung di dalam bahan organik tersebut dapat langsung digunakan oleh tanaman.
- Unsur hara yang terdapat dalam bahan organik dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik yang dapat digunakan oleh tanaman sebagai sumber unsur hara untuk pertumbuhannya.
Pengaruh pupuk organik yang diolah dari limbah organik dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme efektif terhadap ketersediaan unsur hara dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman adalah) :
1. Penambahan pupuk organik kedalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara makro seperti N.P dan K serta unsur hara mikro seperti Ca dan Mg yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
2. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka sehingga aerasi tanah lebih baik karena tidak mengalami pemadatan, serta tanah yang kaya bahan organik berwarna kelam kandungan unsur hara, oksigen dan air lebih banyak yang dapat diserap oleh akar tanaman.
3. Kandungan bahan organik dalam tanah sangat mempengaruhi jumlah Mikroorganisme yang berperan penting dalam proses dekomposis bahan organik yang dapat menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Limbah organik berasal dari sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan yang dapat dijadikan pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, dimana dalam proses dekomposisi bahan organik tersebut diperlukan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik.
4.2. Saran
Dalam meningkatkan dan memperbaiki lahan pertanian yang semakin miskin unsur hara, maka diperlukan teknologi seperti EM (Mikroorganisme Efektif) yang dapat mendekomposisi limbah organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto. R, 2002. Penerapan Pertanian Organik, Penerbit Kanisius
Sutedjo. M. M, 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan, Penerbit Rineka Cipta
1.1. Latar Belakang
Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, dll.
Limbah organik yang telah mengalami proses dekomposis akibat kegiatan mikroorganisme banyak mengandung unsur hara yang diperlukan pertumbuhan tanaman.
Proses dekomposisi limbah organik dapat dipercepat dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) yang merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme sehingga dihasilkan pupuk organik yang kandungan unsur haranya sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, dll.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan makalah adalah untuk mengkaji pengolahan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif).
Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pupuk organik yang diolah dari limbah organik dengan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) terhadap kesuburan tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
1.3. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Pengaruh teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) terhadap pengelolaan limbah organik menjadi pupuk organik.
2. Pengaruh pupuk organik yang diolah dari limbah organik dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif), terhadap tanah dan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Limbah Organik
Sisa-sisa tanaman seperti jerami padi, batang dan tongkol jagung, sekam padi dan limbah tanaman lainnya merupakan limbah organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik setelah mengalami proses dekomposisi, dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif). (Rachman Sutanto, 2002)
B. EM (Mikroorganisme)
Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri, asam laktat, ragi, aktinomi, setes dan jamur) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikrobia tanah dan selanjutnya membantu dalam proses dekomposisi bahan organik yang banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Rachman Sutanto. 2002).
Keuntungan EM adalah sebagai berikut :
- Memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah.
- Memperbaiki perkecambahan, pembungaan, pembentukan buah dan kematangan hasil tanaman.
- Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman serta
- Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai sumber pupuk. (Rachman Sutanto, 2002)
C. Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintesis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N.P.K yang cukup untuk pertumbuhan tanaman serta mengandung hara mikro sesuai dengan kebutuhan tanaman. Disamping itu pupuk organik juga mencegah terjadinya erosi (Rachman Sutanto, 2002).
Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya dimpan air serta dapat meningkatkan kesuburan tanah
(Mul Mulyani Sutedjo, 1995)
III. PEMBAHASAN
Tekonologi EM (Mikroorganisme Efektif) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri, asam laktat, ragi actinomisetes, dan jamur) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mikroorganisme selama proses dekomposisi bahan organik yang dapat berlangsung secara aerob dan anaerob.
Karakteristik bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi dengan penambahan EM (Mikroorganisme Efektif) adalah sebagai berikut :
- Mempunyai nisbah C/N berkisar antara 10 – 20, sehingga unsur hara yang terkandung di dalam bahan organik tersebut dapat langsung digunakan oleh tanaman.
- Unsur hara yang terdapat dalam bahan organik dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik yang dapat digunakan oleh tanaman sebagai sumber unsur hara untuk pertumbuhannya.
Pengaruh pupuk organik yang diolah dari limbah organik dengan bantuan teknologi EM (Mikroorganisme efektif terhadap ketersediaan unsur hara dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman adalah) :
1. Penambahan pupuk organik kedalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara makro seperti N.P dan K serta unsur hara mikro seperti Ca dan Mg yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
2. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka sehingga aerasi tanah lebih baik karena tidak mengalami pemadatan, serta tanah yang kaya bahan organik berwarna kelam kandungan unsur hara, oksigen dan air lebih banyak yang dapat diserap oleh akar tanaman.
3. Kandungan bahan organik dalam tanah sangat mempengaruhi jumlah Mikroorganisme yang berperan penting dalam proses dekomposis bahan organik yang dapat menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Limbah organik berasal dari sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan yang dapat dijadikan pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, dimana dalam proses dekomposisi bahan organik tersebut diperlukan teknologi EM (Mikroorganisme Efektif) yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik.
4.2. Saran
Dalam meningkatkan dan memperbaiki lahan pertanian yang semakin miskin unsur hara, maka diperlukan teknologi seperti EM (Mikroorganisme Efektif) yang dapat mendekomposisi limbah organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto. R, 2002. Penerapan Pertanian Organik, Penerbit Kanisius
Sutedjo. M. M, 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan, Penerbit Rineka Cipta
BIDANG-BIDANG MANAJEMEN
BIDANG-BIDANG MANAJEMEN
A. Manajemen Produksi
1. Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah salah satu cabang manajemen yang kegiatannya mengatur agar perusahaan dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa.
Untuk mengatur kegiatan ini perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan, yaitu agar barabg dan jasa yang akan dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan.
2. Tujuan Manajemen Produksi
Tujuan manajemen produksi adalah untuk mengatur produksi barang atau jasa agar jumlah, kualitas, harga, waktu, serta tempatnya sesuai dengan kebutuha konsumen.
Manajemen produksi dilakukan agar konsumen merasa puas karena barang yang dibeli sesuai dengan keinginan. Sedangkan produsen mendapatkan laba dari produk yang dihasilkan dan dijualnya.
3. Tugas Manajemen Produksi
Adapun tugas manajemen produksi adalah:
a. Merancang sistem produksi, melibatkan berbagai keputusan yang berkenan dengan berbagai persyaratan dan tingkat produksi yang diinginkan dari suatu sistem produksi.
b. Mengoperasikan suatu system produksi untuk memenuhi persyaratan produksi yang ditentukan.
4. Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Ruang lingkup manajemen produksi dibagi menjadi 2:
a. Perencanaan system produksi
Perencanaan system produksi meliputi, perencanaan produk, lokasi pabrik, tata letak fasilitas produksi (layout produksi), lingkungan kerja, dan standar produksi.
b. Sistem pengendalian produksi
Sistem pengendalian produksi meliputi pengendalian proses produksi, bahan baku, tenaga kerja, biaya produksi, kualitas, dan pemeliharaan.
B. Manajemen Pemasaran
1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan sasaran pembeli. Manajemen pemasaran berusaha memengaruhi tingkat pemilihan waktu dan sifat permintaan sedemikian rupa sehingga membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Dengan kata lain manajemen pemasaran adalah manajemen permintaan (demand management).
2. Prinsip Manajemen Pemasaran
Pemasaran terdiri atas serangkaian prinsip untuk:
1) Memilih sasaran pasar (target market)
2) Mengevaluasi kebutuhan konsumen
3) Mengembangkan barang dan jasa pemuas kebutuhan
4) Memberi nilai pada konsumen dan laba perusahaan.
Yang bisa menerapkan manajemen pemasaran tidak hanya pada perusahaan, pabrik, dan perdagangan, melainkan juga ahli hukum, akuntan, konsultan teknik, rumah sakit bahkan kelompok artis.
3. Konsep Manajemen Pemasaran
Ada dua konsep manajemen pemasaran, yaitu:
a) Konsep Pemasaran (The Marketing Concept)
Konsep pemasaran merupakan orientasi manajemen yang beranggapan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan peilaian dari pasar yang menjadi sasaran dan menyesuaikan kegiatan perusahaan sedemikian rupa agar dapat menyampaikan kepuasan yang diinginkan pasarnya secara lebih berdaya guna serta berhasil guna daripada pesaingnya.
b) Konsep Penjualan (The Selling Concept)
Dasar pemikiran yang terkandung didalam konsep penjualan sebagai berikut.
1) Tugas utama perusahaan yaitu mencapai volume penjualan setinggi-tingginya
2) Para konsumen harus didorong untuk dengan berbagai cara peningkatan penjualan
3) Para pembeli kemungkinan akan melakukan pembelian lagi dan kalaupun tidak, masih ada konsumen yang lain.
Perusahaan yang menganut konsep penjualan lebih mementingkan volume penjualan daripada kepuasaan konsumen.
4. Proses Manajemen Pemasaran
Menurut Philip Kotler, proses manajemen pemasaran meliputi:
1) Pengorganisasian proses perencanaan pemasaran
2) Penganalisisan peluang pasar
3) Mengembangkan marketing mix
4) Mengelola marketing pemasaran.
5. Marketing Mix
Marketing mix merupakan kegiatan inti dari manajemen pemasaran. Marketing mix adalah kombinasi dari variable system pemasaran, yaitu produk, harga, promosi dan distribusi
(produc, price, promotion, place).
a. Produk, dalam pengelolaan produk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu perencanaan dan pengembangan produk, penentuan harga produk, menentukan jumlah produk serta beberapa kebijaksanaan dalam penentuan produk.
b. Harga, dalam marketing mix harga merupakan satu-satunya komponen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsure lainnya menunjukkan biaya.
c. Promosi, promosi mencakup semua kegiatan perusahaan untuk mengenalkan produk dan bertujuan agar konsumen tertarik untuk membelinya.
d. Distribusi, saluran distribusi suatu produk adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk tersebut dari produsen ke konsumen.
C. Manajemen Keuangan
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan kegiatan untuk memperoleh dan menggunakan dana dengan tujuan untuk meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan.
2. Tugas Manajemen Keuangan
Tugas manajemen keuangan adalah merencanakan pengadaan dana dan penggunaannya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen keuangan harus bisa menyeimbangkan kebutuhan dana dalam operasi perusahaan dengan tersedianya dana dari berbagai sumber dana.
3. Fungsi Manajemen Keuangan
1) Fungsi mendapatkan dana, manajer keuangan harus tahu bagaimana cara memperoleh dana atau modal yang paling menguntungkan.
2) Fungsi penggunaan dana, agar dana dalam perusahaan dapat dipenuhi secara cukup, maka diperlukan adanya pengelolaan dan penggunaan secara efektif dan efisien.
D. Manajemen Personalia (Sumber Daya Manusia)
1. Pengertian Manajemen Personalia
Manajemen personalia adalah ilmu dan seni atau proses untuk memperoleh, memajukan, atau mengembangkan dan memelihara tenaga kerja yang kompeten, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efisien.
2. Ruang Lingkup Manajemen Personalia
a. Penerimaan Pegawai (Recruitment), kegiatan yang termasuk dalam penarikan pegawai (recruitment) ini adalah keseluruhan kegiatan dari penyusunan penarikan pegawai, seleksi, dan penempatan pegawai.
b. Pelatihan dan Pengembanga (Training and Development), perusahaan perlu mengadakan investasi agar para anggota organisasi (pegawai) dapat menyesuaikan diri terhadap perubaha-perubahan yang selalu terjadi.
c. Pemberian Upah (Compensation), pemberian upah dilakukan supaya pegawai dapat bekerja dengan tenang dan penuh dengan aktivitas yang tinggi.
d. Melaksanakan Mutasi, Promosi, dan Pemberhentian Personel, bidang manajemen juga bertugas mempromosikan karyawan untuk naik jabatan serta memberhentikan karyawan yang dinilai tidak produktif lagi.
E. Manajemen Administrasi Perkantoran
1. Pengertian Manajemen Administrasi
Manajemen administrasi merupakan proses perencanaan, pengendalian, dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran secara efisien agar mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.
2. Tujuan Manajemen Asministrasi
Tujuan manajemen administrasi adalah:
1) Menyediakan keterangan yang lengkap bagi siapa saja yang memerlukan untuk pelaksanaan perusahaan agar lebih efisien.
2) Memberikan catatan dan laporan yang lengkap.
3) Membantu perusahaan melakukan terobosan-terobosan dalam menghadapi persaingan.
4) Melakukan pekerjaan tata usaha dengan baik.
A. Manajemen Produksi
1. Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah salah satu cabang manajemen yang kegiatannya mengatur agar perusahaan dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa.
Untuk mengatur kegiatan ini perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan, yaitu agar barabg dan jasa yang akan dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan.
2. Tujuan Manajemen Produksi
Tujuan manajemen produksi adalah untuk mengatur produksi barang atau jasa agar jumlah, kualitas, harga, waktu, serta tempatnya sesuai dengan kebutuha konsumen.
Manajemen produksi dilakukan agar konsumen merasa puas karena barang yang dibeli sesuai dengan keinginan. Sedangkan produsen mendapatkan laba dari produk yang dihasilkan dan dijualnya.
3. Tugas Manajemen Produksi
Adapun tugas manajemen produksi adalah:
a. Merancang sistem produksi, melibatkan berbagai keputusan yang berkenan dengan berbagai persyaratan dan tingkat produksi yang diinginkan dari suatu sistem produksi.
b. Mengoperasikan suatu system produksi untuk memenuhi persyaratan produksi yang ditentukan.
4. Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Ruang lingkup manajemen produksi dibagi menjadi 2:
a. Perencanaan system produksi
Perencanaan system produksi meliputi, perencanaan produk, lokasi pabrik, tata letak fasilitas produksi (layout produksi), lingkungan kerja, dan standar produksi.
b. Sistem pengendalian produksi
Sistem pengendalian produksi meliputi pengendalian proses produksi, bahan baku, tenaga kerja, biaya produksi, kualitas, dan pemeliharaan.
B. Manajemen Pemasaran
1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan sasaran pembeli. Manajemen pemasaran berusaha memengaruhi tingkat pemilihan waktu dan sifat permintaan sedemikian rupa sehingga membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Dengan kata lain manajemen pemasaran adalah manajemen permintaan (demand management).
2. Prinsip Manajemen Pemasaran
Pemasaran terdiri atas serangkaian prinsip untuk:
1) Memilih sasaran pasar (target market)
2) Mengevaluasi kebutuhan konsumen
3) Mengembangkan barang dan jasa pemuas kebutuhan
4) Memberi nilai pada konsumen dan laba perusahaan.
Yang bisa menerapkan manajemen pemasaran tidak hanya pada perusahaan, pabrik, dan perdagangan, melainkan juga ahli hukum, akuntan, konsultan teknik, rumah sakit bahkan kelompok artis.
3. Konsep Manajemen Pemasaran
Ada dua konsep manajemen pemasaran, yaitu:
a) Konsep Pemasaran (The Marketing Concept)
Konsep pemasaran merupakan orientasi manajemen yang beranggapan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan peilaian dari pasar yang menjadi sasaran dan menyesuaikan kegiatan perusahaan sedemikian rupa agar dapat menyampaikan kepuasan yang diinginkan pasarnya secara lebih berdaya guna serta berhasil guna daripada pesaingnya.
b) Konsep Penjualan (The Selling Concept)
Dasar pemikiran yang terkandung didalam konsep penjualan sebagai berikut.
1) Tugas utama perusahaan yaitu mencapai volume penjualan setinggi-tingginya
2) Para konsumen harus didorong untuk dengan berbagai cara peningkatan penjualan
3) Para pembeli kemungkinan akan melakukan pembelian lagi dan kalaupun tidak, masih ada konsumen yang lain.
Perusahaan yang menganut konsep penjualan lebih mementingkan volume penjualan daripada kepuasaan konsumen.
4. Proses Manajemen Pemasaran
Menurut Philip Kotler, proses manajemen pemasaran meliputi:
1) Pengorganisasian proses perencanaan pemasaran
2) Penganalisisan peluang pasar
3) Mengembangkan marketing mix
4) Mengelola marketing pemasaran.
5. Marketing Mix
Marketing mix merupakan kegiatan inti dari manajemen pemasaran. Marketing mix adalah kombinasi dari variable system pemasaran, yaitu produk, harga, promosi dan distribusi
(produc, price, promotion, place).
a. Produk, dalam pengelolaan produk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu perencanaan dan pengembangan produk, penentuan harga produk, menentukan jumlah produk serta beberapa kebijaksanaan dalam penentuan produk.
b. Harga, dalam marketing mix harga merupakan satu-satunya komponen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsure lainnya menunjukkan biaya.
c. Promosi, promosi mencakup semua kegiatan perusahaan untuk mengenalkan produk dan bertujuan agar konsumen tertarik untuk membelinya.
d. Distribusi, saluran distribusi suatu produk adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk tersebut dari produsen ke konsumen.
C. Manajemen Keuangan
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan kegiatan untuk memperoleh dan menggunakan dana dengan tujuan untuk meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan.
2. Tugas Manajemen Keuangan
Tugas manajemen keuangan adalah merencanakan pengadaan dana dan penggunaannya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen keuangan harus bisa menyeimbangkan kebutuhan dana dalam operasi perusahaan dengan tersedianya dana dari berbagai sumber dana.
3. Fungsi Manajemen Keuangan
1) Fungsi mendapatkan dana, manajer keuangan harus tahu bagaimana cara memperoleh dana atau modal yang paling menguntungkan.
2) Fungsi penggunaan dana, agar dana dalam perusahaan dapat dipenuhi secara cukup, maka diperlukan adanya pengelolaan dan penggunaan secara efektif dan efisien.
D. Manajemen Personalia (Sumber Daya Manusia)
1. Pengertian Manajemen Personalia
Manajemen personalia adalah ilmu dan seni atau proses untuk memperoleh, memajukan, atau mengembangkan dan memelihara tenaga kerja yang kompeten, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efisien.
2. Ruang Lingkup Manajemen Personalia
a. Penerimaan Pegawai (Recruitment), kegiatan yang termasuk dalam penarikan pegawai (recruitment) ini adalah keseluruhan kegiatan dari penyusunan penarikan pegawai, seleksi, dan penempatan pegawai.
b. Pelatihan dan Pengembanga (Training and Development), perusahaan perlu mengadakan investasi agar para anggota organisasi (pegawai) dapat menyesuaikan diri terhadap perubaha-perubahan yang selalu terjadi.
c. Pemberian Upah (Compensation), pemberian upah dilakukan supaya pegawai dapat bekerja dengan tenang dan penuh dengan aktivitas yang tinggi.
d. Melaksanakan Mutasi, Promosi, dan Pemberhentian Personel, bidang manajemen juga bertugas mempromosikan karyawan untuk naik jabatan serta memberhentikan karyawan yang dinilai tidak produktif lagi.
E. Manajemen Administrasi Perkantoran
1. Pengertian Manajemen Administrasi
Manajemen administrasi merupakan proses perencanaan, pengendalian, dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran secara efisien agar mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.
2. Tujuan Manajemen Asministrasi
Tujuan manajemen administrasi adalah:
1) Menyediakan keterangan yang lengkap bagi siapa saja yang memerlukan untuk pelaksanaan perusahaan agar lebih efisien.
2) Memberikan catatan dan laporan yang lengkap.
3) Membantu perusahaan melakukan terobosan-terobosan dalam menghadapi persaingan.
4) Melakukan pekerjaan tata usaha dengan baik.
Langganan:
Postingan (Atom)