KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadira Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan judul “Hubungan Etnografi dengan Antropologi,
Kebudayaan dan Adat Istiadat”.
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga mohon
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis serta pembaca pada umumnya.
Manokwari, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul................................................................................................................... i
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Halaman
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
D.
Kegunaan Penulisan .................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Etnografi................................................................................... 3
B.
Hubungan Etnografi dengan Antropologi................................................. 4
C.
Hubungan Etnografi dengan Pengertian Kebudayaan ............................. 6
D.
Hubungan Etnografi dengan Pengertian Adat Istiadat............................. 7
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan..................................................................................................... 8
B.
Saran .......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ........
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keunikan
serta kemajemukan suku bangsa merupakan ciri khas yang bernilai tersendiri.
Untuk mengkaji keunikan di maksud, perlu di adakan kajian tentang suku bangsa
sehingga dapat memahami keunikan-keunikan serta kemajukan apa saja yang ada
dalam suatu bangsa tersebut.
Dalam
perkembangan kajian ilmu, telah berkembang bidang ilmu yang membahas khusus
tentang perbedaan dan keuningan bangsa-bangsa atau suku-suku bangsa. Bidang
ilmu yang di maksud adalah etnografi.
Menutut
Richards dkk. (1985) etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan
suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum,
seni, religi, bahasa. Bidang kajian yang sangat berdekatan dengan etnografi
adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai
masyarakat atau kelompok.
Roger
M. Keesing (1989) mendefinisikan etnogarafi sebagai pembuatan dokumentasi dan
analaisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam
mendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer (peneliti etnografi) juga
menganalisis.
Dari
gambaran singkat di atas menggambarkan bahwa etnografi, antropologi, kebudayaan
dan adat istiadat adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab etnografi
adalah ilmu yang menggambarkan antropologi, kebudayaan dan adat istiadat itu
sendiri. Untuk lebih memahami hubungan antara etnografi dengan antropologi, kebudayaan
dan adat istiadat akan di bahasa dalam bab pembahasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, maka rumusan makasalah dalam penulisan makalah
ini adalah “Bagaimana Hubungan Etnografi dengan Antropologi, Kebudayaan dan
Adat Istiadat”.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Etnografi
dengan Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat.
D. Kegunaan Penulisan
Adapun
kegunaan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca
dan sebagai pemenuhan tugas mata kulian Etnografi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etnografi
Etnografi
berasal dari kata ethnos, yang artinya adalah “sukubangsa” dan graphein, yang
berarti “mengukir, menulis, menggambar”. Jadi etnografi adalah tulisan,
deskripsi atau penggambaran mengenai suatu sukubangsa tertentu. Suatu
sukubangsa tentu terdiri dari manusia-manusia: laki-laki, perempuan, anak-anak,
remaja, dewasa dan tua Suatu sukubangsa juga tentu memiliki adat-istiadat atau
budaya tertentu. Oleh karena itu, suatu sukubangsa memiliki paling tidak
dimensi fisik dan budaya. Oleh karena itu pula, di masa lalu -ketika orang
belum mengenal fotografi, sebuah etnografi tentu memuat di dalamnya deskripsi
ciri-ciri fisik suatu sukubangsa dan deskripsi adat-istiadat, budaya sukubangsa
tersebut.
Etnografi
adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik,
misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang
kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian
perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok
(Richards dkk.,1985).
Etnografi merupakan sejenis kajian lapangan
yang berbentuk pemerhatian yang
sering digunakan dalam kajian sosiologi dan antropologi dan dirujuk sebagai
penyelidikan saintifik semula jadi (field research). Menurut Creswell (2005), etnografi
merupakan bentuk kajian yang praktikal untuk mengkaji sesuatu kumpulan seperti
pendidikan, kepercayaan, tingkahlaku dan bahasa. Merupakan bentuk kajian kualitatif yang
digunakan untuk menerangkan, menganalisa dan meinterpretasi
bentuk“culture-sharing” sesuatu kumpulan seperti tingkah laku, kepercayaan.
Menurut Sabitha Marican (2005), etnografi juga
dianggap sebagai satu kajian yang paling asas dalam penyelidikan
sosial. Kajian etnografi merupakan kajian yang mengfokuskan pada penggambaran
yang terperinci dan tepat dan bukan berunsur perkaitan.
Secara umum
etnografi disebut sebagai menuliskan tentang kelompok masyarakat. Secara khusus
hal tersebut juga bermakna menuliskan tentang kebudayaan sebuah kelompok
masyarakat. Disebutkan bahawa seluruh manusia, dan juga beberapa binatang
(seperti orang utan dan
gorila) menciptakan, mentransmisikan, membahagi, merubah, menolak, dan
menciptakan kembali budaya di dalam sebuah kelompok. Semua peneliti etnografi
dimulai, dan diakhiri penelitiannya dengan berfokus pada pola-pola ini, dan
sifat-sifat yang ‘dipersamakan’ atau ‘disepakati’ bersama, membentuk sebuah
kebudayaan masyarakat. Dokumen yang dihasilkan dari fokus tersebut disebut
dengan etnografi.
Tujuan
Kajian Etnografi adalah untuk memahami isu yang dikaji dari kaca mata kumpulan
atau budaya tersebut, kajian
etnografi berusaha untuk menambah pengetahuan mengenai sesuatu budaya atau
mengenal pasti corak
interaksi sosial dan membangunkan satu penafsiran yang menyeluruh terhadap
sesuatu masyarakat atau institusi sosial.
Tujuan
penelitian etnografi untuk menggambarkan budaya atau subkultur dengan seperinci
mungkin, termasuk bahasa, adat istiadat, nilai-nilai, upacara keagamaan
dan undang-undang. Maknanya ia mempunyai tujuan mencari dan menggambarkan
budaya sesuatu masyarakat atau organisasi tertentu. Fokus penyelidikan adalah
pola-pola yang tercermin dalam sikap tidak dan prikelakuan masyarakat atau
organisasi yang diteliti. Ada pun yang dicari dalam kajian ini beerti bukan hal
yang Nampak melainkan yang terkandung dalam hal yang nampak tersebut.
Umumnya
jenis kajian ini mensyaratkan seorang peneliti yang berpengalaman, harus dapat
membenammkan dirinya dalam budaya mayarakat yang diteliti. Maknanya dia
harus bersosialisasi dirinya sendiri ke dalam budaya tersebut dan cuba
menjelaskannya. Menjadi
sebahagian budaya yang baharu tersebut dan kadangkala ia menjadi masalah
apabila hendak kembali kepada budayanya sendiri.
B. Hubungan Etnografi dengan Antropologi
Belajar antropologi sebagai sebuah ilmu yang membahas manusia dan kebudayaannya
adalah pekerjaan yang panjang dan membutuhkan waktu lama. Disamping luasnya
bidang ilmu tersebut, objek kajiannya juga terlalu pelik untuk dipahami jika
dibandingkan seperti memahami rumus-rumus dalam ilmu eksata. Adalah perdebatan
yang panjang hingga akhirnya melahirkan dua kutub pembahasan mengenai cara-cara
memahami ilmu-ilmu eksak dan ilmu-ilmuhumanis. Kedua kutub
itu adalah pendekatan kuantitatif yang mewakili ilmu-ilmu eksak dan kualitatif
yang merupakan metode yang sejak awal dipakai oleh antropologi untuk
menggambarkan suku bangsa tertentu dalam laporan perjalanan dan catatan-catatan
masa kolonial.
Penggunaan ilmu eksak atau yang
positivistik (harus terukur) dalam penelitian sosial pernah dilanggengkan dimasa A.Comte, Herbert Spenser, E.
Durkheim dan para penganut teori evolusi, difusi, serta
srukturalisme-fungsionalisme. Dalam Spenser sebagai penganut teori evolusi
terkenal dengan penggunaan analogi organiknya dalam memahami masyarakat dankebudayaannya.
Menurutnya, organisasi-organisasi sosial dalam suatu masyarakathadir seperti
halnya organ-organ yang menunjang kehidupan suatu organisme. Apabila diantara
salah satu organ itu sakit, maka organisme itu akan sakit dan bahkan mati.
Demikianlah masyarakat dianalogikan dengan organisme itu, bahwa masyarakat
tersusun atas organisasi-organisasi sosial yang menunjang eksistensinya.
Apabila organisasi-organisasi sosial itu ada yang sakit maka sakit pula masyarakat itu. Dalam hal ini menurut Spenser, kehadiran organisasi sosial
ada untuk memenuhi fungsinya dalam masyarakat. Analogi fungsional ini ketika dikritik
oleh para komentator bahwa teori ini tak dapat menjelaskan perubahan, namun
para pengikutnya melakukan pembelaan bahwa analogi organik dapat menjelaskan perubahan, namun perubahannya
terjadi secara berangsur-angsur atau berevolusi secara adaptif seperti hanya
mahluk hidup.
Jika suatu nilai atauorganisasi sosial dapat bertahan sampai hari ini,
berarti nilai tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki fungsi
yang relevan dengankemajuan masyarakat.
Namun para teoritis ini menyimpulkan teorinya bahkan tanpa melakukan tinjauan
lapangan atau mereka tak pernah melihat secara langsung masyarakat yang
dibicarakannya.
Istilah etnografi sebenarnya
merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi,
lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi
juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke
Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik
yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat istiadat, susunan
masyarakat, bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”.
Etnografi yang akarnya
antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara
orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan
sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu
kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan
dalam kurun waktu yang sama.
Dari gambaran tersebut di atas, dapat
di simpulkan bahwa antropologi merupakan bagian dari etnografi.
C. Hubungan Etnografi dengan Kebudayaan
Kebudayaan adalah apa yang menjadi
pandangan pengetahuan masyarakat dalam menafsirkan segala yang berhubungan
dengan kehidupannya.
Budaya menurut Baker (dalam
Alim, 2007:49) ditinaju dari asal usul kata berarti penciptaan, penertiban, dan
pengelolaan niali-nilai insani. Sedangkan menurut Kontjaraniggrat (dalam Alim,
2007:49) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan bemasyarakat dan dijadikan milik manusia malalui proses belajar.
Dalam bukuyang lain
Koentjaraningrat (1999:13) mengatakan bahwa kebudayaan adalah segala pikiran
dan perilaku manusia yang secara fungsional dan disfungsional ditata dalam
masyarakatnya. Pada definisi terakhir Koentjaraningrat secara tidak langsung
menggambarkan adanya dua potensi manusia yakni sebagai mahluk rasional
sekaligus irasional. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata “fungsional”
dan “disfungsional” yang berarti keberfungsian dan ketidakberfungsian.
E.B. Taylor (dalam Syani, 1995:59) melihat kebudayaan sebagai kompleks yang
mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai warga
masyarakat.
Inilah yang menjadi fokus
dari etnografi baru yakni pengetahuan masyarakat yang sedang diteliti. Karena
itu Spradley mengatakan seorang etnograf bukanlah guru bagi masyarakat
melainkan sebagai murid dari masyarakat yang ditelitinya. Dengan demikian
etnografi ini disebut juga etnografi kognitif.
Etnografi dan kebudayaan suatu
masyarakat adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab etnografi sendiri
adalah ilmu yang menggambarkan kebudayaan itu sendiri.
Malinowski dan R. Brwon menggambarkan kebudayaan sebagaimana tafsiran
peneliti, maka etnografi baru menggambarkan masyarakat sebagaimana pengetahuan
masyarakat itu sendiri. Etnografi baru dipengaruhi oleh definisi kebudayaan ala
Goodenough yang menyatakan bahwa budaya bukanlah suatu fenomena material,
melainkan sebuah pengorganisasian dari benda-benda, manusia, perilaku atau
emosi.
Kesimpulan uraian di atas bahwa etnografi akan muncul jika ada pengaruh
atau terdapat kajian-kajian kebudayaan masyarakat.
D. Hubungan Etnografi dengan Adat Istiadat
Adat adalah merupakan peraturan hidup
sehari-hari. Dalam pribahasa orang Minang, kalau hidup tanpa aturan namanya
"tak beradat". Jadi aturan itulah adat, dan adat itulah yang jadi
pakaiannya sehari-hari. Karena itu bagi orang Minang; duduk tagak beradat,
makan minum beradat, berbicara beradat, berjalan beradat, menguap beradat dan
batuk saja pun bagi orang Minang beradat. Aturan-aturan itu biasanya disebutkan
dalam bentuk Pepatah-petitih, mamang dan bidal serta pantun.
Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam
suatu nagara yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman
ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat,
seperti acara-acara keramaian anak nagari, seperti pertunjukan randai, saluang,
rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara
perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati
kedatangan tamu agung. Adat istiadat semacam ini sangat tergantung pada
situasi sosial ekonomi masyarakat.
Gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa
adat istiadat merupakan kelengkapan dari etnografi, sebab etnografi pada umumny
adalah mencakup keseluruhan bentuk-bentuk suku bangsa serta keunikan-keunikan
masyarakat atau aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang disebut adat
istiadat.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Etnografi
adalah merupakan bidang ilmu yang merangkul semua informasi yang melekap pada
suku bangsa serta masyarakat itu sendiri. Etnografi tidak dapat di pisahkan
dengan Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat. Sebab Antropologi, Kebudayaan
dan Adat Istiadat merupakan yang tidak terpisahkan dalam ciri khas atau bentuk
suku bangsa serta masyarakat yang ada di dalamnya. Sehingga Etnografi itu
sendiri menjelaskan tentang Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat.
B. Saran
Berkaitan
dengan kesimpulan di atas, ada suatu makna yang terkandung di dalamnya yang
harus kita maknai, sehingga di sarankan agar dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara agar memperhatikan aturan-aturan yang melekat dalam masyarakat itu
sendiri atau taat kepada undang-undang dalam berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis
data penelitian komunikasi, oleh: burhan bungin. raja grafindo persada,
jakarta. 2007
Metodologi
penelitian kulitatif, oleh: dr.deddy mulyana, m.a. pt.remaja rosdakarya,
bandung 2001.
Sosiolinguistik
II oleh: Sailal Arimi, S.S., M. Hum
http:// www.
google.co.id/search?q=istilah+etnografi&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-us:official&client=firefox-a
http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/etnografi-dan-folklore-antro/