Minggu, 25 Agustus 2013

CARA PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO


I.         Pendahuluan
Penulisan ini berdasarkan di lapangan mengenai cara pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella, snell.
Penulisan ini membicarakan pengendalian yang praktis pada tanaman kakao (Theo Broma Kakao) yang menjadi kendala pada para petani hingga banyak kerusakan yang merugikan.
Penulisan ini tidak luput dari kekurangan dan saran-saran guna perbaikan, saran dari Bapak Dosen sangat penulis harapkan untuk melengkapi.

1.      Latar Belakang
Kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan. Pada umumnya masih banyak petani yang belum tahu perbedaan hama dan penyakit, sehingga pada waktu akan memberantas mereka keliru dan katakan itu penyakit.

2.      Tujuan dan Manfaat
a.       Pemangkasan kakao bertujuan untuk memperluas asimilasi hingga makin banyak menghasilkan karbohidrat ke buah.
b.      Mendapat pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kokoh.
c.       Mengurangi kelembaban sehingga mengurangi insentitas serangan hama penyakit.
d.      Memudahkan pemeliharaan dan pemanenan
e.       Memperoleh hasil produksi yang tinggi.

II.      Pembahasan
Hama penggerek buah kakao (PBK) conopomorpha cramerella, snell, strategi pengendalian untuk jangka pendek memerlukan standar operasional yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan pengendalian di lapangan secara benar.
1.    Pemangkasan Produksi
Pemangkasan kakao bertujuan meningkatkan pembungaan dan pembuahan, memperbaiki aerasi kebun dan mempermudah manajemen tanaman. Pangkasan produksi sekaligus kontrol tinggi tajuk tanaman dilakukan dua kali setahun yakni pada akhir kemarau menjelang awal hujan (Oktober/ November) dan akhir musim hujan (Maret/April). Target cabang yang dipangkas adalah yang tingginya >4m. Pangkasan pemeliharaan dilakukan bulan Januari/Februari, dan Juli/Agustus. Wiwilan (pembuangan tunas air) dilakukan sebulan sekali atau dua kali tergantung pada laju tumbuhnya.
Pemupukan kakao bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan produksi buah. Dengan hasil buah yang banyak diharapkan terjadi penurunan intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji karena efek "pengenceran". Pupuk organik dan anorganik dapat digunakan, dengan dosis yang didasarkan pada hasil analisis tanah dan daun kakao.
Pohon penaung kakao berfungsi sebagai penyangga (buffer) faktor-faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan dan produksi kakao. Makin marginal areal, maka populasi dan fungsi pohon penaung semakin besar. Apabila digunakan lamtoro atau Gliricidia, maka pada awal musim hujan sekitar 50% populasinya secara selang-seling dilakukan topping pada batas 1 m di atas tajuk kakao. Populasi 50% sisanya dilakukan topping pada tahun berikutnya. Percabangan selanjutnya perlu diatur agar tanaman kakao memperoleh sekitar 80% penyinaran langsung.
2.      Panen sering,
Dilakukan terhadap buah masak, masak fisiologis, dan buah terserang PBK. Interval panen 5-7 hari. Buah langsung dibelah dan diambil bijinya pada hari yang sama.
3.      Sanitasi
Yaitu melakukan pembenaman kulit buah dan plasenta dengan kedalaman sekitar 20 cm dari permukaan tanah. Pemanen mengumpulkan buah yang dipanen pada TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Jumlah TPH dan lubang sanitasi tergantung pada volume panen. Sebagai patokan, setiap 2-4 ha areal kakao diperlukan satu TPH dengan satu lubang sanitasi. Lubang segera ditutup tanah apabila kegiatan pemecahan buah telah selesai. Pada jadwal panen berikutnya, dibuat lubang sanitasi yang baru. Jika kesulitan melakukan pembenaman, kulit buah kakao dapat dicacah untuk dijadikan kompos atau pakan ternak. Pencacahan kulit buah kakao menggunakan alat pencacah (Shreader) yang dikembangkan olek Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, merupakan teknologi pengendalian PBK yang prospektif untuk dikembangkan. Teknologi ini digunakan untuk mengantisipasi kegiatan sanitasi atau pembenaman kulit buah yang sulit dilakukan pada musim panen raya. Pencacahan kulit buah selain dapat membunuh larva PBK, hasil cacahannya dapat digunakan sebagai sumber bahan organik dan sebagai pakan ternak yang mempunyai nilai gizi tinggi setelah melalui proses pengomposan .

4.  Penyemprotan Insektisida
-        Penyemprotan insektisida dilakukan terutama jika serangan PBK dengan kriteria berat sudah mencapai 30%.
-         Penyemprotan dilakukan pada saat buah kakao sebagian besar berumur 3 bulan atau berukuran panjang antara 8 -10 cm. Penyemprotan tidak efektif jika dilakukan terhadap buah dewasa (panjang >12cm). Sasaran penyemprotan adalah buah-buah kakao tempat imago PBK bertelur dan cabang-cabang horizontal tempat beristirahatnya imago PBK.
-          Insektisida yang digunakan dari golongan piretroid sintetik dan dianjurkan yang sudah diuji keefektifannya. Konsentrasi formulasi yang digunakan berkisar antara 0, 06% - 0,1 % atau sesuai anjuran pada kemasan pestisida, dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer, volume semprot 250 ml/pohon atau 250 l  per hektar.

5.  Penyarungan Buah
-          Penyarungan buah dilakukan pada buah umur 3 bulan yang diperkirakan panjang antara 8-10 cm, menggunakan kantong plastik lebar 15 cm, panjang 28 cm, tebal 0,2 mm, atau dapat juga menggunakan bahan lainnya seperti koran bekas, kertas semen, dll
-          Penyarungan kantong plastik dapat dilakukan menggunakan alat yang terbuat dari bambu atau pipa paralon (PVC) berdiameter 1,5 " (5 cm).
-          Penyarungan dilakukan terhadap semua pentil kakao pada musim pembuahan rendah, yaitu 3 bulan sebelum saat panen rendah. Pada periode panen raya, penyarungan buah dilakukan sesuai keinginan petani berapa produksi yang dikehendaki. Setiap daerah perlu menyesuaikan dengan pola panen di daerah tersebut, misalnya di Jawa saat penyarungan yang tepat adalah bulan Oktober-November, di Sumatera antara bulan Februari-Maret.


III.             Kesimpulan dan Saran
Strategi pengendalian PBK jangka panjang adalah penggunaan bahan tanam tahan, pemanfaatan agens hayati, dan penerapan teknologi pengendalian lainnya. Strategi ini merupakan program utama penelitian yang saat ini sedang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Hasil seleksi bahan tanam tahan PBK di Sumatera Utara telah diperoleh satu klon harapan tahan PBK yakni KW 514, sementara hasil seleksi di Ladongi, Sulawesi Tenggara didapatkan dua klon harapan tahan, yaitu ARDACIAR 25 dan ARDACIAR 10. Klon-klon tersebut saat ini sedang diuji multilokasi di beberapa daerah endemik PBK. Berdasarkan pengamatan komponen daya hasil dan mutu hasil, KW 514 memiliki potensi keunggulan sifat daya hasil dan mutu hasil, yaitu menghasilkan jumlah buah rata-rata mencapai 72 buah atau setara 3,88 kg biji kering/thn dengan berat kering 1,10 g/biji, dan jumlah biji per buah 49 biji.
IV.             Daftar Pustaka
Materi Penyuluhan Pertanian STPP Manokwari Tahun 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar