Senin, 20 Oktober 2014

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI TANAH PAPUA

SEJARAH SINGKAT MASUKNYA ISLAM DI TANAH PAPUA



A.    Latar Belakang
Menyadari, bahwa sejarah pada hakekatnya merupakan catatan sunatullah tentang berlakunya kehendak dan kekuasaan Allah atas manusia dan makhluk­Nya. Di dalam sejarah terdapat rahasia ilahi yang perlu dikaji, dipelajari manusia untuk dij adikan “itibar” dalam menata dan mengatur kehidupan masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu penulisan sejarah haruslah bertolak dari hasil penelitian yang cermat atas sumber-sumber sejarah, yang merupakan kesaksian dari peristiwa di masa lalu. Kecermatan ini diperlukan bukan saja untuk mendapatkan “fakta sejarah” yang tersembunyi di belakang (atau di dalam) “saksi-sakri sejarah” itu, tetapi juga untuk rekonstruksi “fakta-fakta” itu ke dalam suatu rekonstruksi kisah yang cermat tentang hari-hari lalu yang tak akan kembali lagi. Karena itulah ketelitian akademis yang menggabungkan kemampuan teknis dengan sikap kritis terhadap sumber, tidaklah pula memadai. Karena pada akhirnya sejarah yang “dibangun” itu adalah sejarah pantulan dari kejujuran.
Nabi Muhammad SAW, mengajarkan kita :
“Kejujuran akan membawa ketenangan sementara ketidakjujuran akan membawa keragu-raguan” (HR. Tirmudzi).
Apakah kita telah tahu tentang : Kapan kedatangan (masuknya) Islam di Tanah Papua ?. Sejalan dengan itu, dapat pula dimaklumi bahwa penyusunan sejarah masuknya Islam di Tanah Papua sampai saat ini masih bersifat perdebatan. Namun, apakah kita harus menunggu semua itu selesai ? sebelum suatu usaha untuk menulis sejarah Islam di Tanah Papua bisa dimulai’?. Sejarah adalah guru yang terbijak. Di dalamnya terhimpun pelajaran, agar tak sesat jalan di masa depan. Karena sejarah itu berulang atau mengulang dirinya sendiri.

B.    Latar Belakang Sejarah
Sejarah kelahiran dan perkembangan Islam di Jazirah Arab (tempat asalnya), dan perkembangan Syi’ar Islam di berbagai dunia, bahkan di Indonesia pun telah banyak diketahui dalam sejarah bangsa-bangsa yang telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, seni budaya, arsitektur, filsafat dan juga teologi Islam di kemudian hari. Namun sejak kedatangan (masuknya) Islam serta perkembangannya di Tanah Papua, belum banyak di ketahui. Hal ini di sebabkan karena ketiadaan literatur tertulis tentang Historiografi Islam untuk memahami proses penyebaran dan perkembangannya di Tanah Papua. Akibat kelangkaan informasi seperti ini, maka penelitian ilmiah dan studi-studi intensif perlu dilakukan, mengingat Tanah Papua merupakan salah satu wilayah sentuhan atau batas akhir dari proses penyebaran Agama Islam Dunia. Sebab Syi’ar Islam tidak berhenti di Filipina atau di Maluku seperti yang di duga selama ini, akan tetapi di Tanah Papua.
H.A.R. Gibb, mencatat sebagai berikut:
In the Malay archipelago it self Islam gained afooting in Sumatera and Java through traders in the thirteenth and fourteenth centuries and gradually spread partly by the exploits of military chieftains but more effectively through peaceful penetration especially In Java. From Sumatra it was carried by colonists to the Malay peninsula, and from Java to the Moluccas, and it has gained a more or less firm footing in all the islands eastwards to the Sulu archipelago and Mindanau in the Philippines.
Uraian H.A.R. Gibb ini memperlihatkan, bahwa sejarah penyebaran Agama Islam sebagaimana nampak dalam Peta Penyebarannya dimulai dari Pantai Barat Benua Afrika di Samudera Atlantik hingga Sulu di Filipina bagian Selatan, dan berakhir di Kepulauan Malaka. Penyebaran Agama Islam yang merambah pada seluruh Kepulauan Melayu (Asia Tenggara) dimulai dari Sumatera dan Jawa, oleh para musafir dan pedagang Muslim pada abad ke-13 dan ke-14. Selanjutnya dari Jawa dibawah oleh para muballiq dan pedagang Muslim ke Kepulauan Maluku.
Uraian H.A.R Gibb ini memperlihatkan pula, Bahwa Tanah Papua tidak termasuk dalam Peta Penyebaran Agama Islam yang dikenal luas. Keadaan ini menunjukkan tentang adanya ketidaktahuan, serta tidak adanya pengenalan dan pemahaman yang jelas terhadap penyebaran Agama Islam sampai ke Tanah Papua. Ini diakibatkan oleh tak tersedianya informasi tertulis baik dari para penulis Islam, maupun para musafir dan pedagang Muslim yang menyebarkan Agam Islam dari para ilmuwan non Islam (Barat) tentang keadaan sesungguhnya yang terjadi dalam penyebaran Agama Islam di Tanah Papua.
Pdt J.F. Onin, MTH dalam bukunya “Islam & Kristen di Tanah Papua”, menulis sebagai berikut:
“Bahwa hal ini mungkin diakibatkan Bahwa para ahli sejarah, ilmu agama, dan para orientalis yang melakukan studi tentang Islam dunia masih beranggapan, atau melihat Tanah Papua sebagai suatu pulau besar yang penuh misteri dan hanya dihuni oleh penduduk primitif yang masih menganut agama-agama nenek moyang, yakni aninisme dan dinamisme”.
Joh.Raws,dalam bukunya: “De Zenthng Op Nederlandsch Nieuw Guinea”, mencatat sebagai berikut:
Bahwa Pulau Papua adalah suatu negeri yang berabad-abad terlupakan ini hanya dilewati sambil lalu oleh para pelaut atau pedagang asing (Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris) tanpa memberi perhatian dan pemahaman yang lebih baik terhadap tanah dan penduduknya. Bahkan negeri ini disebut suatu negeri yang tak bertuan atau negeri yang tak dikenal orang (de vergetende aarde/ tera in cognito)”.
Keterangan dari Joh. Raws ini diperkuat oleh F.C. Kamma yang mencatat sebagai berikut:
“Tanah Daratan Papua tidak pernah diduduki orang-orang luar, karena dianggap sebagai daerah Iblis yang angker dan menakutkan”.
Namun ternyata dugaan itu tala sepenuhnya benar, karena Pulau Papua telah didatangi oleh agama-agama besar dunia, yakni Agama Islam pada abad ke­16 dan Agama Kristen (Protestan dan Katolik) pada abad ke-19.
R W. Gallis, mencatat: “Een eerste poging was door de missi reeds in 1894 ondernomen, Coen vestigde to Fakfak de missionaries Pater Le Cocq d’ Armanville.. (kedatangan pertama oleh missi terjadi pada tahun 1894, ketika missionaris Pater Le Cocq d’ Armanville datang dan menetap di Fakfak...).
N.G.J. Schouwenburg dalam bukunya “Een Eeuw Evangelie Op Nieuw Guinea”, mencatat sebagai berikut:
“Als de scheep jurnalen van de Spanjaarden in 1527 voor het eerst melding maken van het eiland Nieuw Guinea, omdat toen Joerge de Menezes met zijn schip uit de koers raakte en in plaats van op Ternate op Nieuw Guinea terechtkwaam, dan weten de omliggende volken van het eiland bijna een en half eeuw dan het er is”. (Bahwa laporan para pelaut Spanyol di tahun 1527 ketika mereka untuk pertama kalinya mendatangi sebuah pulau di sebelah Timur Ternate, mereka tahu tentang tanah itu dan adanya suatu bangsa yang mendiaminya dan telah lama dikenal pelaut-pelaut lokal (Indonesia).
Jika ditelusuri jejak langkah atau masuknya Agama Islam dan perkembangannya di Tanah Papua, maka dalam melangkah masuk pada konteks Islam di Tanah Papua; Islam di Geser/Seram Bagian Timur dan Banda (Maluku Tengah) serta Tidore dan Ternate (Maluku Utara), mempunyai peranan yang besar, karena dari wilayah inilah Agama Islam pada akhimya memasuki Jazirah Onin (Fakfak) dan Kepulauan Raja Ampat di Tanah Papua.
Menurut catatan sejarah yang diberikan oleh Antonio Galvao dan Tomes Pires, sebagai berikut :
“Bahwa Agama Islam masuk di Ternate pada tahun 1460 berasal dari Malaka”.
Antonio Galvao pula mencatat, sebagai berilcut:
“Agama Islam di bawa oleh mubaliq-mubaliq Islam dari Jawa dan di samping berdagang Juga berdakwah atau melakukun penyebaran Agama Islam. Salah satu pusat pemukiman atau basis utama mereka (yakni orang-orang Jawa itu) dibangun di Hitu di Pulau Ambon”.
Sesuai Survey yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Irian Jaya (1981-1982), antara lain menyebutkan:
“Pada akhir abad ke-15 memerintah di Tidore Sultan Ciliaci sebagai sultan pertama yang beragama Islam dan sejak itu Agama Islam mulai berkembang di wilayah kekuasaannya (petuanan-nya)
Koentjaraningrat dalam bukunya “Penduduk Irian Barat”, menulis sebagai berikut:
“Dori cerita rakyat dan informasi dari Tidore, bahwa pada abad ke 15 Biak telah menjadi Wilayah Kesultanan Islam Tidore, dimana seorang tokoh masyarakat (mambrij yang bernama Gurabesi telah diangkat menjadi pejabat di pusat kesultanan, bahkan dijadikan menantu sultan”.
Sebuah Manuskrip tulisan tangan berbahasa Tidore yang ditemukan di Manokwari, menceritakan:
“Bahwa pada tanggal 18 Agusmus 1712, Sultan Tidore bernama Danu Sayid Muhammad Alting dan adiknya, bernama Danu Muhammad Hasan didampingi oleh Tolawa Marwa (wazir kesultanan), telah mendarat di Pulau Mansinam di Manokwari Papua”.

Kemudian Pulau Mansinam (Manokwari) menipakan pintu masuknya Agama Kristen (Protestan) di Tanah Papua yang terjadi pada tanggal 5 Februari 1855 yang diperkenalkan oleh missionaris “Ottow dan Geisler” dengan mendapat refrensi dari Kesultanan Islam Tidore.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim, Dinas Pembinaan Mental TM Angkatan Darat, Penerbit PT. Sari Agung, 2005.
Al-Habib Alwi Bin Thaher Al-Hadad, “Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh” Jakarta: Bulan Bintang,1981.
Armando Cortessao, “The Suma Oriental Of Tomes Prres”, London : Reprinted For The Hakluyt Society, 1944.
Alqadri, Hamid, C. Snouck Hurgroanje: Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab, Jakarta: Sinar Harapan 1984.
Ahmad Adaby Darban, “Pragmenta Sejarah Islam di Indonesia” : Yogjakarta, Pustaka Irma, 1985.
Arnold, Thomas W. “The Prealing Of Islam, A. History Of Propagation Of The Muslim Faith”, London: Lucas & Company, 1935.
Anceaux, J.C. “Languages Of the Bomberay Peninsula”, Den Haag: 1958. de Graaf H.J. “De Erste Moslimsche Vorstendom of Java “,The Hague: Martinus Nijhoff,1976.
Ely Amin, “Sejarah Masuknya Islam di Maluku”, Patimura,1972.
Gibb, H.A.R. “Muhammedanisme, An Historical Survey”, London : Oxford University Press, 1964.
Gelpke Sollewijn, “On the Origin Of The Name Papua”, Leiden: 1993.
Gelpke Sollewijn, “Report Of Miguel de Brito on his Voyages in 158 1-1582 in The Radja Ampat, Mac Cleur Gulf and Seram”, Leiden: 1994.
Gallis, R.W. “Geschiedenies van Nieuw Guinea”, Redaksi W. C. Klein, s' Gravenhage, 1953.
Hamka, “Sejarah Masuknya Islam di Indonesia”, Medan: 1963.
Koentjaraningrat dan Harsya W. Bahtiar, “Penduduk Irian Barat”, Jakarta Penerbit Universitas,1963.
Kern, “Hindoe Javaanse Geschiedenis”, s'Gravenhage:1929.
Kamma, F.C.F 1, “Kruis en Korwar”, Den Haag : J.N Van Hoeve,1953.
Kamma, F.C.H, “Ajaib di Mata Kita”, Jakarta: BPK Ginung Mulia,1981.
Kamma, F.C.H, “De Verhouding Tussen Tidore en de Papoesehe Eilanden in Legende en Historie”, s' Gravenhage : N .y. Ultgeverij W. Van Hoeve,1948.
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan, dan Kebudayaan Provinsi klan Jaya, “Laporan Hash Survey Benda-Benda Budaya Daerah klan Jaya”, Proyek Pengembangan Permuseum Man Jaya: Jayapura, 198 1-1982.
Meilink Roelofsz, “Asian Trade and European Influence in the Indonesian Archipelago between 1500 and 1630”, The Hague : Martinus Neijhoff, 1962.
Majelis Ulama Indoensia, “Sejarah Umat Islam di Indonesia”, Jakarta. 1991.
Majalah Islam “Sabili”, Edisi Khusus 2007.
Mussa’ad Ya’aquub, “Melongoke Dak’wah Islamiyah di Bumi Cendrawasih (Irian Jaya) dan Permasalahannya”, Yayasan Ibnu Batuthah : Jakarta 1995.
Mussa’ad Ya’aquub, “Sekilas Perjalanan Islam di Irian Jaya Yayasan Ibnu Batuthah” : Jakarta 1997.
Natsir, M “Islam dan Kristen di Indonesia”, Jakarta: Penerbit Media Da'wah,1988.
Onin, J.F. “Islam dan Kristen di Tanah Papua” Bandung : Jurnal Info Media, 2006.
Raws, Joh, “Dc Zerding Op Nederlandsch Nieuw Guinea”, Oegstgeest Zendingsstudie-Rood, Lente,1919.
Schouwenburg, N.G.J. “En Eeuw Evangelic Op Nieuw Guinea”, Oegstgeest 1955.
Wheatley, Paul, “The Golden Khersonese”, Kualalumpur: University Of Malaya Press, 1961.
Wasaraka, Z. A. dick (Tim Perumus Hasil Seminar), “Sejarah Masuknya Islam dan Perkembangannya di klan Jaya”, Fakfak:23 Juni 1997.
Wirayana Nyoman, dick (Tim Penyusun Sejarah Kota Fakfak) “Sejarah Kota Fakfak” : Fakfak, 1991.
Yamin, Muhammad “Kedaulatan Indonesia atas klan Barat”, NV. Nusantara Bukit Tinggi:1965.


Disusun Oleh :  Ya'aqub Bauw Mussa'ad  (Fakfak)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar