I.
Pendahuluan
Penulisan ini berdasarkan di lapangan mengenai cara pengendalian hama
penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella, snell.
Penulisan ini membicarakan pengendalian yang praktis pada tanaman kakao
(Theo Broma Kakao) yang menjadi kendala pada para petani hingga banyak
kerusakan yang merugikan.
Penulisan ini tidak luput dari kekurangan dan saran-saran guna perbaikan,
saran dari Bapak Dosen sangat penulis harapkan untuk melengkapi.
1.
Latar
Belakang
Kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang
mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan. Pada umumnya masih banyak
petani yang belum tahu perbedaan hama dan penyakit, sehingga pada waktu akan
memberantas mereka keliru dan katakan itu penyakit.
2.
Tujuan
dan Manfaat
a.
Pemangkasan kakao bertujuan untuk memperluas
asimilasi hingga makin banyak menghasilkan karbohidrat ke buah.
b.
Mendapat pertumbuhan tajuk yang seimbang dan
kokoh.
c.
Mengurangi kelembaban sehingga mengurangi
insentitas serangan hama penyakit.
d.
Memudahkan pemeliharaan dan pemanenan
e.
Memperoleh hasil produksi yang tinggi.
II.
Pembahasan
Hama penggerek buah kakao (PBK) conopomorpha cramerella, snell, strategi
pengendalian untuk jangka pendek memerlukan standar operasional yang digunakan
sebagai acuan pelaksanaan pengendalian di lapangan secara benar.
1.
Pemangkasan
Produksi
Pemangkasan kakao bertujuan
meningkatkan pembungaan dan pembuahan, memperbaiki
aerasi kebun dan mempermudah manajemen tanaman. Pangkasan produksi
sekaligus kontrol tinggi tajuk tanaman dilakukan dua kali setahun yakni pada akhir kemarau menjelang awal
hujan (Oktober/ November) dan akhir
musim hujan (Maret/April). Target cabang yang dipangkas adalah yang tingginya >4m. Pangkasan pemeliharaan dilakukan
bulan Januari/Februari, dan Juli/Agustus. Wiwilan (pembuangan tunas air)
dilakukan sebulan sekali atau dua kali tergantung pada laju tumbuhnya.
Pemupukan kakao bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan tanaman dan produksi buah. Dengan hasil buah yang banyak
diharapkan terjadi penurunan intensitas
serangan dan tingkat kerusakan biji karena efek "pengenceran".
Pupuk organik dan anorganik dapat digunakan,
dengan dosis yang didasarkan pada hasil analisis tanah dan daun kakao.
Pohon penaung kakao
berfungsi sebagai penyangga
(buffer) faktor-faktor lingkungan yang kurang
mendukung pertumbuhan dan produksi kakao. Makin marginal areal, maka populasi dan fungsi pohon penaung semakin besar.
Apabila digunakan lamtoro atau Gliricidia, maka pada awal musim hujan sekitar
50% populasinya secara selang-seling dilakukan topping pada batas 1 m di atas tajuk kakao. Populasi 50% sisanya
dilakukan topping pada tahun berikutnya.
Percabangan selanjutnya perlu diatur agar tanaman kakao memperoleh
sekitar 80% penyinaran langsung.
2.
Panen sering,
Dilakukan terhadap
buah masak, masak fisiologis, dan buah terserang
PBK. Interval panen 5-7 hari. Buah langsung dibelah dan diambil bijinya
pada hari yang sama.
3.
Sanitasi
Yaitu melakukan
pembenaman kulit buah dan plasenta dengan kedalaman
sekitar 20 cm dari permukaan tanah. Pemanen mengumpulkan buah yang dipanen pada TPH (Tempat Pengumpulan
Hasil). Jumlah TPH dan lubang sanitasi tergantung pada volume panen.
Sebagai patokan, setiap 2-4 ha areal kakao diperlukan satu TPH dengan satu
lubang sanitasi. Lubang segera ditutup tanah apabila kegiatan pemecahan buah
telah selesai. Pada jadwal panen berikutnya, dibuat lubang sanitasi yang baru.
Jika kesulitan melakukan pembenaman, kulit
buah kakao dapat dicacah untuk dijadikan kompos atau pakan ternak.
Pencacahan kulit buah kakao menggunakan alat pencacah
(Shreader) yang dikembangkan olek Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia, merupakan teknologi
pengendalian PBK yang prospektif untuk dikembangkan. Teknologi ini
digunakan untuk mengantisipasi kegiatan sanitasi
atau pembenaman kulit buah yang sulit dilakukan pada musim panen raya. Pencacahan kulit buah selain dapat membunuh
larva PBK, hasil cacahannya dapat
digunakan sebagai sumber bahan organik dan sebagai pakan ternak yang mempunyai nilai gizi tinggi
setelah melalui proses pengomposan .
4. Penyemprotan Insektisida
-
Penyemprotan insektisida dilakukan terutama jika
serangan PBK dengan kriteria berat sudah mencapai 30%.
-
Penyemprotan dilakukan pada saat buah kakao sebagian besar
berumur
3 bulan atau berukuran panjang antara 8 -10 cm. Penyemprotan tidak efektif jika dilakukan terhadap buah dewasa
(panjang >12cm). Sasaran penyemprotan adalah buah-buah kakao tempat
imago PBK bertelur dan cabang-cabang horizontal tempat beristirahatnya imago
PBK.
-
Insektisida
yang digunakan dari golongan piretroid sintetik dan dianjurkan yang sudah diuji
keefektifannya. Konsentrasi formulasi yang digunakan berkisar antara 0, 06% - 0,1 % atau sesuai anjuran pada kemasan
pestisida, dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer, volume
semprot 250 ml/pohon atau 250 l per
hektar.
5. Penyarungan
Buah
-
Penyarungan
buah dilakukan pada buah umur 3 bulan yang diperkirakan panjang antara 8-10 cm, menggunakan kantong plastik lebar 15 cm, panjang 28 cm, tebal 0,2 mm, atau dapat juga
menggunakan bahan lainnya seperti koran bekas, kertas semen, dll
-
Penyarungan kantong plastik dapat dilakukan
menggunakan alat yang terbuat dari bambu atau pipa paralon (PVC) berdiameter
1,5 " (5 cm).
-
Penyarungan
dilakukan terhadap semua pentil kakao pada musim pembuahan rendah, yaitu 3 bulan sebelum saat panen rendah. Pada
periode panen raya, penyarungan buah dilakukan sesuai keinginan petani berapa
produksi yang dikehendaki. Setiap daerah perlu menyesuaikan dengan pola panen
di daerah tersebut, misalnya di Jawa saat penyarungan yang tepat adalah bulan
Oktober-November, di Sumatera antara bulan Februari-Maret.
III.
Kesimpulan
dan Saran
Strategi
pengendalian PBK jangka panjang adalah penggunaan bahan tanam tahan,
pemanfaatan agens hayati, dan penerapan teknologi pengendalian lainnya.
Strategi ini merupakan program utama penelitian yang saat ini sedang dilakukan
oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Hasil seleksi bahan tanam tahan PBK di Sumatera Utara telah diperoleh
satu klon harapan tahan PBK yakni KW
514, sementara hasil seleksi di Ladongi, Sulawesi Tenggara didapatkan
dua klon harapan tahan, yaitu ARDACIAR 25 dan ARDACIAR 10. Klon-klon tersebut saat ini sedang diuji
multilokasi di beberapa daerah endemik PBK. Berdasarkan pengamatan
komponen daya hasil dan mutu hasil, KW 514 memiliki potensi keunggulan sifat
daya hasil dan mutu hasil, yaitu menghasilkan jumlah
buah rata-rata mencapai 72 buah atau setara 3,88 kg biji kering/thn
dengan berat kering 1,10 g/biji, dan jumlah biji per buah 49 biji.
IV.
Daftar
Pustaka
Materi
Penyuluhan Pertanian STPP Manokwari Tahun 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar