Shaum (puasa)
Ramadhan adalah salah satu pilar
dari Rukun Islam. Maka mendidik
anak untuk berpuasa Ramadhan
menjadi kewajiban keislaman yang
integral bagi para orang tua. Para
sahabat Rasul telah mendidik putra-
putri mereka yang masih kecil untuk
berpuasa. Seperti yang dituturkan
shahabiyah Rubayyi' binti Mu'awwiz
tentang bagaimana cara mereka
mendidik anak-anak mereka
berpuasa Asyura (sebelum
diwajibkan puasa Romadhon):
"...dan kami melatih anak-anak kami
yang masih kecil untuk berpuasa.
Kami bawa mereka ke masjid dan
kami buatkan mereka mainan dari
bulu. Apabila diantara mereka ada
yang merengek minta makan, maka
kami bujuk dengan mainan itu terus
hingga tiba waktu berbuka." (HR.
Bukhari Muslim).
Dari riwayat diatas, kita dapat
mengetahui bahwa para sahabat
memberikan perhatian yang serius
dalam melatih putra-putri mereka
untuk membiasakan berpuasa.
Lantas apa yang dapat kita lakukan
saat ini untuk meneladani tradisi
sahabat tadi? Ada 10 panduan yang
perlu kita perhatikan :
1. Melakukan pengkondisian
menyambut Ramadhan dengan
memberi bekalan pemahaman yang
memadai tentang keutamaan
Ramadhan. Jika pengkondisian ini
dilakukan berulang-ulang sejak
sebelum Ramadhan tiba, sangat
mungkin akan tumbuh niat yang
kuat pada anak untuk berpuasa
Ramadhan.
2. Menyambut Ramadhan dengan
keriangan dan keceriaan. Rasulullah
telah menasehati Abdullah bin
Mas'ud untuk menyambut
Ramadhan dengan wajah yang
berseri tidak cemberut. Jika kita
perluas keceriaan tadi, dapat juga
dengan cara memberi dekorasi
yang khas pada kondisi rumah,
sehingga anak semakin menyadari
akan keistimewaan Ramadhan
dibandingkan bulan lainnya. Hal ini
akan menstimulus mereka untuk
berpuasa. Dibuat sedemikian rupa
sehingga bulan Ramadhan adalah
hari-hari yang paling indah untuk
dikenang sang anak hingga mereka
remaja dan dewasa. Ini tentu akan
lebih mudah tercapai jika ada peran
serta masyarakat umum dan
pemerintah dengan menghidupkan
syiar-syiar Ramadhan di jalan raya,
perkantoran, pabrik, media masa
dan lain-lain.
3. Menata jam tidur anak-anak
sehingga akan mudah bergairah
saat bangun sahur. Waktu sahur
sebaiknya diakhirkan (kira-kira satu
atau setengah jam menjelang salat
subuh) sebagaimana anjuran
Rasulullah. Hikmahnya antara lain
agar setelah sahur tidak terlalu lama
menunggu waktu subuh.
4. Tidak meletakkan makanan,
minuman dan buah-buahan secara
terbuka, sehingga akan menggoda
mereka untuk segera membatalkan
puasanya. Makanan diletakkan pada
tempat yang jauh dari perhatian
mereka. Hal ini juga sepatutnya
diperhatikan oleh restoran dan
penjaja makanan dipinggir jalan.
5. Terhadap anak yang baru berlatih
puasa (belum kuat dan gampang
terpengaruh), sebaiknya mereka
dijauhkan bermain dari anak-anak
yang malas berpuasa. Dan
didekatkan dengan anak-anak
lainanya yang juga tekun berlatih. Ini
perlu dilakukan agar mereka
memperoleh rasa kebersamaan,
bukan keterasingan karena
puasanya.
6. Melatih berpuasa dengan
bertahap dan menjanjikan hadiah
sebagai rangsangan. Misalnya di
awali dengan izin berbuka sampai
jam 10, lalu jam 12 dan seterusnya
sampai akhirnya penuh sampai
waktu berbuka. Hadiahnya
disamping penghargaan dan pujian
sebagai anak yang sabar, juga dapat
diberikan hadian lain yang beraspek
mendidik berupa alat-alat belajar.
7. Stimulus dengan pahala dan
surga dari Allah. Jadi hadiah materi
diatas tak menutupi stimulus
ganjaran Allah. "Jika kamu berpuasa,
maka kamu ikut membuka pintu
pahala dari Allah bagi orangtuamu
yang telah mendidikmu untuk
berpuasa". Anak akan senang
karena sekaligus dapat berbuat
sesuatu kebaikan untuk
orangtuanya.
8. Memberi alternatif pengisian
waktu yang tepat dan positif. Baik
dengan istirahat tidur di siang panas,
maupun dengan alternatif
permainan yang mendidik untuk
melupakan mereka dengan rasa
haus dan lapar yang menyengat.
Sebagaimana yang telah dilakukan
shahabiyah di masa Rasul. Saat ini
sudah ada pesantren Ramadhan
untuk anak-anak dan remaja, ini
juga alternatif kegiatan yang
menyenangkan bagi mereka. Atau
orangtua dapat juga bersepakat
dengan anak-anaknya untuk
memasang target, bahwa seusai
bulan Ramadhan kemampuan
mereka mengaji Al Quran harus
lancar dan lebih baik. Perhatian
kepada Al Quran memang harus
lebih besar di bulan Ramadhan,
karena Al Quran diturunkan pertama
kali pada bulan ini. Dapat pula orang
tua membacakan kisah-kisah
keteladanan Islami, atau
mendengarkan kaset-kaset cerita
Islami.
9. Mengajak anak-anak untuk
meramaikan syiar Ramadhan,
seperti sholat tarawih berjamaah di
masjid, mengaji dan mengkaji
Quran, menyimak ceramah-
ceramah agama, menyuruh mereka
mengantar makanan ke masjid
untuk orang yang berbuka puasa,
lebih menggemarkan berinfak,
shadaqah dan lainnya.
10. Khusus untuk para orang tua,
jika mereka menyepelekan
pendidikan puasa Ramadhan bagi
anak-anaknya, maka mereka harus
siap bertanggung jawab kepada
Allah kelak di akhirat, jika putra-
putrinya kemudian melalaikan
kewajiban puasa Ramadhan. Oleh
karena itu mereka harus
memanfaatkan semaksimal
mungkin pembiasaan puasa
Ramadhan bagi anak-anaknya sejak
dini. Dengan perhatian yang intens
dan cara-cara yang bijak, niscaya
dapat menggugah kesadaran anak-
anak untuk berpuasa. Kesadaran itu
tentu akan merupakan tabungan
ibadah bagi para orang tua yang
telah mendidik mereka.
Jika hal-hal di atas kita lakukan, maka
Insya Allah keberkahan Romadhon
akan turun ke setiap keluarga
muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar