Minggu, 19 Oktober 2014

SEJARAH KABUPATEN LUWU, SULAWESI SELATAN

SEJARAH KABUPATEN LUWU
Masa Sebelum Pemerintahan Hindia Belanda, Luwu telah menjadi sebuah
Kerajaan yang mewilayahi Makale, Rantepao, Kolaka (Sulawesi Tenggara)
dan Poso (Sulawesi Tengah).
Pada Pemerintahan Hindia Belanda, Sistem Pemerintahan dibagi atas 2
(dua) tingkatan, yaitu :
1. Pemerintahan tertinggi dipegang oleh Pihak Belanda.
2. Pemerintahan terendah dipegang oleh Pihak Swapraja.
Dengan terjadinya dualisme dalam pemerintahan di Luwu pada masa itu,
pemerintahan yang dipegang oleh Swapraja dikuasai oleh Belanda, namun
secara Deyure Pemerintahan Swapraja tetap ada.
Setelah Belanda berkuasa penuh di Luwu, maka wilayah Kerajaan Luwu
diperkecil, yaitu :
o Poso (Sulawesi Tengah) yang semula termasuk Kerajaan Luwu dipisahkan
satu Afdeling.
o Distrik Pitumpanua dimasukkan kedalam wilayah kekuasaan Wajo.
o Dibentuk satu afdeling di Luwu yang dikepalai oleh seorang Asisten
Residen yang berkedudukan di Palopo.
Selanjutnya Afdeling Luwu dibagi menjadi 5 (lima) Onder Afdeling, yaitu
;
1. Onder Afdeling Palopo, dengan ibukotanya Palopo.
2. Onder Afdeling Makale, dengan ibukotanya Makale.
3. Onder Afdeling Masamba, dengan ibukotanya Masamba.
4. Onder Afdeling Malili, dengan ibukotanya Malili.
5. Onder Afdeling Mekongga, dengan ibukotanya Kolaka.
Selanjutnya pada masa Pemerintahan Jepang, sistem pemerintahan yang
diterapkan tentara pada masa berkuasa di Luwu (Tahun 1942), pada
prinsipnya hanya meneruskan sistem pemerintahan yang telah diterapkan
oleh Belanda, digantikan oleh pembesar-pembesar Jepang.
Kedudukan Datu Luwu dalam sistem pemerintahan Sipil, sedangkan
pemerintahan Militer dipegang oleh Pihak Jepang. Dalam menjalankan
Pemerintahan Sipil, Datu Luwu diberi kebebasan, tetapi tetap diawasi
secara ketat oleh pemerintahan Militer Jepang yang sewaktu-waktu siap
menghukum pejabat sipil yang tidak menjalankan kehendak Jepang, dan yang
menjadi pemerintahan sipil atau Datu Luwu pada masa itu ialah " Kambo
Opu Tenrisompa" kemudian diganti oleh putranya "Andi Jemma" (link Photo)
Pada bulan April 1950 Andi Jemma dikukuhkan kembali sebagai Datu/Pejuang
Luwu dengan wilayah seperti sediakala. Afdeling luwu meliputi 5 (lima)
onder Afdeling (Palopo, Masamba, Malili, Tanatoraja atau Makale -
Rantepao dan Kolaka ). Tahun 1953 Andi Jemma Datu Luwu diangkat menjadi
Penasehat Gubernur (waktu itu Sudiro) Sulawesi. Ketika Luwu dijadikan
Pemerintahan Swapraja, Andi Jemma diangkat sebagai Kepala Swapraja Luwu,
pada Tahun 1957 hingga 1960.
atas jasa-jasanya terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia, Andi Jemma
dianugerahi Bintang Gerilya tertanggal 10 Nopember 1958, Nomor 36.822
yang ditandatangani Presiden Soekarno. Pada masa periode kepemimpinan
Andi Jemma sebagai Raja (Datu Luwu) terakhir, sekaligus menandai
berakhirnya sistem pemerintahan Swatantra (Desentralisasi). Belasan
tanda jasa kenegaraan Tingkat Nasional telah diberikan kepada Andi Jemma
sebelum wafat pada tanggal 23 Pebruari 1965 di Kota Makassar. Presiden
Soekarno memerintahkan agar Datu Luwu dimakamkan secara Kenegaraan di
Taman Makam Pahlawan (TMP) Panaikang Makassar yang dipimpin langsung
oleh Panglima Kodam Hasanuddin.
Selanjutnya pada Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, secara otomatis
Kerajaan Luwu berintegrasi kedalam Negara Republik Indonesia. Hal itu
ditandai dengan adanya pernyataan Raja Luwu pada masa itu (Andi Jemma)
yang antara lain menyatakan bahwa " Kerajaan Luwu adalah bagian dari
Wilayah Kesatuan Republik Indonesia"
Pemerintah Pusat mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.34/1952 tentang
Pembubaran Daerah Sulawesi Selatan bentukan Belanda/Jepang termasuk
Daerah yang berstatus Kerajaan. Peraturan Pemerintah No.56/1951 tentang
Pembentukan Gabungan Sulawesi Selatan. Dengan demikian daerah gabungan
tersebut dibubarkan dan wilayahnya dibagi menjadi 7 (tujuh) daerah
swatantra. Satu diantaranya adalah daerah Swatantra Luwu yang mewilayahi
seluruh daerah Luwu dan Tana Toraja dengan pusat Pemerintahannya berada
di Palopo.
Berselang beberapa tahun kemudian, Pemerintah Pusat menetapkan beberapa
Undang-Undang Darurat, antara lain :
1. Undang-Undang Darurat No.2/1957 tentang Pembubaran Daerah Makassar,
Jeneponto dan Takalar.
2. Undang-Undang Darurat No. 3/1957 tentang Pembubaran Daerah Luwu dan
Pembentukan Bone, Wajo dan Soppeng. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Darurat No. 4/1957, maka Daerah Luwu menjadi daerah Swatantra dan
terpisah dengan Tana Toraja.
Daerah Swatantra Luwu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Darurat
No.3/1957 adalah meliputi :
- Kewedanaan Palopo
- Kewedanaan Masamba dan
- Kewedanaan Malili.
Kemudian pada tanggal 1 Maret 1960 ditetapkan PP Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pembentukan Propinsi Administratif Sulawesi Selatan mempunyai 23
Daerah Tingkat II, salah satu diantaranya adalah Daerah Tingkat II Luwu.
Untuk menciptakan keseragaman dan efisiensi struktur Pemerintahan
Daerah, maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Sulawesi Selatan Tenggara No.1100/1961, dibentuk 16 Distrik di Daerah
Tingkat II Luwu, yaitu ;
1. Wara,
2. Larompong,
3. Suli,
4. Bajo,
5. Bupon,
6. Bastem,
7. Walenrang,
8. Limbong,
9. Sabbang,
10. Malangke,
11. Masamba,
12. Bone-bone,
13. Wotu,
14. Mangkutana,
15. Malili,
16. N u h a .
Dengan 143 Desa gaya baru. Empat bulan kemudian, terbit SK Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.2067/1961 tanggal
18 Desember 1961 tentang Perubahan Status Distrik di Sulawesi Selatan
termasuk di Daerah Tingkat II Luwu menjadi kecamatan. Dengan berpedoman
pula pada SK tersebut, maka status Distrik di Daerah Tingkat II Luwu
berubah menjadi kecamatan dan nama-nama kecamatannya tetap berpedoman
pada SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.
1100/1961 tertanggal 16 Agustus 1961, dengan luas wilayah 25.149 km2.
Perkembangan darisegi Administratif Pemerintahan di Dati II Luwu, selain
pemekaran kecamatan, desa dan kelurahan juga ditetapkannya Dati II Luwu
sebagai salah satu Kota Administratip (KOTIP) berdasarkan SK Mendagri
No.42/1986 tanggal 17 September 1986.
Dengan demikian secara Administratif Dati II Luwu terdiri dari 1 (satu)
Kota Administratip, 3 (tiga) Pembantu Bupati, 21 Kecamatan Definitif, 13
Kecamatan Perwakilan, 408 Desa Definitif, 52 Desa Persiapan dan
Kelurahan dengan luas wilayah berdasarkan data dari Subdit Tata Guna
Tanah Direktorat Agraria Propinsi Sulawesi Selatan adalah 17.791,43 km2
dan dikuatkan dengan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi
Selatan Nomor 124/III/1983 tanggal 9 Maret 1983 tentang penetapan luas
propinsi, kabupaten/kotamadya dan kecamatan dalam wilayah propinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.
Luas Wilayah Propinsi Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan yang ada
sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan nyata di lapangan oleh
karena telah terjadi penyempurnaan batas wilayah antar propinsi di
Sulawesi Selatan, maka melalui kerjasama Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Sul-Sel dan Topografi Kodam VII Wirabuana,
Pemerintah Propinsi Tingkat I Sulawesi Selatan telah berhasil menyusun
data tentang luasn wilayah propinsi, kabupaten/ kotamadya dan kecamatan
di daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Surat
Keputusan Gubernur KDH Tk.I Sul-Sel Nomor : SK.164/IV/1994 tanggal 4
April 1994. Total luas wilayah Kabupaten Luwu adalah 17.695,23 km2
dengan 21 kecamatan definitif dan 13 Kecamatan Pembantu.
Pada tahun 1999, saat awal bergulirnya Reformasi di seluruh wilayah
Republik Indonesia, dimana telah dikeluarkannya UU No.22 Tahun 1999,
tentang Pemerintahan di Daerah, dan mengubah mekanisme pemerintahan yang
mengarah pada Otonomi Daerah .
Tepatnya pada tanggal 10 Pebruari 1999, oleh DPRD Kabupaten Luwu
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 03/Kpts/DPRD/II/1999, tentang Usul
dan Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Dati II Luwu yang dibagi
menjadi 2 (dua) Wilayah Kabupaten dan selanjutnya Gubernur KDH Tk.I
Sul-Sel menindaklanjuti dengan Surat Keputusan No.136/776/OTODA tanggal
12 Pebruari 1999.
Akhirnya pada tanggal 20 April 1999, terbentuklah Kabupaten Luwu Utara
ditetapkan dengan UU Republik Indonesia No.13 Tahun1999.
Pemekaran Wilayah Kabupaten Dati II Luwu terbagi atas :
I. Kabupaten Dati II Luwu dengan batas Saluampak Kec.Lamasi dengan batas
Kabupaten Wajo dan Kabupaten Tator, terdiri dari 16 kecamatan, yaitu :
1) Kec.Lamasi
2) Kec.Walenrang
3) Kec.Pembantu Telluwanua
4) Kec.Warautara
5) Kec.Wara
6) Kec.Pembantu Waraselatan
7) Kec.Bua
8) Kec.Pembantu Ponrang
9) Kec.Bupon
10) Kec.Bastem
11) Kec. Pemb. Latimojong
12) Kec.Bajo
13) Kec.Belopa
14) Kec.Suli
15) Kec.Larompong
16) Kec.Pembantu Larompongselatan
II. Kabupaten Luwu Utara dengan batas Saluampak Kec.Sabbang sampai
dengan batas Propinsi Sulawesitengah dan Sulawesi Tenggara, terdiri dari
19 Kecamatan, yaitu :
1) Kec.Sabbang
2) Kec.Pembantu Baebunta
3) Kec.Limbong
4) Kec.Pembantu Seko
5) Kec.Malangke
6) Kec.Malangkebarat
7) Kec.Masamba
8) Kec.Pembantu Mappedeceng
9) Kec.Pembantu Rampi
10) Kec.Sukamaju
11) Kec.Bone-bone
12) Kec.Pembantu Burau
13) Kec.Wotu
14) Kec.Pembantu Tomoni
15) Kec.Mangkutana
16) Kec.Pembantu Angkona
17) Kec.Malili
18) Kec.Nuha
19) Kec.Pembantu Towuti
Setelah Pembagian Wilayah Kabupaten Luwu menjadi 2 (dua) Kabupaten, maka
secara otomatis luas Wilayah Kabupaten Luwu dan Kabupaten Luwu Utara
berdasarkan batas yang telah ditetapkan, yaitu :
- Luas Wilayah Kabupaten Luwu adalah 3.247,77 km2
- Luas Wilayah Kabupaten Luwu Utara adalah 14.447,46 km2
GEOGRAFI KABUPATEN LUWU
Kabupaten Luwu dengan ibukotanya PALOPO merupakan salah satu dari 24
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki luas 3.247,77
Km2. Ibukota Kabupaten Luwu (Palopo), sekitar 365 km. dari Kota Makassar
dengan jarak tempuh + 6-8 jam pada kondisi jalan Aspal/hotmix.

Letak geografis Kabu-paten Luwu, berada dibagian Utara dan Timur
provinsi Sulawesi Selatan pada posisi 2o31'45" - 3o37'30" LS dan
119o41'15"-121o43'43" BT. dan Secara administrasi terdiri dari 16
(enambelas) kecamatan dan 216 desa/kelurahan dangn jumlah penduduk
sebanyak 397.854 jiwa (keadaan akhir tahun 2000) terdiri atas, Laki-Laki
197.299 jiwa, Perempuan 200.555 jiwa, Kepadatan Penduduk 123 Jiwa/km
dengan rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 3,77% pertahun.
Sedangkan Income Perkapita Kabupaten Luwu Tahun 1998 adalah sebesar
Rp.2.215.345 (tanpa pertambangan) dan PDRB Kabupaten Luwu adalah sebesar
Rp.3.354.197,28.

Kabupaten Luwu terletak dibagian utara dan timur provinsi Sulawesi
Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Wajo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk
Bone.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tator, Enrekang dan
Kabupaten Sidrap.
Kabupaten Luwu memiliki potensi sungai yang besar untuk mendukung
kegiatan pertanian seperti sungai Lamasi panjang 69 km di Kecamatan
Walenrang. Sungai Pareman/Noling panjang 73 km di Kecamatan Bupon dan
sungai Siwa panjang 55 km di Kecamatan Larompong, sungai Battang panjang
28 km, sungai Bajo panjang 44 km, sungai Suli panjang 31 km, sungai
Larompong panjang 20 km, sungai Tembo'E panjang 10 km dan sungai Riwang
panjang 36 km.
Kabupaten Luwu dengan ibukotanya Palopo, juga dijadikan pusat wilayah
pemerintahan, terletak pada jalur Trans Sulawesi dan merupakan pintu
gerbang daerah Sulawesi Selatan bagian utara yang menghubungkan daerah
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Disamping itu
dengan letak strategis ini, memberi arti yang penting pula ditinjau dari
aspek antara lain :
a. Berfungsi sebagai daerah pemusatan perbekalan dan gerbang distribusi
perekonomian untuk beberapa daerah sekitarnya.
b. Berfungsi sebagai sentra perekonomian di Kawasan Utara Provinsi
Sulawesi Selatan.
Membujur pada bagian barat, dari ujung selatan sampai ujung utara
Kabupaten Luwu terbentang pegunungan, sedang pada bagian timur terhampar
dataran rendah/pantai, dengan lahan yang subur untuk pengembangan
pertanian, utamanya tanaman perkebunan dan budidaya tambak pada
sepanjang pesisir pantai dari Kecamatan Larompong Selatan sampai
Kecamatan Lamasi. Kecamatan Limbong dan Kecamatan Bastem pada Tahun 1991
masih merupakan daerah terisolir yang dikarenakan belum dapat dijangkau
oleh kendaraan roda empat. Namun demikian, dengan adanya pembangunan
prasarana jalan dan jembatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
maka pada saat ini ibukota Kecamatan Limbong dan Kecamatan Bastem sudah
dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat.
Pada dasarnya di Kabupaten Luwu terdapat dua musim pada satu periode
yang sama. Untuk wilayah bagian utara musin hujan jatuh pada bulan
oktober sampai bulan maret, sedangkan wilayah bagian selatan (dari kota
Palopo sampai Kecamatan Larompong Selatan) musim hujan jatuh pada bulan
april sampai dengan bulan september.
PENDUDUK
Penduduk diartikan sebagai jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu
wilayah pada waktu tertentu. Jumlah penduduk tersebut akan senantiasa
mengalami perubahan secara konstan akibat terjadinya proses demografi,
yaitu fertilitas (kelahiran) mortalitas (kematian) dan migrasi.
Pengetahuan mengenai karakteristik penduduk di suatu wilayah sangat
penting sebelum menformulasikan perencanaan pembangunan, karena penduduk
tidak hanya sebagai obyek pembangunan tetapi sekaligus merupakan
instrumen untuk mencapai pembangunan tersebut. Jumlah penduduk di
kabupaten Luwu pada tahun 2000 sebanyak 397.854 jiwa (keadaan akhir
tahun 2000) terdiri atas, Laki-Laki 197.299 jiwa, Perempuan 200.555
jiwa. Dengan demikian besarnya angka sex rasio di daerah itu adalah 98,
ini berarti setiap 98 laki-laki terdapat 100 orang perempuan.
Dari 16 kecamatan tersebut, yang terbesar penduduknya adalah Kecamatan
Lamasi (lihat tabel).
PENDIDIKAN
Tujuan akhir dari pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM) suatu daerah akan menentukan karakter pembangunan ekonomi dan
sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan baik
dibidang sosial maupun dibidang ekonomi. Dari berbagai pencanangan
program dibidang pendidikan yang dicanangkan pemerintah maka dalam dunia
pendidikan, partisipasi sekolah dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Dengan melihat hal ini tentunya harus diimbangi dengan berbagai
penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang cukup.
Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia di Kabupaten Luwu
saat ini terdapat 333 unit Sekolah Dasar (SD), 44 unit Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), 19 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan
9 Perguruan Tinggi (PT) satu diantaranya adalah Universitas Andi Jemma.
Keadaan dan jumlah sarana pendidikan tersebut belum begitu memadai, dan
menyebar dibeberapa kecamatan, namun masih perlu peningkatan kualitas
tenaga pendidik (Guru).
KESEHATAN
Fasilitas kesehatan sangat penting dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Di Kabupaten Luwu, fasilitas kesehatan
antara lain Rumah Sakit Umum (RSU) Type "C" sebanyak 1 (satu) unit
(Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo) dan Rumah Sakit Khusus 1 unit.
Puskesmas 30 unit, Puskesmas Pembantu (Pustu) 80 unit serta 11 unit
Puskesmas Keliling.
Disamping sarana kesehatan yang ada, sumberdaya manusia di bidang
kesehatan juga sangat menentukan keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan. Secara umum jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2000 sebanyak
630 orang, yang terdiri dari ; Dokter Umum sebanyak 17 orang, Dokter
Gigi sebanyak 6 orang, Dokter Ahli sebanyak 10 orang, Apoteker sebanyak
2 orang, Sarjana Kesehatan Lain 7 orang, Paramedis sebanyak 243 orang,
Tenaga Bidan sebanyak 129 orang, Paramedik Non Perawatan sebanyak 164
orang serta Tenaga Kesehatan lain sebanyak 52 orang.
Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, ada
beberapa program kegiatan yang dilakukan dalam tahun 2000 di Kabupaten
Luwu oleh petugas kesehatan antara lain Imunisasi Bayi dimana
realisasinya dalam tahun 2000 sekitar 70,70%, cakupan ibu menyusui
realisasinya sekitar 72,45% dan cakupan ibu hamil sekitar 85,01%.
Walaupun fasilitas kesehatan tersebut telah tersedia baik dari segi mutu
dan jumlahnya, akan tetapi masih perlu ditingkatkan lagi terutama
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di pelosok-pelosok
desa dan tersedianya tenaga medis dan paramedis secara merata di setiap
kecamatan.
PERIBADATAN
Sarana peribadatan di Kabupaten Luwu yang tersebar keseluruh pelosok
wilayah saat ini cukup memadai, yang terdiri dari 613 buah Masjid satu
diantaranya adalah Masjid Agung Luwu Palopo yang terbesar, 65 Mushollah,
227 buah Gereja, Wihara dan Pura masing-masing 1 buah Pura. Fenomena ini
merupakan perwujudan dari berkembangnya dinamika kehidupan beragama yang
secara signifikan berdampak terhadap terciptanya suasana kondusif.
Dengan suasana kondusif ini akan tumbuh dan berkembang kreatifitas
masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat madani
JARINGAN JALAN DAN PERHUBUNGAN
Jaringan jalan dan perhubungan merupakan salah satu faktor determinatif
terhadap kelancaran pelayanan pokok dan keperluan umum yang sangat
penting basgi sektor-sektor penghasil komoditi perekonomian di suatu
daerah. Tersedianya prasarana jalan dan perhubungan baik kuantitas
maupun kwalitasnya sangat menentukan mudah tidaknya suatu daerah
dijangkau (tingkat aksesibilitas). Apabila aksesibilitas di suatu daerah
tinggi maka arus lalu linta dan informasi di darah itu juga semakin
lancar.
Kabupaten Luwu dapat dicapai dengan menggunakan 2 jenis transportasi,
yaitu transportasi darat dan laut. Diantara kedua jenis transportasi
tersebut, transportasi daratlah yang lebih banyak dipergunakan dalam
melayani aktifitas arus pergerakan manusia dan barang baik secara lokal
maupun terhadap daerah hinterland (daerah luar).
Panjang jalan di Kabupaten Luwu untuk tahun 2000 sekitar 1.252,47 km,
yang terdiri dari jalan Negara sekitar 158,57 km, dan jalan Kabupaten
sekitar 1.093,90 km belum termasuk jalan dalam wilayah Kotip Palopo,
sedangkan untuk informasi panjang jalan dalam wilayah Kota Administratif
Palopo yakni panjang jalan aspal 96,00 km, jalan kerikil 28,00 km dan
panjang jalan tanah 18,90 km.
Menurut jenis permukaan jalan yang dikelompokkan ke dalam empat jenis
yaitu, jalan aspal, jalan kerikil dan jalan tanah. Dimana panjang jalan
aspal sekitar 468,47 km dan panjang jalan kerikil sekitar 590,50 km
serta panjang jalan tanah sekitar 196,50 km. Sedangkan untuk kondisi
jalan, jalan yang berkategori baik sekitar 40,65% dan yang berkondisi
sedang sekitar 24,28% serta yang berkondisi rusak sekitar 25,46%
sedangkan yang rusak berat sekitar 9,60%.
Dengan melihat sarana jalan yang terdapat di Kabupaten Luwu baik panjang
maupun kwalitas permukaan jalan yang telah beraspal sebesar 37,40 %
dimungkinkan bahwa masyarakat di daerah itu lebih dinamis dalam
melakukan aktivitas dan lebih mudah dalam menjalin hubungan dengan
daerah sekitarnya, serta lebih inovatif dalam mengadopsi input-input
yang berorientasi pada peningkatan produktivitas.
Namun demikian, kebijakan peningkatan kualitas jalan di Kabupaten Luwu
masih perlu mendapatkan prioritas, berhubung prasarana jalan yang
permukaannya berupa jalan kerikil presentasenya sebesar 36,12% dan jalan
tanah sebesar 18,47 % dari panjang jalan seluruh jaringan jalan di
Kabupaten Luwu. Kebijakan ini terutama diarahkan pada daerah-daerah yang
potensial untuk dikembangkan menjadi pusat produksi dan pusat
pertumbuhan (gewth center).

PELABUHAN PALOPO
Disamping itu di kabupaten Luwu terdapat prasarana perhubungan berupa
pelabuhan laut 1 buah, Pelabuhan Laut terdapat di Kotip Palopo. Dermaga
Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo terletak mencorok ke Teluk Bone dengan
panjang ± 1000 meter dan luas 7 meter terbuat dari beton.
Pelabuhan ini menjadi tempat bersandarnya kapal-kapal pesiar yang
berkunjung ke Palopo, dan pada sore hari suasananya ramai karena banyak
masyarakat yang hobi mancing datang ke Pelabuhan ini. Menurut data bahwa
kapasitas kapal yang dapat berlabuh di pelabuhan ini adalah sampai
dengan 2.000 DWT.
Kapal-kapal pesiar yang berkunjung ke Palopo masih sangat kurang, tetapi
jika pelabuhan ini dapat dikembangkan dan ditingkatkan sarana dan
prasarana penunjang baik itu berupa pelayanan bongkar muat barang maupun
pelayanan terhadap kunjungan wisata yang akan meneruskan perjalanannya
ke Wisata Budaya yang ada di Tana Toraja.
Tinjauan volume bongkar muat barang pelabuhan Palopo selama periode
Januari - Juni Tahun 2000 untuk pelayaran Dalam Negeri di Kabupaten Luwu
tercatat sebesar 162.317 tonage untuk bongkar dan 54.355 tonage untuk
muat.
Untuk kegiatan bongkar barang Dalam Negeri yang mana besar volumenya
162.317 tonage tersebut, volume bongkar barang hasil Pertanian sebesar
71.122 tonage atau 43,82% dari total bongkar barang selama periode
Januari - Juni 2000 dan untuk bongkar barang Non Pertanian sebesar
91.195 tonage atau 56,18%
Sedangkan untuk eksport barang di Pelabuhan Palopo selama periode
Januari - Juni 2000 hanya pada jenis komoditi Kayu Lapis (Plywood).
Volume eksport selama periode tersebut sebesar 15.757 tonage, dimana
volume eksport tertinggi pada bulan Pebruari yakni sebesar 5.863 tonage
atau 37,21% dari total eksport periode Januari - Juni 2000.

L I S T R I K
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Luwu, sejalan
pula dengan permintaan penambahan pemasangan baru dan atau penambahan
beban untuk konsumsi Rumah Tangga dan beberapa Industri yang berskala
besar.
Semakin tingginya beban permintaaan konsumsi akan tenaga listrik
perkapita di Kabupaten Luwu, yang tidak seiring dengan pertumbuhan daya
yang tersedia dari PT. PLN (Persero), dalam hal ini dapat digambarkan
bahwa dari 9 unit pembangkit (PLTD) yang ada di Palopo (Ibukota
Kabupaten Luwu) daya yang tersedia sebesar 12.700 Kw sementara yang
disalurkan ke pelanggan kondisinya sudah berada pada beban puncak yaitu
12.800 Kw, sehingga praktis daya yang tersedia minus 100.
Mencermati kondisi yang dialami PT. PLN (Persero) dewasa ini semakin
disadari oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu bahwa persoalan krisis
energi listrik sebagai kebutuhan yang sangat mendasar bagi masyarakat
baik di perkotaan maupun di pedesaan harus mendapat perhatian yang lebih
besar, sejalan pula dengan besarnya peluang bagi para investor,
pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Luwu dalam
berbagai bidang usaha antara lain pertanian, perdagangan, perikanan,
pertambangan dan telekomunikasi.
Dengan melihat permasalahan yang dihadapi sebagaimana digambarkan
diatas, Pemerintah Kabupaten Luwu menyadari bahwa potensi sumber daya
air yang cukup melimpah di Kabupaten Luwu dengan debit air yang
memungkinkan untuk membangun PLTA, merupakan alternatif terbaik untuk
menanggulangi krisis dan perlunya kontinuitas penyediaan tenaga listrik
untuk masa yang akan datang.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di beberapa tempat bahwa sungai
yang ada di Kecamatan Bajo, Kecamatan Latimojong, Kecamatan Walenrang,
Kecamatan Wara, Wara Utara dan Kecamatan Bupon memiliki potensi sumber
daya air yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Lokasi sungai Bajo yang ada di
Kecamatan Latimojong jaraknya 70 Km dari Kota Palopo, Sungai Lamasi di
Kecamatan Walenrang jaraknya 40 Km dari Kota Palopo dan sungai Battang
di Kecamatan Wara Utara jaraknya 16 Km dari Kota Palopo dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Pada tahun 1999 yang lalu,
sebuah LSM yang ada di Kabupaten Luwu, mencoba mengadakan survey pada
sungai Lamasi Kecamatan Walenrang untuk pembangkit listrik yang berskala
kecil guna memenuhi kebutuhan listrik pada satu desa di Desa Ilan Batu.
Dengan terlaksananya Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air
Microhidro/Minihidro, akan memberi manfaat :
1. Mendukung program pengembangan wilayah dan sentra-sentra ekonomi
2. Membuka kesempatan kerja baru dan kesempatan berusaha bagi masyarakat
sekaligus memperkecil tingkat pengangguran
3. Menanggulangi krisis energi listrik dan mengatasi defisit kapasitas
pembangkit.
4. Menunjang program strategis Kabupaten Luwu dalam rangka pembangunan
bandar Udara dan program pengembangan Agrowisata Raya Terpadu.
5. Peningkatan pelayanan masyarakat.
6. Peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah.
7. Pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya yang ada.
8. Pengembangan objek wisata.

AIR BERSIH
Kebutuhan Air Bersih untuk melayani berbagai keperluan, seperti
pelayanan kepada penduduk perkotaan dan pedesaan, perkantoran, fasilitas
umum dan industri pengolahan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat
mendesak untuk segera ditangani dalam wilayah Kota Palopo khususnya dan
Kabupaten Luwu umumnya.

Berdasarkan data saat ini, kemampuan pelayanan air bersih kepada
penduduk dalam kawasan Kota Palopo baru mencapai 54% atau 9.519 jumlah
rumah tangga yang dapat terlayani. Melihat potensi sumber baku yang
tersedia, yaitu melalui air Sungai Latuppa sudah mulai berkurang
debitnya, maka pada masa mendatang perlu lebih dipertimbangkan
pemanfaatan sumber-sumber air baku yang tersedia dalam kawasan Palopo.
T E L K O M
Secara umum fasilitas telepone dalam kawasan Kota Palopo telah
menjangkau pusat-pusat kota dan beberapa kecamatan diluar wilayah Kota
Palopo, sehingga penanganan kelancaran informasi baik lokal, interlokal
maupun internasional sudah dapat dilakukan termasuk penggunaan telepon
seluler (Ponsel) tetapi jangkauan/jarak akses signalnya masih terbatas
di wilayah Kota Palopo saja. Sedangkan untuk satuan sambungan telepon
yang ada di Kabupaten Luwu khususnya di Kota Palopo baru dapat terlayani
sekitar 3.832 untuk Telelphone dan 982 untuk Telephone Seluler. Hal ini
merupakan salah satu indikator pesatnya kemajuan telekomunikasi yang
menjadi suatu kebutuhan yang cukup mendesak dalam rangka percepatan arus
informasi dan untuk menunjang roda perekonomian daerah, khususnya di
Kabupaten Luwu.

PERBANKAN
Salah satu kelembagaan utama yang amat mempengaruhi kegiatan ekonomi dan
penanaman modal adalah perbankan dan lembaga keuangan. Untuk kondisi
saat ini di Kabupaten Luwu telah tersedia sejumlah bank pemerintah dan
swasta yakni Bank BNI 1946, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Tabungan
Pensiun Negeri (BTPN), Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Mandiri, BCA,
Bank Danamon, Lippo Bank, Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang telah
menjangkau wilayah pedesaan dengan bank-bank unit desa maupun Bank
Perkreditan Rakyat.

Dalam rangka mening-katkan kemampuan perbankan yang ada sudah patut
dipertim-bangkan peningkatan status dan kemampuan pelayanan perbankan
yang ada di Kabupaten Luwu khususnya di Kota Palopo sebagai pusat
pertumbuhan di bagian utara provinsi Sulawesi Selatan. Kebutuhan ini
amat mendasar mengingat sektor jasa dan perdagangan berkembang cukup
pesat termasuk adanya beberapa investasi yang akan ditanamkan di daerah
ini.
PARIWISATA
Potensi pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW), dikembangkan
berdasarkan karakteristik pemanfaatannya, dengan sasaran yang meliputi :
- Agrowisata
- Wisata Sosial Budaya
- Wisata Bahari
- Wisata Pendidikan
- Wisata Petualang (Arung Jeram)
- Wisata Leasure (untuk istirahat, bersenang-senang dan rekreasi)
Adapun potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Luwu yang memiliki
peluang investasi cukup besar dikembangkan adalah :
ISTANA KERAJAAN LUWU
Istana ini terletak di pusat Kota Palopo. Bangunannya ber-Arsitektur
gaya Eropa. Ditempat ini juga terdapat Museum Batara Guru yang menyimpan
benda-benda pribadi dan peralatan yang pernah digunakan oleh Raja-raja
Luwu secara turun temurun. Disini juga terdapat berbagai benda Antik
seperti Keramik, Peralatan dan Perlengkapan Upacara Adat dan Benda
Pusaka jaman Kerajaan Luwu berupa tongkat bercabang dua, tombak, serta
benda-benda bersejarah lainnya.

MASJID JAMI' TUA
Masjid Jami' Tua
Masjid ini didirikan pada Tahun 1604 M oleh Pomante, terbuat dari batu
alam dengan tiang penyangga utama (soko guru) terbuat dari Kayu
Cinaduri/Senaduri ber diameter sekitar 1m. (sekarang tumbuhan Cinaduri
sudah menjadi Bonsai/Kerdil yang tingginya hanya + 10 hingga 15 cm).
Masjid ini sampai sekarang selain sebagai tempat ibadah, juga merupakan
pusat kegiatan Pengembangan Pengajian Alqur'an bagi anak-anak dan remaja
di Kota Palopo.

MAKAM RAJA-RAJA LUWU (LOKKO'E)
Makam ini berbentuk Pi-ramid. Ditempat ini telah dima-kamkan Raja-Raja
Luwu yang pernah berkuasa/memerintah pada masa kejayaan Kerajaan Luwu.
Obyek Wisata ini terletak di Pusat Kota Palopo. Selain itu Makam ini
juga diperuntukkan bagi anak cucu Raja atau Keluarga Dekat Raja Luwu
apabila wafat.
Makam ini cukup ramai dikunjungi baik masyarakat Kota Palopo sendiri,
juga penduduk dari daerah lain yang secara garis keturunan masih ada
hubungan darah.

GUA LIANG ANDULAN
Obyek Wisata ini terletak di Kecamatan Lamasi, tepatnya di Desa
Siteba atau sekitar 40.km sebelah utara Kota Palopo yang dapat ditempuh
+ 60 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor.
Untuk menuju ke Gua ini, terlebih dahulu pengunjung harus melalui
sekitar 480 buah anak tangga. Di dalam gua ini terdapat makam leluhur To
Tana Lalong terdiri dari Liang Kabongian, Liang Sugi, Liang Salikuku.
Disini juga dapat disaksikan ragam stalaktit dan stalakmit yang sangat
menarik dengan warna yang indah.
Pada areal wisata ini terdapat pula lokasi yang digunakan sebagai
tempat berkemah (Camping ground).
Air Terjun Ma'gandang
Air terjun ini letaknya tidak jauh dari obyek wisata Liang Andulan .
Lokasi ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 km. Puncak
aliran air terjun ini mempunyai ketinggian sekitar 50 m, merupakan
panorama yang menakjubkan. Suasana alam sekitarnya berupa bukit-bukit
yang ditumbuhi pepohonan rindang .
Sentuhan air terjun memberi nuansa kenyamanan dan kesejukan kepada
setiap pengunjung yang menyaksikan air terjun ini.

Buntu Matabing terletak di Kecamatan Larom-pong, sekitar 75 km sebelah
selatan kota Palopo. Obyek wisata ini adalah bukit karang berwarna putih
yang merupakan tanjung. Dengan keadaan air yang tenang disekitar obyek
wisata ini, sangat cocok untuk kegiatan olahraga air yaitu berenang dan
menyelam
Pantai Bonepute
Pantai ini terkenal keindahannya, berpasir putih sehingga cocok untuk
berjemur (sunbathing) karena matahari bersinar dari pagi hingga sore
hari. Berbagai jenis ikan tropis dapat ditemukan di sini. Lokasinya
terletak di Kecamatan Larom-pong Selatan, sekitar 80 km sebelah Selatan
Kota Palopo. Panjang pantai + 1000 meter, luas kawasan disekitar pantai
cukup memadai untuk bangunan dan sarana prasarana pendukung bagi
wisatawan. Kawasan ini sangat potensial dan punya peluang bagi investor
untuk dapat dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata di
Kabupaten Luwu.
Pantai Ponnori
Pantai pasir putih yang berbatasan dengan obyek wisata Pantai Bonepute,
jaraknya hanya dibatasi oleh bukti berbatu.
Dengan nyiur melambai memberikan nuansa lain. Tempat ini ideal untuk
bersunyi sepi dan berbaring diatas pasir pantai yang putih sambil
menikmati kesejukan udara pantai. Suasana alam pantai yang alami dan
jauh dari polusi udara sehingga pengunjung merasa betah untuk
berlama-lama dipantai ini.

SENI DAN BUDAYA
Kabupaten Luwu mempunyai beragam macam seni dan budaya sebagai daerah
bekas kerajaan tertua di Propinsi Sulawesi Selatan. Salah satu kesenian
yang cukup populer yaitu Tari Pa'jaga, Tari Balendo, Tari Kurrusumanga'
dan masih banyak lagi tari-tarian lainnya yang khas.

CINDERAMATA
Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Luwu tidak akan sempurna dan lengkap
sebelum memperoleh barang cinderamata (souvenir) untuk dibawa pulang
sebagai kenang-kenangan.
Barang-barang cinderamata Kabupaten Luwu sangat beraneka ragam, yang
terbuat dari rotan dan kayu, utamanya kayu hitam (ebony). Lokasi
pembuatan cenderamata tersebut terletak di Kecamatan Wara Utara, sekitar
2 km. sebelah utara Kota Palopo.

AIR TERJUN LATUPPA
Air Terjun Latuppa terletak di desa Latuppa, sekitar 9 km dari Kota
Palopo atau sekitar 10 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Untuk
mencapai lokasi ini, pengunjung melewati jalan beraspal, berkelok,
menurun dan menanjak yang merupakan kenikmatan tersendiri dengan
pemandangan aliran sungai disebelah kiri yang panjangnya + 2000 meter,
sangat cocok dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata Arung Jeram,
karena aliran sungai melalui tebing dan batu papan serta arusnya cukup
deras sehingga sangat menantang untuk diarungi. Selanjutnya anda akan
melalui jalan setapak diantara perkebunan kakao milik masyarakat
setempat, sekitar 50 meter dari lokasi parkir Pengunjung dapat menikmati
keindahan air terjun yang bersusun tiga dengan suasana alam yang sejuk
alami, serta aneka buah-buahan (sesuai musim), misalnya durian,
rambutan, langsat/duku dan manggis.

MESJID AGUNG PALOPO
Masjid yang cukup megah ini dibangun diatas tanah seluas +8 ha.
merupakan Masjid kebanggaan masyarakat Palopo khususnya dan masyarakat
Luwu umumnya. Masjid ini terletak tepat di tengah-tengah kota Palopo.
Letak strategis Masjid ini menambah keindahan Kota Palopo, dan bagi umat
islam yang hendak melaksanakan ibadah lebih cenderung ke masjid ini
karena relatif dekat dan berada pada jalur transportasi umum.
Pulau Libukang
Pulau Libukang terletak di bagian utara Pelabuhan Palopo (Tanjung
Ringgit), sekitar 1 mil laut dari pelabuhan. Lokasi ini dapat dicapai
dengan menggunakan perahu motor (Katinting) dan perahu dayung
tradisional.
Tempat ini khusus untuk rekreasi pantai. Selain itu pulau ini sama
sekali belum terjamah sedikitpun potensi sumber daya yang ada dipulau
ini. Di pulau ini masih banyak habitat yang hidup dan tumbuh secara
alami misalnya, monyet, ular dan tumbuhan-tumbuhan langka lainnya.
Pulau dengan panorama alam yang indah, nyiur melambai dengan latar
belakang laut berwarna kebiru-biruan. Disini tampak pemandangan Kota
Palopo dari kejauhan. Dipinggir pantai angin berhembus sepoi-sepoi
membawa suasana sejuk, dibawah pohon rindang dan besar.
Makanan Tradisional dan Buah-buahan
Aneka makanan tradisional seperti kapurung terbuat dari sagu serta
sayur-sayuran. Pocco' terbuat dari ikan segar yang disiram dengan asam
cuka. Lawa' terbuat dari ikan segar dicampur dengan jantung pisang dan
kelapa goreng. Dange terbuat dari sagu yang dibakar, merupakan pajangan
ketika mengkonsumsi Pacco' dan Lawa'. Di Kabupaten Luwu juga terdapat
aneka buah lokal yang cukup populer seperti Durian Loppotele'
(Sawerigading) yaitu durian dengan daging buah yang sangat tebal serta
biji yang sangat kecil.
Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo
Pelabuhan ini menjadi tempat bersandarnya kapal-kapal pesiar yang
berkunjung ke Palopo dan juga merupakan tempat bongkar muat barang baik
Dalam Negeri maupun Ekspor ke Luar Negeri.
Untuk aktivitas bongkar muat barang dalam negeri pada pelabuhan Palopo
Kabupaten Luwu selama priode Januari - Juni Tahun 2000 tercatat sebesar
162.317 Tonage untuk bongkar dan 54.355 Tonage untuk muat. Pada
aktivitas bongkar barang yang terbesar pada bulan Januari yaitu 35.633
Tonage dan volume terkecil pada bulan Mei yakni hanya 18.143 Tonage.
Bongkar barang yang sebesar 162.317 Tonage tersebut, adalah 71.122
Tonage merupakan bongkar barang hasil pertanian atau 43,82% dari total
bongkar barang non pertanian sebesar 91.195 Tonage (56,18%).
Dari besarnya volume bongkar barang hasil pertanian Komoditi Kayu
Glondongan (Logs) adalah terbesar yaitu sebesar 99,58%, sedankan untuk
barang non pertanian komoditas terbesar yang di bongkar adalah BBM yakni
sebesar 93,62%.
Dalam rangka proses percepatan pembangunan di Kabupaten Luwu, pemerintah
daerah telah melakukan berbagai langkah kebijaksanaan Pembangunan mulai
dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
evaluasi. Pemerintah dalam hal ini akan menjadi fasilitator, motivator
dan katalisator untuk mendorong terjadinya interaksi sinergis dari
setiap aktifitas pembangunan wilayah serta mengupayakan pemberdayaan
masyarakat untuk memperkuat masyarakat religius, maju, sejahtera,
demokratis, dinamis dan berkeadilan.
VISI
" Terwujudnya Luwu menjadi Daerah yang Maju dan Mandiri atas landasan
Ekonomi Kerakyatan yang bernafaskan ke-Agamaan "
MISI
Misi Kabupaten Luwu :
- Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah;
- Melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan yang ber-Basis pada
Agribisnis (Agroindustri) dan Agrowisata;
- Memelihara, mendorong dan meningkatkan suasana kehidupan beragama,
kehidupan sinergitas dan harmonitas kehidupan yang penuh kedamaian dan
ketentraman;
- Meningkatkan upaya pelaksanaan pengawasan pembangunan secara terbuka
dan transparan sehingga mampu mendorong terwujudnya pemerintahan yang
bersih, berwibawa dan bertanggungjawab;
- Mendorong peningkatan SDM yang berkualitas tinggi dan pengelolaan SDA
secara bijak dan Ramah Lingkungan;
Meningkatkan fungsi pengawasan, baik pengawasan masyarakat (sosial),
pengawasan fungsional maupun pengawasan politik (DPRD); dan
- Memelihara sinergitas antar wilayah dan antar daerah serta menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
NILAI
Nilai sebagai Landasan filosofi yang mengikat/mempersatukan masyarakat
bersama pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, diantaranya adalah
Getteng/tegas (kepastian hukum), Lempu'Na Tongeng (jujur karena benar),
Siri'/malu (rasa harga diri), Assedding (persatuan), dan Toddo'Puli'
Temmallara' (keutuhan).
Sasaran yang akan dicapai melalui visi, misi dan nilai pembangunan
adalah :
- Terlaksananya fungsi-fungsi pemerintahan secara baik dan transparan
yang meliputi fungsi pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan.
- Terbukanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan tidak
mengabaikan kelestarian lingkungan.
- Meningkatkan PAD dan meratanya pembangunan disegala sektor baik
materiil maupun spritual bagi masyarakat Kabupaten Luwu.
Kebijaksanaan Pembangunan Kabupaten Luwu tetap mengacu pada GBHN, GBHD
Provinsi dan GBHD Kabupaten Luwu.
Untuk pengembangan wilayah, telah diprogramkan pembangunan yang
integrated antara Kawasan Pegunungan (High Land), Kawasan Pedataran (Low
Land), serta Wilayah Perairan (Custle Area) yang juga integrated dengan
semua sektor.
Kawasan pedataran dan perairan selama ini telah terbuka dan tergarap
secara baik, maka untuk tahun yang akan datang, dimulai Tahun Anggaran
1999/2000 diprioritaskan untuk menggenjot kawasan pedataran dan kawasan
pantai/perairan. Program pengembangan wilayah dimaksud adalah Program
Agrowisata Raya Terpadu yang sekaligus menjadi Payung Pembangunan
Kabupaten Luwu.
PROGRAM PRIORITAS KABUPATEN LUWU
- Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
- Pembangunan Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan
- Program Agrowisata Raya
- Pembangunan Irigasi
- Pembangunan Sarana Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan
- Peningkatan/Perluasan Prasarana Perhubungan Jalan, Jembatan dan
Pelabuhan
- Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Perekonomian
- Peningkatan Prasarana Dasar Permukiman
- Pembangunan Bandar Udara Karang-karangan
- Pembangunan Terminal Regional Palopo
- Pembangunan Sarana dan Prasarana Aparatur Pemerintah
POTENSI SDA.
PERHUTANAN
Kabupaten Luwu memiliki areal hutan yang cukup luas yang terdiri dari
hutan lindung, hutan suaka alam/wisata, hutan produksi terbatas, hutan
produksi biasa, hutan produksi yang dapat dikonversi, namun diantaranya
masih ada yang tergolong kritis.
Secara garis besar jenis penggunaan tanah yang menutupi wilayah
Kabupaten Luwu, dibedakan atas kampung (pemukiman), sawah, kebun
campuran, tegalan/ladang, perkebunan, tambak/empang, padang rumput dan
hutan.
Dari jenis penggunaan tanah tersebut yang paling dominan yaitu Hutan
yakni menutupi areal seluas 131.534,75 Ha atau 40,50 % dari luas seluruh
wilayah Kabupaten Luwu. Hutan yang meliputi daerah itu, terdiri atas
hutan lebat 34,25 %, hutan belukar 5,30 %, dan hutan bakau 0,95 %.
Hasil hutan cukup besar memberi nilai ekonomi di daerah ini adalah,
hasil hutan berupa kayu, terutama kayu rimba campuran, kayu hitam
(ebony), aghatis, dan kayu meranti serta kayu olahan, seperti kayu
gergajian dan Plywood (link photo). Hasil hutan lainnya yang dapat
memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat Luwu adalah rotan, damar, nira,
bambu dan kemiri.
PERKEBUNAN
Tanaman perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Luwu baik oleh Rakyat,
maupun oleh Pihak Swasta/Perusahaan-perusahaan besar yang dominan antara
lain adalah Tanaman Kakao, Kelapa Hybrida dan Kelapa Dalam.
Untuk tanaman Kakao, adalah merupakan tanaman yang punya prospek besar
untuk dapat dikembangkan dan ditingkatkan terutama dari segi proses
pengolahannya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi terhadap penjualan hasil tanaman kakao yang sangat rendah
di pasaran, disebabkan banyaknya mata rantai yang dilalui untuk dapat
sampai kepada pemasaran terakhir.
Produksi Tanaman Perkebunan yang diusahakan oleh Rakyat di Kabupaten
Luwu yang paling besar produktivitasnya dalam tahun 1999 adalah Tanaman
Kakao, Sagu dan Kelapa Dalam, masing-masing berproduksi sebesar 22.451
ton Kakao, 14.457 ton Sagu dan 8.845 ton Kelapa dalam. Sedangkan Tanaman
Perkebunan yang diusahakan oleh Rakyat dan Produktivitasnya rendah
adalah Tanaman Tembakau Rakyat dengan besar produksi + 8 ton dan Tanaman
Sereh Wangi dengan produksi sebesar 4 ton.
PERTANIAN
Salah satu kabupaten andalan di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
penyedia Stock Pangan Nasional adalah Kabupaten Luwu, disamping
Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidrap atau lebih dikenal sebagai Daerah
Lumbung Pangan.
Produksi Padi Sawah di Kabupaten Luwu pada tahun 2000 sebesar 227.650,46
ton Gabah Kering Giling (GKG) dengan luas panen sekitar 43.384 Ha serta
rata-rata produksi perhektar sebesar 6,10 ton GKG, produksi padi ladang
hanya sebesar 784,32 ton GKG dengan rata-rata produksi perhektar sebesar
2,58 ton per hektar GKG. Produksi padi sawah tersebut di atas menurun
jika dibandingkan dengan produksi tahun 1999 yang tercatat sebesar Rp.
240.481,30 ton GKG dengan luas panen sekitar 55.746 Ha. Demikian pula
halnya dengan produksi padi ladang juga mengalami penurunan cukup
drastis yakni sekitar 50% dari angka produksi pada tahun 1999, hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya petani melakukan
penanaman padi ladang.
Penurunan produksi sawah pada tahun 2000 sangat erat kaitannya dengan
beberapa faktor yaitu animo petani untuk melakukan pemeliharaan yang
baik sebagai akibat melonjaknya beberapa harga obat-obatan dan pupuk
dibutuhkan dalam proses produksi yang berdampak pada pengurangan
penggunaan baik pupuk maupun pestisida, sehingga produksi yang optimal
tidak dapat dicapai, kemudian faktor lainnya adalah rendahnya harga
gabah pada tiangkat petani.
Dengan melihat gambaran produksi tanaman padi khususnya padi sawah pada
tahun 2000 adalah lebih baik jika dibandingkan pada tahun 1996 dimana
produksi tanaman padi pada waktu itu jatuh sekitar separuh dari produksi
pada tahun1995, yang mana pada waktu itu dilanda kemarau panjang yang
berdampak negatif terhadap produksi pertanian, dibanyak daerah pada
waktu itu produksi padi mengalami puso.
Tanaman pangan lainnya yang ada di Kabupaten Luwu adalah Jagung, Ubi
Kayu, Ubi Jalar, Kacang-Kacangan, Sayur-sayuran serta buah-buahan masih
belum menjadi salah satu pilihan petani untuk dijadikan sebagai suatu
usaha yang dibudidayakan khusus dalam hubungannya dengan identifikasi.
Hal ini terlihat dari produksi dan luas areal yang diusahakan relatif
masih kecil.
Produksi tanaman jagung pada tahun 2000 sebesar 5.801,21 ton, tanaman
Ubi Kayu sebesar 5.693,07 ton, Ubi Jalar 4.926,74 ton, Kacang Tanah
sebesar 422,17 ton, Kacang Kedelai 213 ton, Kacang Hijau 195,87 ton dan
lainnya. Dibandingkan dengan tahun 1999, produksi tanaman palawija di
Kabupaten Luwu secara relatif mengalami peningkatan produksi.
Tanaman perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Luwu baik oleh rakyat
maupun oleh perusahaan-perusahaan besar yang dominan antara lain adalah
tanaman Kakao, Kelapa Dalam dan Kelapa Hibrida.
Produksi tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat di Kabupaten
Luwu yang paling dominan dalam tahun 2000 adalah Kakao, Sagu dan Kelapa
Dalam, masing-masing berproduksi sebesar 22.454 ton, 14.547 ton dan
8.845 ton. Sedangkan untuk tanaman perkebunan yang diusahakan oleh
rakyat dengan produksi terendah adalah tanaman Tembakau Rakyat dengan
besar produksi adalah 8 ton dan tanaman Sereh Wangi dengan produksi
hanya sebesar 4 ton. Tabel 5.2.02, 5.2.03, 5.2.04, 5.2.05 (buku KDA)
Produksi perikanan pada tahun 2000 sebesar 23.498 ton yang terdiri dari
produksi perikanan laut sekitar 19.620,00 ton atau sekitar 83,49 persen
dari total produksi perikanan dan perikanan darat sekitar 3.878,00 ton
(16, 51%)
Hasil Produksi Perikanan Laut terdapat di 12 (duabelas) kecamatan yang
berbatasan dengan pantai, dan produksi perikana laut yang terbesar
adalah di Kecamatan Warautara yaitu sekitar 5.215,00 ton atau sekitar
26,58% dari total produksi perikanan laut di Kabupaten Luwu, Kecamatan
Larompong sebesar 3.6661,00 ton atau sekitar 18,66% kemudian Kecamatan
Ponrang sebesar 2.192,00 ton (11,17 persen) serta Kecamatan Suli sebesar
21.124,00 ton (10,83 persen) dan di Kecamatan Bua, Belopa dan Larompong
Selatan masing-masing produksinya diatas seribu ton. Sedangkan untuk
kecamatan lainnya produksi yang dihasilkan hanya tercatat berkisar 100
ton sampai 999 ton
Produksi perikanan darat tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dimana
kecamatan yang mempunyai produksi perikanan darat terbesar adalah
Kecamatan Bua, Ponrang dan Kecamatan Belopa dengan angka produksi yang
tercatat pada tahun 2000 masing-masing sebesar 732,34 ton dan 609,29
ton, sedangkan kecamatan yang terendah produksi perikanan daratnya
adalah Kecamatan Bajo dengan produksi sekitar 9,12 ton.
PERTAMBANGAN
Potensi Pertambangan dan Energi di Kabupaten Luwu cukup besar seperti :
- Besi, Emas dan Tembaga terdapat di Kecamatan Bastem.
Satu-satunya potensi tambang yang dewasa ini sedang di eksplorasi adalah
tambang emas yang terletak di Kecamatan Bastem. Disamping itu potensi
energi non bahan bakar minyak di Kabupaten Luwu cukup besar seperti
pemanfaatan air sungai untuk pembangkit listrik pada masa yang akan
datang.
Di samping itu terdapat cukup banyak sungai baik sungai besar maupun
sungai kecil.
Dalam pemanfaatan sumber Air tersebut Pemerintah Kab.Luwu mengarahkan ke
pembangunan irigasi . Pembangunan tersebut untuk meningkatkan produksi
pangan dalam upaya mendukung kebijaksanaan Pemda Provinsi Sulawesi
Selatan sebagai pusat pelayanan beras dalam kawasan BOSOWASIPILU.
Guna mempertahankan momentum yang telah dicapai maka Pemerintah telah
menetapkan kebijaksanaan dalam bidang operasi dan pemeliharaan irigasi.
Untuk kepentingan irigasi beberapa sungai dibendung untuk mengairi areal
persawahan, baik sebagai irigasi teknis, semi teknis maupun pengairan
desa.
Selain itu, dengan melihat potensi sungai yang cukup banyak di Kabupaten
Luwu ini, sangat besar kemungkinannya untuk dapat dilakukan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Air dibeberapa sungai yang fisible seperti
sungai Bajo di Kecamatan Bajo dan Sungai Lamasi di Kecamatan Walenrang.
Hal dimungkinkan adanya pihak investor yang mau menanamkan investasinya
di sektor ini.
PELUANG - PELUANG INVESTASI
Sektor Pertanian
Pengembangan sektor pertanian mencakup pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan diarahkan untuk memacu
peningkatan produksi dan produktivitas seluruh komoditas andalan untuk
menciptakan pertanian yang efisien dan tangguh serta mendukung
pengembangan Agroindustri dan Agribisinis yang maju dan berkembang.
Luas Areal Persawahan di Kabupaten Luwu 35,723.25 Ha atau 11,00% dari
luas Kabupaten Luwu menjadi peluang upaya swasembada pangan untuk
menunjang pengembangan komoditas non beras yang didukung oleh pengairan
tehnis yang telah memadai seperti Irigasi Lamasi, Irigasi Noling,
Irigasi Makawa dan Irigasi Walenrang. Dengan kelengkapan dan penyediaan
berbagai sarana pertanian, maka peluang ekstensifikasi lahan persawahan
melalui pencetakan sawah baru masih memungkinkan dengan tingkat
ketersediaan lahan yang cukup memadai.

Sektor Industri
Pengembangan industri lebih diprioritaskan pada industri pengolahan dan
pengawetan hasil-hasil pertanian dan kehutanan serta industri berskala
besar dan menengah.
Pengembangan industri yang berskala besar dan menengah melalui
pusat-pusat pengembangan industri dalam bentuk pengkawasan seperti
Kawasan Industri Palopo (KIP). Hal ini dimaksudkan agar tercipta
aglomerasi industri yang bisa menciptakan efisiensi terhadap
pengembangan industri lainnya.
Sektor industri di Kabupaten Luwu berdasarkan pengklasifikasian dari
Departemen Perindustrian dan Perdagangan di kategorikan kedalam dua
kelompok yakni Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) dan
Industri Logam, Mesin, Kimia dan Aneka (ILMKA). Jumlah perusahaan
industri IHPK di Kabupaten Luwu pada Tahun 2000 tercatat sebanyak 876
perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4.727 orang tenaga
kerja serta sejumlah industri ILMKA sebanyak 778 perusahaan dan menyerap
tenaga kerja sebanyak 3.662 orang tenaga kerja.
Dari sejumlah perusahaan yang tersedia, masih dibutuhkan adanya satu
industri pengolahan biji kakao menjadi tepung Kakao. Peluang untuk
mengembangkan investasi pada industri ini sangat besar manfaat yang akan
diperoleh baik bagi investor maupun bagi masyarakat petani kakao dalam
rangka peningkatan kesejahteraannya dan sekaligus meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Luwu.

http://groups.yahoo.com/neo/groups/unhas-ml/conversations/topics/10897

Tidak ada komentar:

Posting Komentar