Senin, 29 September 2014

MAKALAH HUBUNGAN ETNOGRAFI TERHADAP ANTROPOLOGI, KEBUDAYAAN DAN ADAT ISTIADAT

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadira Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Hubungan Etnografi dengan Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pembaca pada umumnya.


Manokwari,  September 2014

Penulis




DAFTAR ISI



Halaman Judul................................................................................................................... i
Halaman Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Halaman Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB  I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
D.    Kegunaan Penulisan .................................................................................. 2

BAB  II   PEMBAHASAN
A.    Pengertian Etnografi................................................................................... 3
B.     Hubungan Etnografi dengan  Antropologi................................................. 4
C.     Hubungan Etnografi dengan  Pengertian Kebudayaan ............................. 6
D.    Hubungan Etnografi dengan  Pengertian Adat Istiadat............................. 7

BAB III   PENUTUP
A.    Simpulan..................................................................................................... 8
B.     Saran .......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ........






BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keunikan serta kemajemukan suku bangsa merupakan ciri khas yang bernilai tersendiri. Untuk mengkaji keunikan di maksud, perlu di adakan kajian tentang suku bangsa sehingga dapat memahami keunikan-keunikan serta kemajukan apa saja yang ada dalam suatu bangsa tersebut.
Dalam perkembangan kajian ilmu, telah berkembang bidang ilmu yang membahas khusus tentang perbedaan dan keuningan bangsa-bangsa atau suku-suku bangsa. Bidang ilmu yang di maksud adalah etnografi. 
Menutut Richards dkk. (1985) etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian yang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok.
Roger M. Keesing (1989) mendefinisikan etnogarafi sebagai pembuatan dokumentasi dan analaisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam mendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer (peneliti etnografi) juga menganalisis.
Dari gambaran singkat di atas menggambarkan bahwa etnografi, antropologi, kebudayaan dan adat istiadat adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab etnografi adalah ilmu yang menggambarkan antropologi, kebudayaan dan adat istiadat itu sendiri. Untuk lebih memahami hubungan antara etnografi dengan antropologi, kebudayaan dan adat istiadat akan di bahasa dalam bab pembahasan makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan makasalah dalam penulisan makalah ini adalah “Bagaimana Hubungan Etnografi dengan Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat”.

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Etnografi dengan Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat.
D.    Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca dan sebagai pemenuhan tugas mata kulian Etnografi.













BAB  II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Etnografi
Etnografi berasal dari kata ethnos, yang artinya adalah “sukubangsa” dan graphein, yang berarti “mengukir, menulis, menggambar”. Jadi etnografi adalah tulisan, deskripsi atau penggambaran mengenai suatu sukubangsa tertentu. Suatu sukubangsa tentu terdiri dari manusia-manusia: laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, dewasa dan tua Suatu sukubangsa juga tentu memiliki adat-istiadat atau budaya tertentu. Oleh karena itu, suatu sukubangsa memiliki paling tidak dimensi fisik dan budaya. Oleh karena itu pula, di masa lalu -ketika orang belum mengenal fotografi, sebuah etnografi tentu memuat di dalamnya deskripsi ciri-ciri fisik suatu sukubangsa dan deskripsi adat-istiadat, budaya sukubangsa tersebut.
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985).
Etnografi merupakan sejenis kajian lapangan yang berbentuk pemerhatian yang sering digunakan dalam kajian sosiologi dan antropologi dan dirujuk sebagai penyelidikan saintifik semula jadi (field research). Menurut Creswell (2005), etnografi merupakan bentuk kajian yang praktikal untuk mengkaji sesuatu kumpulan seperti pendidikan, kepercayaan, tingkahlaku dan bahasa. Merupakan bentuk kajian kualitatif yang digunakan untuk menerangkan, menganalisa dan meinterpretasi bentuk“culture-sharing” sesuatu kumpulan seperti tingkah laku, kepercayaan.
Menurut Sabitha Marican (2005), etnografi juga dianggap sebagai satu kajian yang paling asas dalam penyelidikan sosial. Kajian etnografi merupakan kajian yang mengfokuskan pada penggambaran yang terperinci dan tepat dan bukan berunsur perkaitan.
Secara umum etnografi disebut sebagai menuliskan tentang kelompok masyarakat. Secara khusus hal tersebut juga bermakna  menuliskan tentang kebudayaan sebuah kelompok masyarakat. Disebutkan bahawa seluruh manusia, dan juga beberapa binatang (seperti  orang utan dan gorila) menciptakan, mentransmisikan, membahagi, merubah, menolak, dan menciptakan kembali budaya di dalam sebuah kelompok. Semua peneliti etnografi dimulai, dan diakhiri penelitiannya dengan berfokus pada pola-pola ini, dan sifat-sifat yang ‘dipersamakan’ atau ‘disepakati’ bersama, membentuk sebuah kebudayaan masyarakat. Dokumen yang dihasilkan dari fokus tersebut disebut dengan etnografi.
Tujuan Kajian Etnografi adalah untuk memahami isu yang dikaji dari kaca mata kumpulan atau budaya tersebut, kajian etnografi berusaha untuk menambah pengetahuan mengenai sesuatu budaya atau mengenal pasti corak interaksi sosial dan membangunkan satu penafsiran yang menyeluruh terhadap sesuatu masyarakat atau institusi sosial.
Tujuan penelitian etnografi untuk menggambarkan budaya atau subkultur dengan seperinci mungkin, termasuk bahasa, adat istiadat, nilai-nilai, upacara keagamaan  dan undang-undang. Maknanya ia mempunyai tujuan mencari dan menggambarkan budaya sesuatu masyarakat atau organisasi tertentu. Fokus penyelidikan adalah pola-pola yang tercermin dalam sikap tidak dan prikelakuan masyarakat atau organisasi yang diteliti. Ada pun yang dicari dalam kajian ini beerti bukan hal yang Nampak melainkan yang terkandung dalam hal yang nampak tersebut.
Umumnya jenis kajian ini mensyaratkan seorang peneliti yang berpengalaman, harus dapat membenammkan dirinya dalam budaya mayarakat yang diteliti. Maknanya dia harus  bersosialisasi dirinya sendiri ke dalam budaya tersebut dan cuba menjelaskannya. Menjadi sebahagian budaya yang baharu tersebut dan kadangkala ia menjadi masalah apabila hendak kembali kepada budayanya sendiri.

B.     Hubungan Etnografi dengan Antropologi
Belajar antropologi sebagai sebuah ilmu yang membahas manusia dan kebudayaannya adalah pekerjaan yang panjang dan membutuhkan waktu lama. Disamping luasnya bidang ilmu tersebut, objek kajiannya juga terlalu pelik untuk dipahami jika dibandingkan seperti memahami rumus-rumus dalam ilmu eksata. Adalah perdebatan yang panjang hingga akhirnya melahirkan dua kutub pembahasan mengenai cara-cara memahami ilmu-ilmu eksak dan ilmu-ilmuhumanis. Kedua kutub itu adalah pendekatan kuantitatif yang mewakili ilmu-ilmu eksak dan kualitatif yang merupakan metode yang sejak awal dipakai oleh antropologi untuk menggambarkan suku bangsa tertentu dalam laporan perjalanan dan catatan-catatan masa kolonial.
Penggunaan ilmu eksak atau yang positivistik (harus terukur) dalam penelitian sosial pernah dilanggengkan dimasa A.Comte, Herbert Spenser, E. Durkheim dan para penganut teori evolusi, difusi, serta srukturalisme-fungsionalisme. Dalam Spenser sebagai penganut teori evolusi terkenal dengan penggunaan analogi organiknya dalam memahami masyarakat dankebudayaannya. Menurutnya, organisasi-organisasi sosial dalam suatu masyarakathadir seperti halnya organ-organ yang menunjang kehidupan suatu organisme. Apabila diantara salah satu organ itu sakit, maka organisme itu akan sakit dan bahkan mati. Demikianlah masyarakat dianalogikan dengan organisme itu, bahwa masyarakat tersusun atas organisasi-organisasi sosial yang menunjang eksistensinya. Apabila organisasi-organisasi sosial itu ada yang sakit maka sakit pula masyarakat itu. Dalam hal ini menurut Spenser, kehadiran organisasi sosial ada untuk memenuhi fungsinya dalam masyarakat. Analogi fungsional ini ketika dikritik oleh para komentator bahwa teori ini tak dapat menjelaskan perubahan, namun para pengikutnya melakukan pembelaan bahwa analogi organik dapat menjelaskan perubahan, namun perubahannya terjadi secara berangsur-angsur atau berevolusi secara adaptif seperti hanya mahluk hidup.
Jika suatu nilai atauorganisasi sosial dapat bertahan sampai hari ini, berarti nilai tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki fungsi yang relevan dengankemajuan masyarakat. Namun para teoritis ini menyimpulkan teorinya bahkan tanpa melakukan tinjauan lapangan atau mereka tak pernah melihat secara langsung masyarakat yang dibicarakannya.
Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”.
Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.
Dari gambaran tersebut di atas, dapat di simpulkan bahwa antropologi merupakan bagian dari  etnografi.


C.    Hubungan Etnografi dengan Kebudayaan
Kebudayaan adalah apa yang menjadi pandangan pengetahuan masyarakat dalam menafsirkan segala yang berhubungan dengan kehidupannya.
Budaya menurut Baker (dalam Alim, 2007:49) ditinaju dari asal usul kata berarti penciptaan, penertiban, dan pengelolaan niali-nilai insani. Sedangkan menurut Kontjaraniggrat (dalam Alim, 2007:49) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bemasyarakat dan dijadikan milik manusia malalui proses belajar. 
Dalam bukuyang lain Koentjaraningrat (1999:13) mengatakan bahwa kebudayaan adalah segala pikiran dan perilaku manusia yang secara fungsional dan disfungsional ditata dalam masyarakatnya. Pada definisi terakhir Koentjaraningrat secara tidak langsung menggambarkan adanya dua potensi manusia yakni sebagai mahluk rasional sekaligus irasional. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata “fungsional” dan “disfungsional” yang berarti keberfungsian dan ketidakberfungsian.
E.B. Taylor (dalam Syani, 1995:59) melihat kebudayaan sebagai kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai warga masyarakat.
Inilah yang menjadi fokus dari etnografi baru yakni pengetahuan masyarakat yang sedang diteliti. Karena itu Spradley mengatakan seorang etnograf bukanlah guru bagi masyarakat melainkan sebagai murid dari masyarakat yang ditelitinya. Dengan demikian etnografi ini disebut juga etnografi kognitif.
Etnografi dan kebudayaan suatu masyarakat adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab etnografi sendiri adalah ilmu yang menggambarkan kebudayaan itu sendiri.
Malinowski dan R. Brwon menggambarkan kebudayaan sebagaimana tafsiran peneliti, maka etnografi baru menggambarkan masyarakat sebagaimana pengetahuan masyarakat itu sendiri. Etnografi baru dipengaruhi oleh definisi kebudayaan ala Goodenough yang menyatakan bahwa budaya bukanlah suatu fenomena material, melainkan sebuah pengorganisasian dari benda-benda, manusia, perilaku atau emosi.
Kesimpulan uraian di atas bahwa etnografi akan muncul jika ada pengaruh atau terdapat kajian-kajian kebudayaan masyarakat.


D.    Hubungan Etnografi dengan Adat Istiadat
Adat adalah merupakan peraturan hidup sehari-hari. Dalam pribahasa orang Minang, kalau hidup tanpa aturan namanya "tak beradat". Jadi aturan itulah adat, dan adat itulah yang jadi pakaiannya sehari-hari. Karena itu bagi orang Minang; duduk tagak beradat, makan minum beradat, berbicara beradat, berjalan beradat, menguap beradat dan batuk saja pun bagi orang Minang beradat. Aturan-aturan itu biasanya disebutkan dalam bentuk Pepatah-petitih, mamang dan bidal serta pantun.
Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu nagara yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak nagari, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Adat istiadat semacam ini sangat tergantung pada  situasi sosial ekonomi masyarakat.
Gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa adat istiadat merupakan kelengkapan dari etnografi, sebab etnografi pada umumny adalah mencakup keseluruhan bentuk-bentuk suku bangsa serta keunikan-keunikan masyarakat atau aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang disebut adat istiadat.



BAB  III
PENUTUP

A.    Simpulan

Etnografi adalah merupakan bidang ilmu yang merangkul semua informasi yang melekap pada suku bangsa serta masyarakat itu sendiri. Etnografi tidak dapat di pisahkan dengan Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat. Sebab Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat merupakan yang tidak terpisahkan dalam ciri khas atau bentuk suku bangsa serta masyarakat yang ada di dalamnya. Sehingga Etnografi itu sendiri menjelaskan tentang Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat.

B.     Saran
Berkaitan dengan kesimpulan di atas, ada suatu makna yang terkandung di dalamnya yang harus kita maknai, sehingga di sarankan agar dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar memperhatikan aturan-aturan yang melekat dalam masyarakat itu sendiri atau taat kepada undang-undang dalam berbangsa dan bernegara.




DAFTAR PUSTAKA


Etnografi komunikasi dan register oleh: dwi purnanto:
http://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id/2009/06/03/etnografi-komunikasi-dan-register/.

Analisis data penelitian komunikasi, oleh: burhan bungin. raja grafindo persada, jakarta. 2007

Metodologi penelitian kulitatif, oleh: dr.deddy mulyana, m.a. pt.remaja rosdakarya, bandung 2001.

Sosiolinguistik II oleh: Sailal Arimi, S.S., M. Hum
http:// www. google.co.id/search?q=istilah+etnografi&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-us:official&client=firefox-a

http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/etnografi-dan-folklore-antro/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar