Selasa, 05 Oktober 2010

EPIDEMIOLOGI

I. Penyakit Keluron Menular ( Brucellosis )
Pendahuluan
- Latar Belakang
Brucellosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang termasuk dalam genus Brucella, karena itu penyakit ini disebut pula Brucellosis sebagi penghargaan dan kenangan bagi Bruce (1887), orang yang pertama kali mengidentikasi bakteri pada manusia. Bruce sendiri pada waktu itu menamakannya Micrococcus melitensis, kemudian pada tahun 1897 Bang dan Stribolt berhasil mengisolasi jazat renik yang sama pada hewan Sapi, sehingga kadang-kadang penyakit ini juga disebut Brucellosis aborlus bang (Bangs disease).
Brucellosis adalah penyakit yang sudah menyebar hampir ke seluruh negara-negara didunia termasuk Indonesia. Brucellosis dapat menyerang temak-temak Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Babi. dll. Termasuk hewan kesayangan juga, misalnya : Anjing, Kucing, Kelinci, dll. (Dharmojono 2001 : 166 – 167 )

- Masalah
Nama Keluron (Abortus) karena karakteristiknya adalah terjadinya Keluron (keguguran, abortion) bila penderitanya hewan yang sedang bunting.

- Tujuan
Untuk mengetahui atau mempelajari tentang penyebab penyakit (Etiologi), pola penyebaran, distribusi penyakit (Epidemiologi), perjalanan penyakit (Patogenesis), gejala dan tanda penyakit (Simptomatologi), penentuan penyakit (Diagnosis), pencegahan, dll.










II. Tinjauan Pustaka
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) disebabkan oleh mikroorganisme berbentuk batang dari golongan Brucella, sehingga dinamai Brucellosis karena penghargaan dan kenangan bagi Bruce (1887). Brucellosis adalah penyakit yang sudah menyebar ke seluruh negara-negara termasuk Indonesia.
Di bidang peternakan mortalitas Brucellosis tidaklah tinggi, Brucellosis dapat menyerang ternak-ternak Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Babi, dll. Termasuk hewan kesayangan juga misalnya : Anjing, Kucing, Kelinci, dll.

III. Metodeologi
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) dapat dilakukan penanganan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Serologik
Dilakukan dengan uji aglutinisasi cepat (slide/plate agglutination test) dan uji aglutinasi tabung (tube agglutination test)
2. Vaksinasi dengan strain 19
Vaksinasi ini akan merangsang tubuh membentuk antibody 1gM, 1gG1,
1gG2.
3. Pada penderita hewan kesayangan (Anjing) dapat dicoba dengan memberikan suntikan dengan Antibiotika Streptomisin dan Chlortetrasiklin berbarengan (kombinasi), hasilmya cukup memuaskan.
4. Pemeriksaan Patologis - Anatomis
 Perubahan di dalam rahim : perubahan patologis yang di temukan di dalam rahim yang berisi janin terdiri dari proses degenerasi melemak dan nekrose dari berkas-berkas korion, perubhan tersebut disertai dengan pengeluaran eksudat yang bersifat purulen, yang pada suatu saat menyebabkan terpisahnya kotiledon maternal dan kotiledon fetal.
 Perubahan di dalam ambing : sapi-sapi yang tertular menunjukkan bahwa ambing merupakan tempat perbanyakan kuman Br. Abortus secara terus menerus.
 Perubahan di dalam kelenjar limfe dan limpa : hewan yang menderita brucellosis, reaksi jaringan mungkin berupa sebagai granuloma yang bersifat infektif ringan, yang dapat mlanut menjadi nekrotik.
 Higromata : terbentuk terutama pada sendi lutut. Lesi berbentuk sebagai regangan sedarhana atas bungakus sinovia pada pesendiaan, berisi cairan yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah.
 Lesi pada hewan jantan : pada hewan jantan Br. Abortus dapat menyebabkan abses serta nekrose pada buah pelir dan kelenjar-kelenjar kelamin tambahan. Mani yang di ambil dari pejantan penderita mungkin mengandung kuman Br. Abortus.
5. Pemeriksaan Mikroskopik
Preparat tempel tersebut yang tersebut yang terbaik diwarnai dengan metode koster.
6. Pemeriksaan Biakan Kuman
Media khusus untuk membiakan kuman yang harus digunakan dipersiapkan dari pepton, serum, infusi hati, dll.
7. Uji Antibodi Fluoresen
Merupakan cara yang cepat untuk mengatahui adanya kuman brucella dari preparat tempel yang diambil dari lambung janin, membran janin dan sebagainya.
8. Uji Aglutinasi Serum (UAS)
9. Uji Ikat Komplemen (Complement fixation test, CFT)
10. Uji Pelat Rose Bengal (UPRB)
11. Uji Cincin Air Susu (UCAS, Milk Ring Test)
(Subronto 1985 )

IV. Hasil dan Pembahasan
- Hasil
Diagnosis didasarkan kepada gejala tanda klinik tetapi harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan sample. Brucella adalah bakteri gram negative, tetapi akan lebih baik mencarinya dengan metode pewarnaan Stamp atau Koster terhadap sample secara langsung.
Keluron pada Sapi mungkin disebabkan oleh Kuman, Virus, Jamur, ataupun Binatang berekor satu, hingga oleh karenanya diagnosa penyebab keluron tidak dapat ditentukan hanya didasarkan atas pengamatan sepintas dan riwayat kejadian.
Konfirmasi yang paling menyakinkan adalah dapat diisolasikannya kuman Baru Abortus, baik itu dari induknya, janin atau dari membrane janin. (Subronto 1985)
- Pembahasan
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) membahas tentang pendahuluan atau latar belakang kejadian penyakit, penyebab penyakit (Etiologi), pola penyebaran, distribusi penyakit (Epidemiologi), perjalanan penyakit (Patogenesis), gejala dan tanda penyakit (Simptomatologi), penentuan penyakit (Diagnosis), pengobatan dan pencegahan.

V. Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan
Brucellosis atau Penyakit Keluron Menular merupakan penyakit yang dsebabkan Oleh mikroorganime yang masuk dalam genus Brucella, dengan infeksi yang tersifat pada hewan dan manusia serta penanganannya harus dengan pemeriksaan Patologi Anatomis, pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan biakan kuman serta Pemeriksaan Serologik.

- Saran
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis) harues ditangani secara serius agar tidak membahayakan bagi makhluk hidup yang bisa tertular penyakit tersebut.


















DAFTAR PUSTAKA


- DHARMOJONO, 2001. Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia, Millenium Publisher, Jakarta.
- SUBRANTO, 1985. Ilmu Penyakit dan Ternak I. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar