SEJARAH SINGKAT MASUKNYA ISLAM DI TANAH PAPUA
A. Latar
Belakang
Menyadari, bahwa sejarah pada
hakekatnya merupakan catatan sunatullah tentang berlakunya kehendak dan
kekuasaan Allah atas manusia dan makhlukNya. Di dalam sejarah terdapat rahasia
ilahi yang perlu dikaji, dipelajari manusia untuk dij adikan “itibar” dalam menata dan mengatur kehidupan
masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu penulisan sejarah haruslah
bertolak dari hasil penelitian yang cermat atas sumber-sumber sejarah, yang
merupakan kesaksian dari peristiwa di masa lalu. Kecermatan ini diperlukan
bukan saja untuk mendapatkan “fakta sejarah” yang tersembunyi di belakang
(atau di dalam) “saksi-sakri
sejarah”
itu, tetapi juga
untuk rekonstruksi “fakta-fakta” itu ke dalam suatu
rekonstruksi kisah yang cermat tentang hari-hari lalu yang tak akan kembali
lagi. Karena itulah ketelitian akademis yang menggabungkan kemampuan teknis
dengan sikap kritis terhadap sumber, tidaklah pula memadai. Karena pada
akhirnya sejarah yang “dibangun” itu adalah sejarah pantulan dari
kejujuran.
Nabi Muhammad
SAW, mengajarkan kita :
“Kejujuran
akan membawa ketenangan sementara ketidakjujuran akan membawa
keragu-raguan” (HR.
Tirmudzi).
Apakah kita telah tahu
tentang : Kapan kedatangan (masuknya)
Islam di Tanah Papua ?. Sejalan dengan itu, dapat pula dimaklumi bahwa
penyusunan sejarah masuknya Islam di Tanah Papua sampai saat ini masih bersifat
perdebatan. Namun, apakah kita harus menunggu semua itu selesai ? sebelum suatu
usaha untuk menulis sejarah Islam di Tanah Papua bisa dimulai’?. Sejarah adalah
guru yang terbijak. Di dalamnya terhimpun pelajaran, agar tak sesat jalan di
masa depan. Karena sejarah itu berulang atau mengulang dirinya sendiri.
B.
Latar Belakang Sejarah
Sejarah kelahiran dan perkembangan Islam di Jazirah Arab (tempat asalnya), dan perkembangan Syi’ar
Islam di berbagai dunia, bahkan di Indonesia pun telah banyak diketahui dalam
sejarah bangsa-bangsa yang telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, seni budaya,
arsitektur, filsafat dan juga teologi Islam di kemudian hari. Namun sejak
kedatangan (masuknya) Islam serta
perkembangannya di Tanah Papua, belum banyak di ketahui. Hal ini di sebabkan
karena ketiadaan literatur tertulis tentang Historiografi Islam untuk memahami
proses penyebaran dan perkembangannya di Tanah Papua. Akibat kelangkaan
informasi seperti ini, maka penelitian ilmiah dan studi-studi intensif perlu
dilakukan, mengingat Tanah Papua merupakan salah satu wilayah sentuhan atau
batas akhir dari proses penyebaran Agama Islam Dunia. Sebab Syi’ar Islam tidak berhenti
di Filipina atau di Maluku seperti yang di duga selama ini, akan tetapi di
Tanah Papua.
H.A.R.
Gibb,
mencatat sebagai berikut:
In
the Malay archipelago it self Islam gained afooting in Sumatera and Java
through traders in the thirteenth and fourteenth centuries and gradually
spread partly by the exploits of military chieftains but more effectively through peaceful
penetration especially In Java. From Sumatra it was carried by colonists to the
Malay peninsula, and from Java to the Moluccas, and it has gained a more or
less firm footing in all the islands eastwards to the Sulu archipelago
and Mindanau in the Philippines.
Uraian H.A.R. Gibb ini memperlihatkan, bahwa
sejarah penyebaran Agama Islam sebagaimana nampak dalam Peta Penyebarannya
dimulai dari Pantai Barat Benua Afrika di Samudera Atlantik hingga Sulu di
Filipina bagian Selatan, dan berakhir di Kepulauan Malaka. Penyebaran Agama
Islam yang merambah pada seluruh Kepulauan Melayu (Asia Tenggara) dimulai dari
Sumatera dan Jawa, oleh para musafir dan pedagang Muslim pada abad ke-13 dan
ke-14. Selanjutnya dari Jawa dibawah oleh para muballiq dan pedagang Muslim ke
Kepulauan Maluku.
Uraian H.A.R Gibb ini memperlihatkan pula,
Bahwa Tanah Papua tidak termasuk dalam Peta Penyebaran Agama Islam yang dikenal
luas. Keadaan ini menunjukkan tentang adanya ketidaktahuan, serta tidak adanya
pengenalan dan pemahaman yang jelas terhadap penyebaran Agama Islam sampai ke
Tanah Papua. Ini diakibatkan oleh tak tersedianya informasi tertulis baik dari
para penulis Islam, maupun para musafir dan pedagang Muslim yang menyebarkan
Agam Islam dari para ilmuwan non Islam (Barat)
tentang keadaan sesungguhnya yang terjadi dalam penyebaran Agama Islam di Tanah
Papua.
Pdt
J.F. Onin, MTH
dalam
bukunya “Islam & Kristen di Tanah
Papua”, menulis sebagai berikut:
“Bahwa
hal ini mungkin diakibatkan Bahwa para ahli sejarah, ilmu agama, dan para
orientalis yang melakukan studi tentang Islam dunia masih beranggapan, atau melihat
Tanah Papua sebagai suatu pulau besar yang penuh misteri dan hanya dihuni oleh
penduduk primitif yang masih menganut agama-agama nenek moyang, yakni aninisme
dan dinamisme”.
Joh.Raws,dalam
bukunya: “De Zenthng Op Nederlandsch
Nieuw Guinea”, mencatat sebagai berikut:
“Bahwa Pulau Papua adalah
suatu negeri yang berabad-abad terlupakan ini hanya dilewati sambil lalu oleh
para pelaut atau pedagang asing (Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris) tanpa
memberi perhatian dan pemahaman yang lebih baik terhadap tanah dan penduduknya.
Bahkan negeri ini disebut suatu negeri yang tak bertuan atau negeri yang tak
dikenal orang (de vergetende aarde/ tera in
cognito)”.
Keterangan
dari Joh. Raws ini
diperkuat oleh F.C. Kamma yang
mencatat sebagai berikut:
“Tanah Daratan Papua tidak pernah
diduduki orang-orang luar, karena dianggap sebagai daerah Iblis yang angker dan
menakutkan”.
Namun ternyata dugaan itu tala
sepenuhnya benar, karena Pulau Papua telah didatangi oleh agama-agama besar
dunia, yakni Agama Islam pada abad ke16 dan Agama Kristen (Protestan dan Katolik) pada abad ke-19.
R W. Gallis, mencatat: “Een eerste poging was door de missi
reeds in 1894 ondernomen, Coen vestigde to Fakfak de missionaries Pater Le Cocq
d’ Armanville..
(kedatangan pertama oleh missi terjadi pada tahun 1894, ketika missionaris
Pater Le Cocq d’ Armanville datang dan menetap di Fakfak...).
N.G.J. Schouwenburg dalam bukunya “Een Eeuw Evangelie Op Nieuw Guinea”,
mencatat sebagai berikut:
“Als
de scheep jurnalen van de Spanjaarden in 1527 voor het eerst melding maken van
het eiland Nieuw Guinea, omdat toen Joerge de Menezes met zijn schip uit de
koers raakte en in plaats van op Ternate op Nieuw Guinea terechtkwaam, dan
weten de omliggende volken van het eiland bijna een en half eeuw dan het er is”. (Bahwa
laporan para pelaut Spanyol di tahun 1527 ketika mereka untuk pertama kalinya
mendatangi sebuah pulau di sebelah Timur Ternate, mereka tahu tentang tanah itu
dan adanya suatu bangsa yang mendiaminya dan telah lama dikenal pelaut-pelaut
lokal (Indonesia).
Jika ditelusuri jejak langkah
atau masuknya Agama Islam dan perkembangannya di Tanah Papua, maka dalam
melangkah masuk pada konteks Islam di Tanah Papua; Islam di Geser/Seram Bagian
Timur dan Banda (Maluku Tengah) serta
Tidore dan Ternate (Maluku Utara),
mempunyai peranan yang besar, karena dari wilayah inilah Agama Islam pada
akhimya memasuki Jazirah Onin (Fakfak) dan
Kepulauan Raja Ampat di Tanah Papua.
Menurut catatan sejarah yang
diberikan oleh Antonio
Galvao dan Tomes Pires, sebagai berikut :
“Bahwa Agama Islam masuk di Ternate
pada tahun 1460 berasal dari Malaka”.
Antonio
Galvao
pula mencatat,
sebagai berilcut:
“Agama Islam di bawa oleh
mubaliq-mubaliq Islam dari Jawa dan di samping berdagang Juga berdakwah atau
melakukun penyebaran Agama Islam. Salah satu pusat pemukiman atau basis utama
mereka (yakni orang-orang Jawa itu) dibangun di Hitu di Pulau Ambon”.
Sesuai Survey yang dilakukan
oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Irian Jaya
(1981-1982), antara lain menyebutkan:
“Pada
akhir abad ke-15 memerintah di Tidore Sultan Ciliaci sebagai sultan pertama
yang beragama Islam dan sejak itu Agama Islam mulai berkembang di wilayah
kekuasaannya (petuanan-nya)
Koentjaraningrat dalam bukunya “Penduduk Irian Barat”, menulis sebagai
berikut:
“Dori
cerita rakyat dan informasi dari Tidore, bahwa pada abad ke 15 Biak telah
menjadi Wilayah Kesultanan Islam Tidore, dimana seorang tokoh masyarakat
(mambrij yang bernama Gurabesi telah diangkat menjadi
pejabat di pusat kesultanan, bahkan dijadikan menantu sultan”.
Sebuah Manuskrip tulisan tangan berbahasa Tidore yang ditemukan di Manokwari,
menceritakan:
“Bahwa
pada tanggal 18 Agusmus 1712, Sultan Tidore bernama Danu Sayid Muhammad Alting
dan adiknya, bernama Danu Muhammad Hasan didampingi oleh Tolawa Marwa (wazir
kesultanan), telah mendarat di Pulau Mansinam di Manokwari Papua”.
Kemudian Pulau Mansinam (Manokwari) menipakan pintu masuknya
Agama Kristen (Protestan) di Tanah
Papua yang terjadi pada tanggal 5 Februari 1855 yang diperkenalkan oleh
missionaris “Ottow dan Geisler”
dengan mendapat refrensi dari Kesultanan Islam Tidore.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul
Karim, Dinas Pembinaan Mental TM Angkatan Darat, Penerbit PT. Sari Agung, 2005.
Al-Habib
Alwi Bin Thaher Al-Hadad, “Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh” Jakarta: Bulan
Bintang,1981.
Armando
Cortessao, “The Suma Oriental Of Tomes Prres”, London : Reprinted For The
Hakluyt Society, 1944.
Alqadri,
Hamid, C. Snouck Hurgroanje: Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab,
Jakarta: Sinar Harapan 1984.
Ahmad
Adaby Darban, “Pragmenta Sejarah Islam di Indonesia” : Yogjakarta, Pustaka
Irma, 1985.
Arnold,
Thomas W. “The Prealing Of Islam, A. History Of Propagation Of The Muslim Faith”,
London: Lucas & Company, 1935.
Anceaux, J.C. “Languages Of
the Bomberay Peninsula”, Den Haag: 1958. de Graaf H.J. “De Erste Moslimsche
Vorstendom of Java “,The Hague: Martinus Nijhoff,1976.
Ely Amin, “Sejarah Masuknya
Islam di Maluku”, Patimura,1972.
Gibb,
H.A.R. “Muhammedanisme, An Historical Survey”, London : Oxford University
Press, 1964.
Gelpke Sollewijn, “On the
Origin Of The Name Papua”, Leiden: 1993.
Gelpke
Sollewijn, “Report Of Miguel de Brito on his Voyages in 158 1-1582 in The Radja
Ampat, Mac Cleur Gulf and Seram”, Leiden: 1994.
Gallis,
R.W. “Geschiedenies van Nieuw Guinea”, Redaksi W. C. Klein, s' Gravenhage,
1953.
Hamka, “Sejarah Masuknya
Islam di Indonesia”, Medan: 1963.
Koentjaraningrat
dan Harsya W. Bahtiar, “Penduduk Irian Barat”, Jakarta Penerbit
Universitas,1963.
Kern, “Hindoe Javaanse
Geschiedenis”, s'Gravenhage:1929.
Kamma, F.C.F 1, “Kruis en
Korwar”, Den Haag : J.N Van Hoeve,1953.
Kamma, F.C.H, “Ajaib di Mata
Kita”, Jakarta: BPK Ginung Mulia,1981.
Kamma, F.C.H, “De Verhouding
Tussen Tidore en de Papoesehe Eilanden in Legende en
Historie”, s' Gravenhage : N .y. Ultgeverij W. Van Hoeve,1948.
Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan, dan Kebudayaan Provinsi klan Jaya, “Laporan Hash Survey Benda-Benda
Budaya Daerah klan Jaya”, Proyek Pengembangan Permuseum Man
Jaya: Jayapura, 198 1-1982.
Meilink Roelofsz, “Asian
Trade and European Influence in the Indonesian Archipelago
between 1500 and 1630”, The Hague : Martinus Neijhoff, 1962.
Majelis Ulama Indoensia, “Sejarah
Umat Islam di Indonesia”, Jakarta. 1991.
Majalah Islam “Sabili”, Edisi
Khusus 2007.
Mussa’ad Ya’aquub, “Melongoke
Dak’wah Islamiyah di Bumi Cendrawasih (Irian Jaya) dan Permasalahannya”,
Yayasan Ibnu Batuthah : Jakarta 1995.
Mussa’ad Ya’aquub, “Sekilas
Perjalanan Islam di Irian Jaya Yayasan Ibnu Batuthah” : Jakarta 1997.
Natsir, M “Islam dan Kristen
di Indonesia”, Jakarta: Penerbit Media Da'wah,1988.
Onin, J.F. “Islam dan Kristen
di Tanah Papua” Bandung : Jurnal Info Media, 2006.
Raws, Joh, “Dc Zerding Op
Nederlandsch Nieuw Guinea”, Oegstgeest Zendingsstudie-Rood,
Lente,1919.
Schouwenburg, N.G.J. “En Eeuw
Evangelic Op Nieuw Guinea”, Oegstgeest 1955.
Wheatley, Paul, “The Golden
Khersonese”, Kualalumpur: University Of Malaya Press, 1961.
Wasaraka, Z. A. dick (Tim
Perumus Hasil Seminar), “Sejarah Masuknya Islam dan Perkembangannya di klan
Jaya”, Fakfak:23 Juni 1997.
Wirayana Nyoman, dick (Tim
Penyusun Sejarah Kota Fakfak) “Sejarah Kota Fakfak” : Fakfak, 1991.
Yamin, Muhammad “Kedaulatan
Indonesia atas klan Barat”, NV. Nusantara Bukit Tinggi:1965.
Disusun Oleh : Ya'aqub Bauw Mussa'ad (Fakfak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar