Kamis, 15 Juli 2010

pengertian biaya (proposal)

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Biaya
Menurut Harnanto (1992, hal. 24),
pengertian biaya adalah sebagai
berikut: Beban (expenses) adalah
penurunan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak
menyangkui pembagian kepada
penanam modal. Dalam arti luas,
biaya (cost) adalah jumlah uang
yang dinyatakan dan sumber-
sumber (ekonomi) yang
dikorbankan terjadi dan akan terjadi
untuk rnendapatkan sesuatu atau
mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut lAl/SAK (1994),
pengertian biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu, sehingga biaya
dalam arti luas diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi
untuk memperoleh aktiva.
2.2 Penggolongan Biaya
Terdapat lima cara penggolongan
biaya, menurut Mulyadi (1990, hal.
10), yaitu penggolongan biaya
menurut:
a) Obyek pengeluaran.
Dalam penggolongan ini, nama
obyek pengelaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama
obyek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan bahan
bakar disebut "biaya bahan bakar".
b) Fungsi pokok dalam perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur, ada
tiga fungsi, yaitu fungsi produksi
fungsi pemasaran, dan fungsi
administrasi dan umum. Oleh
karena itu dalam perusahaan
manufaktur, biaya dapat
dikelompokkan menjadi tiga
kelompok:
1) Biaya produksi. Merupakan biaya-
biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual. Contohnya
adalah biaya depresiasi mesin dan
equipment, biaya bahan baku, biaya
bahan penolong, biaya gaji
karyawan yang bekerja dalam
bagian-bagian, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung
berhubugan dengan proses
produksi.
2) Biaya pemasaran. Merupakan
biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran
produk. Contohnya adalah biaya
biaya promosi, biaya angkutan dari
gudang perusahaan ke gudang
pembeli, gaji karyawan bagian-
bagian yang melaksanakan kegiatan
pemasaran, biaya contoh (sample).
3) Biaya administrasi dan umum.
Merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi
dan pemasaran produk. Contohnya
biaya ini adalah biaya gaji karyawan,
bagian keuangan, akuntansi,
personalia dan bagian hubungan
masyarakat.
Jumlah biaya pemasaran bisya
administrasi dan umum sering pula
disebut
istildh biaya komersial (commercial
expense)
c) Hubungan biaya dengan sesuatu
yang dibiayai.
Dalam hubungannya dengan
sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua
golongan:
1) Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang
terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai. Biaya produksi langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Biaya
langsung departemen (direct
departemen cost) adalah semua
biaya yang terjadi di dalam
departemen tertentu. Contohnya
adalah biaya tenaga kerja yang
bekerja dalam Departemen
Pemeliharaan dan biaya depresiasi
mesin yang dipakai dalam
departemen tersebut.
2) Biaya tak langsung (indirect cost)
Biaya tak langsung adalah biaya
yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tak
langsung dalam hubungannya
dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tak langsung
atau biaya overhead pabrik (factory
overhead cost). Contohnya biaya
yang terjadi di Pembangkit Tenaga
Listrik (biaya ini dinikmati oleh
departemen-departemen lain dalam
perusahaan, baik untuk penerangan
maupun untuk menggerakkan
mesin dan equipment yang pemakai
listrik).
d) Perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan.
Dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya
dapat digolongkan menjadi:
1) Biaya variabel. Biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
Contohnya adalah biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung.
2) Biaya semivariabel. Biaya
semivariabel adalah biaya yang
berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya
ini mengandung unsur biaya tetap
dan unsur biaya variabel.
3) Biaya semitetap. Biaya semitetap
adalah biaya yang tetap untuk
tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang
kostan pada volume produksi
tertentu.
4) Biaya tetap. Biaya tetap adalah
biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam kisaran volume kegiatan
tertentu. Contohnya adalah gaji
direktur produksi.
e) Jangka waktu manfaatnya.
Biaya dapat dibagi menjadi dua
pengeluaran modal dan pengeluaran
pendapatan.
1) Pengeluaran modal (capital
expenditures) adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi (biasanya satu
tahun). Pengeluaran modal ini pada
saat terjadi dibebankan sebagai
harga pokok aktiva, dan dibebankan
dalam tahun-tahun yang menikmati
manfaatnya dengan cara
didepresiasi. diamortisasi atau
dideplesi.
2) Pengeluaran pendapatan (revenue
expenditures) adalah biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam
periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
Penggolongan biaya adalah
penggolongan proses
mengelompokkan secara sistematis
atas keseluruhan elemen yang ada
ke dalam golongan-golongan
tertentu yang lebih ringkas untuk
dapat memberikan informasi yang
lebih punya arti atau lebih penting.
Menurut Supriono (1993, hal. 32),
penggolongan biaya terbagi menjadi
6 (enam), yaitu:
a) Penggolongan biaya sesuai
dengan fungsi pokok dari kegiatan
aktivitas perusahaan (Cost Classified
Accounting to the Function of
Business Activity). Fungsi pokok dan
kegiatan perusahaan-perusahaan
dapat digolongkan ke dalam:
1) Fungsi produksi, yaitu fungsi
yang berhubungan dengan kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi
produk selesai yang siap untuk
dijual.
2) Fungsi pemasaran, yaitu fungsi
yang berhubungan dengan kegiatan
penjualan produk selesai yang siap
dijual dengan cara yang
memuaskan
pembeli dan dapat memperoleh laba
sesuai yang diinginkan perusahaan
sampai dengan pengumpulan kas
dari hasil penjualan.
3) Fungsi administrasi dan urnum,
adalah fungsi yang berhubungan
dengan
kegiatan penentuan kebijakan,
pengarahan, dan pengawasan
kegiatan
perusahaan secara keseluruhan agar
dapat berhasil guna dan berdaya
guna.
4) Fungsi keuangan, yaitu fungsi
yang berhubungan dengan kegiatan
keuangan atau penyediaan dana
yang diperlukan perusahaan.
Atas dasar fungsi tersebut di atas,
biaya dapat dikelompokkan menjadi:
1) Biaya produksi, yaitu semua biaya
yang berhubungan dengan fungsi
produksi atau kegiatan pengolahan
bahan baku menjadi produk selesai.
Biaya produksi digolongkan ke
dalam: (a) Biaya bahan baku; (b)
Biaya tenaga kerja langsung; (c)
Biaya overhead pabrik.
2) Biaya pemasaran, yaitu biaya
dalam rangka penjualan produk
selesai sampai dengan
pengumpuian pihutang menjadi
kas. Biaya ini meliputi biaya untuk
melaksanakan: (a) fungsi penjualan;
(b) fungsi penggudangan produk
selesai; (c) fungsi pengepakan dan
pengiriman; (d) fungsi advertensi: (e)
fungsi pemberian kredit dan
pengumpulan pihutang; (6) fungsi
pembuatan faktur atau administrasi
penjualan.
3) Biaya administrasi dan umum.
yaitu semua biaya yang
berhubungan
dengan fungsi administrasi dan
umum.
4) Biaya keuangan, adalah semua
biaya yang terjadi dalam
melaksanakan
fungsi keuangan, misalnya: biaya
bunga.
b) Penggolongan biaya sesuai
dengan periode akuntansi di mana
biaya akan dibebankan
penggolongan pengeluaran adalah
sebagai berikut:
1) Pengeluaran modal (Capital
Expenditure). Adalah pengeluaran
yang akan dapat memberikan
manfaat (benefit) pada beberapa
periode akuntansi atau pengeluaran
yang akan dapat memberikan
manfaat pada periode akuntansi
yang akan datang.
b. Pengeluaran penghasilan
(Revenues Expenditures). Adalah
pengeluaran yang akan memberikan
manfaat hanya pada periode
akuntansi di mana pengeluaran
terjadi.
c) Penggolongan biaya sesuai
dengan tendensi perubahannya
terhadap aktivitas atau kegiatan atau
volume
1) Biaya tetap (h'txed Coat). Biaya
tetap memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Biaya yang jumlah totalnya tetap
konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau
aktivitas sampai dengan tingkatan
tertentu.
b. Pada biaya tetap, biaya satuan
(unit cost) akan berubah berbanding
terbalik dengan perubahan volume
kegiatan, semakin tinggi volume
kegiatan semakin rendah biaya
satuan, semakin rendah volume
kegiatan semakin tinggi biaya
satuan.
2) Biaya variabel (variable cost).
Biaya variabel memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Biaya yang jumlah totalnya akan
berubah secara sebanding
(proportional) dengan perubahan
volume kegiatan, semakin besar
volume kegiatan semakin tinggi
jumlah total biaya variabel, semakin
rendah volume kegiatan semakin
rendah jumlah total biaya variabel.
b. Pada biaya variabel, biaya satuan
tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan, jadi biaya satuan
konstan.
3) Biaya semi variabel (Semi variable
cost). Biaya semi variabel memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Biaya yang jumlah totalnya akan
berubah sesuai dengan perubahan
volume kegiatan, akan tetapi sifat
perubahannya tidak sebanding.
b. Pada biaya semi variabel, biaya
satuan akan berubah terbalik
dihubungkan dengan perubahan
volume kegiatan tetapi sifatnya tidak
sebanding.
d) Penggolongan biaya sesuai
dengan obyek atau pusat biaya
yang dibiayai.
Biaya dibagi menjadi:
1) Biaya langsung (Direct cost). Biaya
langsung adalah biaya yang
terjadinya atau manfaatnya dapat
diidentifikasikan kepada obyek atau
pusat biaya tertentu.
2) Biaya tidak langsung (Indirect
cost). Biaya tidak langsung adalah
biaya yang terjadinya atau
manfaatnya tidak dapat
diidentifikasikan pada obyek atau
pusat biaya tettentu, atau biaya yang
manfaatnya dinikmati oleh beberapa
obyek atau pusat biaya.
Tujuan penggolongan pabrik ke
dalam departemen-departemen,
disebut departemenisasi, adalah:
1) Untuk ketelitian pembebanan
harga pokok.
2) Untuk pengendalian biaya.
e) Penggolongan biaya untuk tujuan
pengendalian biaya
Untuk pengendalian biaya informasi
biaya yang ditujukan kepada
menejemen dikelompokkan ke
dalam:
1) Biaya terkendalikan (Controllable
cost). Biaya terkendalikan adalah
biaya yang secara langsung dapat
dipengaruhi oleh seorang pimpinan
tertentu dalam jangka waktu
tertentu.
2) Biaya tidak terkendalikan
(Uncontrollable cost). Biaya tidak
terkendalikan adalah biaya yang
tidak dapat dipengaruhi oleh
seorang pimpinan/pejabat tertentu
berdasar wewenang yang dia miliki
atau tidak dapat dipengaruhi oleh
seorang pejabat dalam jangka
waktu tertentu.
f) Penggolongan biaya sesuai
dengan tujuan pengambilan
keputusan
Untuk tujuan pengambilan
keputusan oleh menejemen data
biaya dikelompokkan ke dalam;
1) Biaya relevan. Adalah biaya yang
akan mempengaruhi pengambilan
keputusan, oleh karena itu biaya
tersebut harus diperhitungkan di
dalam pengambilan keputusan.
2) Biaya tidak relevan (irrelevant
cost). Biava tidak relevan adalah
biaya yang tidak mempengaruhi
pengambilan keputusan, oleh karena
itu biaya ini tidak perlu
diperhitungkan atau
dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan.
Menurut Mas'ud (1996, hal 80),
biaya dibagi menjadi lima bagian
yaitu:
a) Klasifikasi biaya bendasarkan
tingkah laku.
Biaya diklasifikasikan berdasar
tingkah laku biaya dalam
hubungannya dengan volume
produksi/penjualan maka biaya
dikelompokkan ke dalam tiga jenis
biaya yaitu:
1) Biaya variabel. Biaya yang
bervariasi langsung (proporsional)
dengan
kuantitas yang diproduksi naik
(berubah) sebesar perubahan
kuantitas
dikalikan biaya variabel per satuan
dan sebaliknya apabila turun.
Contoh biaya
ini adalah bahan baku (direct
material).
2) Biaya tetap. Biaya yang jumlah
nilainya akan tetap walaupun jumlah
yang diproduksi/dijual berubah-
ubah dalam kepasitas normal.
Contoh biaya sewa gedung untuk
pabrik yang dibayar tahunan.
3) Biaya semi variabel. Jenis biaya ini
jumlahnya berubah-ubah dalam
hubungannya dengan perubahan
kuantitas yang diprodusir tctapi
perubahannya tidak proporsional.
Contoh biaya pengawas dengan
insentif sesuai dengan kapasitas
produksi.
b) Klasifikasi berdasarkan
pertanggungjawaban.
Biaya dalam hubungannya dengan
pertanggungjawaban
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Biaya terkendali (controlable cost).
Merupakan biaya yang dikeluarkan
oleh suatu tempat biaya (misalnya
departemen atau bagian) dan atas
pengeluaran biaya tersebut
seseorang harus
mempertanggungjawabkannya.
Sebagai contoh adalah biaya iklan
untuk menjual produk, merupakan
tanggung jawab bagian penjualan
atau manajer penjualan, dan biaya
iklan ini adalah biaya terkendali buat
departemen penjualan.
2) Biaya tak terkendali
(Uncontrollable cost). Adalah biaya
tidak bisa dibebankan tanggung
jawab pengeluarannya oleh seorang
manajer pusat biaya. Biaya
penyusutan mesin misalnya, tidak
bisa dipengaruhi dan bukan
tanggungjawab manajer pusat
biaya.
c) Klasifikasi biaya herdasar obyek.
Berdasarkan obyeknya, biaya ini
dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu:
1) Biaya langsung (direct cost).
Adalah biaya yang dikeluarkan atau
dibebankan di mana biaya tersebut
bisa langsung dihubungkan dengan
obyek yang dibiayai atau dibebani
2) Biaya tak langsung (indirect cost).
Adalah biaya yang dikeluarkan atau
dibebankan dimana biaya tersebut
tidak bisa dihubungkan langsung
dengan obyek.
d) Klasifikasi biaya dalam
hubungannya dengan produk
Biaya produksi/biaya pabrik
merupakan biaya yang dipakai
untuk menilai persediaan yang
dicantumkan dalam laporan
keuangan, dan jumlahnya relatif
lebih besar daripada jenis biaya lain,
dan kegiatan produksi selalu terjadi
berulang-ulang dalam pola yang
sama secara rutin, dibanding jenis
kegiatan seperti litbang, distribusi
dan sebagainya.
1) Biaya bahan dasar (material).
Dalam arti luas adalah elemen yang
digunakan sebagai dasar pembuatan
barang jadi, tetapi ada kemungkinan
barang jadi dari produk suatu
perusahaan merupakan material dari
perusahaan lain. Untuk tujuan
akuntansi bahan dasar dipisahkan ke
dalam dua kategori yaitu:
a. Bahan dasar langsung, yaitu
bahan yang menjadi bagian
menyeluruh dari
produk jadi.
b. Bahan dasar tak langsung, yaitu
merupakan bahan dasar (material)
yang
digunakan untuk membuat produk,
tetapi jumlahnya sangat kecil, dan
bukan merupakan bagian
menyeluruh dari produk jadi.
2) Biaya tenaga kerja (labor). Adalah
biaya yang dikeluarkan untuk
mengerjakan bahan dasar sampai
menjadi barang jadi. Biaya tenaga
kerja langsung merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
yang langsung menangani
pembuatan (proses) dan bahan
dasar sampai menjadi barang jadi
dan sebaliknya, tenaga kerja tak
langsung adalah biaya yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja yang
menyumbangkan jasanya untuk
pembuatan bahan dasar menjadi
barang jadi tetapi tidak langsung
menangani pembuatannya misalnya
gaji pengawas yang mengawasi
para pekerja yang menangani
langsung pembuatan kursi tersebut.
3) Biaya overhead pabrik (Factory
overhead). Dalam artian ini, biaya
overhead pabrik termasuk biaya
bahan dasar tak langsung dan biaya
tenaga kerja tak tak langsung.
Pemisahan langsung dan tak
langsung biaya dalam konteks yang
merupakan pemisahan biaya umum
tetapi dalam konteks yang lain
berbeda, selain itu pemisahan
langsung dan tak langsungnya biaya
juga dipengaruhi oleh metoda
pengumpulan biaya.
e) Klasifikasi biaya berdasar fungsi
operasi non produksi
Biaya non manufaktur
dikelompokkan berdasarkan
fungsinya yaitu:
1) Biaya distribusi, biaya yang
dikelompokkan dalam biaya
distribusi berlain-lainan pada
berbagai jenis perusahaan tetapi
pada umumnya biaya distribusi
mempunyai dua pengertian.
a. Pengertian sempit yaitu biaya
untuk menyebar (memasarkan)
barang
pada konsumen atau sering disebut
biaya pemasaran (marketing
expense).
b. Pengertian luas biaya yaitu biaya
yang dikeluarkan dari mulai barang
selesai dibuat sampai ke tangan
konsumen, di mana yang termasuk
jenis
biaya ini meliputi biaya penjualan,
biaya pengiriman. advertensi, gaji
salesman dan sebagainya.
2) Biaya administrasi (administrative
expense), kelompok biaya
administrasi pada
umumnya disatukan dengan biaya
umum dengan nama biaya
administrasi dan
umum (termasuk biaya-biaya unluk
mengelola administrasi perusahaan,
biaya
bagian akuntansi, dan sebagainya).
3) Biaya riset dan pengembangan
(research and development costs),
seluruh biaya
untuk penyelidikan dan
pengembangan yang berkenaan
dengan produk baru
atau penemuan-penemuan lainnya.
4) Biaya-biaya keuangan (financial
costs), adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengeluaran;
saham obligasi dan surat-surat
berharga lainnya, termasuk
penyebaran (penjualan) dari sural-
surat berharga tersebut.
2.3 Manfaat Penggolongan Biaya
Menurut Mulyadi (1993, hal. 165),
manfaat penggolongan biaya
sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui harga pokok
produk yang diproduksi dalam
bulan tertentu.
b) Sebagai dasar pengambilan
keputusan biaya dimasa yang akan
datang.
c) Untuk memperjelas tugas
wewenang dan tanggung jawab
tiap-tiap manajer.
Menurut Murti dan John (1998, hal.
424), manfaat penggolongan biaya
adalah:
a) Memberikan kemudahan
pendistribusian biaya secara merata.
b) Memberikan keadilan atau beban
yang pantas terhadap suatu produk.
Menurut Charles (1997, hal. 328)
manfaat penggolongan biaya adalah
untuk mengadakan penilaian
persediaan dan untuk pengambilan
keputusan seperti penentuan harga,
menambah produk dan
mempromosikan produk.
2.4 Pengertian Harga
Menurut Alfred dan Douglas (1997,
hal. 29-30, harga dari sesuatu
barang adalah tingkat pertukaran
barang itu dengan barang lain.
Sebagaimana telah kita ketahui salah
satu tugas pokok ekonomi itu adalah
menjelaskan mengapa barang-
barang mempunyai harga dan
mengapa ada barang-barang yang
mahal dan ada yang murah
harganya. Ahli ekonomi telah
menyusun teori harga umum yang
bisa dipakai untuk menganalisa
semua problem yang menyangkut
harga. Semua problem ini, seperti
penentuan harga barang-barang
konsumsi, tingkat upah, tingkat
devisa, harga-harga pasar modal
dan sebagainya, menggambarkan
prinsip-prinsip umum penentuan
harga.
Murti dan John dalam marketing mix
(1998, hal. 281) menyatakan bahwa
harga merupakan satu-satunya
komponen yang menghasilkan
pendapatan, sedangkan unsur
lainnya dalam (marketing mix)
menunjukkan biaya. Harga adalah
jumlah uang (ditambah beberapa
produk kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya.
Menurut Marius (1995, hal. 25),
harga adalah jumlah uang yang
harus konsumen bayarkan untuk
mendapatkan produk tersebut.
sedangkan menurut Marius dalam
William (1999, hal. 174), harga
adalah jumlah uang (kemungkinan
ditambah beberapa barang) yang
dibutuhkan untuk memperoteh
beberapa kombinasi sebuah produk
dan pelayanan yang menyertainya.
Menurut Merius dalam Jerome
(1999, hal. 174), harga (price) adalah
apa yang dibebankan untuk sesuatu.
2.5 Tujuan Penetapan Harga
Menurut Merius (1999, hal. 177),
tujuan dalam penetapan harga atas
barang atau jasa yang dihasilkan
antara lain sebagai berikut:
a) Mendapatkan laba maksimal
b) Mendapatkan pengembalian
investasi yang ditargetkan atau
pengembalian
pada penjualan bersih
c) Mencegah atau mengurangi
persaingan
d) Mempertahankan atau
memperbaiki harga perlembar
saham.
Menurut Murti-John (1998, hal. 281).
tujuan suatu harga ditetapkan pada
umumnya bertujuan untuk:
a) Meningkatkan penjualan
b) Mempertahankan dan
memperbaiki harga perlembar
saham
c) Menstabilkan tingkat harga
d) Mengembalikan investasi
e) Mencapai laba maksimum.
Sedangkan menurut Alfred dan
Douglas (1984, hal. 29), sebagai
berikut: Harga yang dikemukakan
ahli ekonomi yang telah disusun
dalam teori harga umum bertujuan
untuk menganalisa semua problem
yang menyangkut harga, seperti
penentuan harga barang konsumsi,
tingkat upah, tingkat devisa, harga-
harga pasar modal dan sebagainya.
2.6 Metode Penetapan Harga
Ada beberapa metode yang dapat
digunakan sebagai rancangan dan
variasi, dalam penetapan harga
menurut Marras (1999. hal. 181-185),
harga dapat ditentukan atau
dihitung :
a) Harga didasarkan pada biaya total
ditambah laba yang diinginkan (cost
plus pricing method). Metode
penetapan harga ini adalah metode
yang paling sederhana di mana
penjualan atau produsen
menetapkan harga jual untuk satu
barang yang besarnya sama
dengan jumlah biaya per unit
ditambah dengan suatu jumlah
untuk laba yang diinginkan (margin)
pada tiap-tiap unit tersebut sehingga
formula menjadi:
Cost plus pricing method = Biaya
total + laba = Harga jual
Metode ini mempertimbangkan
bahwa ada bermacam-macam jenis
biaya dan biaya ini dipengaruhi
secara berbeda oleh kenaikan atau
penurunan keluaran (output) = hasil
nyata.
Mark Up Pricing Method
Variasi lain dari melode cost plux
adalah mark up pricing method
yang banyak dipakai oleh pedagang.
Para pedagang yang membeli
barang-barang dagangan akan
menentukan harga jualnya setelah
menambah harga belinya sejumlah
mark up (kelebihan harga jual di atas
harga belinya). Jadi formulanya
menjadi: Harga Beli + Mark Up =
Harga Jual
b) Harga yang berdasarkan pada
keseimbangan antara permintaan
dan suplai. Metode penetapan harga
yang lain adalah metode
menentukan harga terbaik demi
tercapainya laba yang optimal
melalui keseimbangan antara biaya
dengan permintaan pasar. Metode
ini memang paling cocok bagi
perusahaan yang tujuan penetapan
harga-harganya memaksimalkan
laba.
Dalam menentukan harga dan
mendayagunakannya tentunya
perlu pemahaman tentang konsep-
konsep istilah berikut seperti:
1) Biaya tetap total (Total fixed cost).
2) Biaya variabel (Variable cost).
3) Biaya total (Total cost).
4) Biaya marginal (Marginal cost).
Analisa suplai dan permintaan yang
dipakai sebagai dasar penetapan
harga kurang didayagunakan dalam
kalangan bisnis. Menurut mereka
analisa ini hanya bisa dipakai untuk
mempelajari perkembangan harga
masa lalu, tidak bisa didayagunakan
sebagai pegangan praktis dalam
penetapan harga sekarang dan akan
datang.
c) Penetapan harga yang ditetapkan
atas dasar kekuatan pasar.
Penetapan harga yang ditetapkan
atas dasar kekuatan pasar adalah
suatu metode penetapan harga
yang berorientasi pada kekuatan
pasar di mana harga akan
menentukan harga jualnya setelah
menambah harga belinya sejumlah
mark up (kelebihan harga di atas
harga belinya) Jadi furmulanya
menjadi:
Harga beli + Makr Up = Harga Jual
d) Harga yang berdasarkan
keseimbangan antara suplai dan
permintaan. Metode ini memang
paling cocok bagi perusahaan yang
tujuan penetapan harga-harganya
memaksimalkan laba.
Analisa permintaan dan suplai yang
dipakai sebagai dasar penetapan
harga kurang didayagunakan dalam
kalangan bisnis. Menurut mereka
analisa ini hanya bisa digunakan
untuk mempelajari perkembangan
harga masa lalu, tidak dapat
dipergunakan sebagai pegangan
praktis dalam penetapan harga
sekarang dan akan datang.
e) Penetapan harga atas dasar
kekuatan pasar. Penetapan harga ini
merupakan suatu metode
penetapan harga yang berorientasi
pada kekuatan pasar dimana harga
jual dapat ditetapkan sama dengan
harga jual pesaing, di atas harga
pesaing atau di bawah harga
pesaing.
1) Penetapan harga sama dengan
harga saingan. Penetapan harga
seperti ini memang akan lebih
menguntungkan jika dipakai pada
saat harga dalam persaingan itu
tinggi. Dan pada umumnya
digunakan oleh penjual untuk
barang-barang standar.
2) Penetapan harga di bawah harga
saingan. Penetapan harga seperti ini
biasanya digunakan oleh para
pengecer dan seringkali produsen
tidak mengetahui adanya praktek-
praktek yang demikian. Pengecer
pada dasarnya melihat bahwa nama
baik produsen ikut membawa nama
baik pengecer.
3) Penetapan harga di atas harga
saingan. Penetapan harga demikian
memang hanya sesuai digunakan
oleh perusahaan yang sudah
memiiiki reputasi atau perusahaan
yang menghasilkan barang-barang
prestise. Hal ini dilatarbelakangi
suatu pertimbangan bahwa
seringkali konsumen kurang
memperhatikan harga dalam
pembeliannya, tetapi konsumen
lebih mengutamakan kualitas/faktor
prestise yang akan diperolehnya dari
barang tersebut.
Menurut Murti-John (1998, hal.
284-288), metode penetapan harga
sebagai berikut:
a) Menghitung seluruh biaya tiap
unit ditambah marjin tertentu (laba
yang dikehendaki).
b) Menghitung terlebih dulu titik
pulang pokok penjualan atau Break
Even Point, yaitu titik di mana
jumlah penerimaan penjualan persis
sama dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan (Total Revenue = Total
Cost), apabila penjualan berada di
bawah BEP, maka perusahaan
menderita kerugian.
c) Menetapkan harga yang setinggi-
tingginya. Hal ini biasanya
mempunyai tujuan:
1) Untuk berjaga-jaga terhadap
kekeliruan di dalam penetapan harga
2) Untuk mempertinggi citra produk
3) Untuk mencapai keuntungan per
kesatuan produk yang tinggi.
Kelemahan metode ini ialah:
a. Sulit untuk menemukan pembeli
yang bersedia membeli produk baik
produk itu masih baru maupun
yang telah berada pada tahap
kejenuhan.
b. Memberi kesempatan kepada
pesaing untuk merebut konsumen.
d) Menetapkan harga yang
serendah-rendahnya. Strategi ini
dapat dipakai apabila perusahaan
menginginkan volume penjualan
yang tinggi dan laba tiap kesatuan
produk relatif rendah. Namun
demikian strategi ini dirasa lebih
agresif dapat memperkuat
kedudukan perusahaan di pasar.
Dalam penetapan harga, sering kita
jumpai harga ditetapkan secara:
a) Psikologis. Penetapan harga ini
biasanya diberikan pada para
penyalur atau pengecer.
b) Bertingkat. Penetapan ini juga
lebih sering digunakan oleh
pengecer daripada pedagang besar
atau oleh perusahaan sendiri.
c) Pemberian potongan pembelian:
Di sini penjual memberikan
potongan (discount) yaitu,
pengurangan dari harga yang ada
dan potongan ini diwujudkan dalam
bentuk tunai.
Beberapa jenis potongan pembelian
yaitu : a. potongan kuantitas, b.
potongan tunai, c. Potongan dagang
d) Geografis. Penjualan kadangkala
membedakan harga produk untuk
daerah penjualan yang berbeda-
beda. Hal ini disebabkan untuk
pengiriman keluar kota/keluar pulau
harus, ditambah ongkos kirim atau
ongkos angkut. Sehingga bisa
ditanggung seluruhnya oleh penjual
atau pembeli dapat pula ditanggung
secara bersama-sama yaitu masing-
masing menanggung sebagian saja.
2.7 Metode Penentuan Harga Pokok
Untuk penentuan besarnya harga
pokok produk dalam proses awal
periode dapat dipakai tiga metode,
yaitu:
a) Metode harga pokok rata-rata
(avarge costing method).
Perlakuan produk dalam proses
awal dengan rnetode harga pokok
rata-rata memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Setiap elemen harga pokok
produk dalam proses awal
digabungkan dengan elemen biaya
yang terjadi dalam periode yang
bersangkutan.
2) Oleh karena setiap elemen harga
pokok produk dalam proses
digabungkan dengan biaya periode
yang bersangkutan, harga pokok
produk dalam proses awal harus
dipecah kembali ke dalam setiap
elemen biaya.
3) Produksi Ekuivalen = Produk
Selesai + Produk Dalam Proses
Akhir (Tingkat Penyelesaian).
4) Besarnya harga pokok satuan
untuk setiap elemen biaya dihitung
dengan cara membagi jumlah total
elemen biaya yang bersangkutan
setelah digabung dengan jumlah
produksi ekuivalen dari elemen
biaya yang bersangkutan.
5) Tidak dibedakan asal dari produk
selesai dan produk dalam proses
akhir apakah dari produk dalam
proses awal atau dari produk yang
baru dimasukkan proses.
b) Metode harga pokok pertama
masuk pertama ke luar (first in first
out costing method).
Perlakuan produk dalam proses
awal dengan metode harga pokok
pertama masuk pertama ke luar
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Proses produksi dianggap untuk
menyelesaikan produk dalam
proses awal menjadi produk selesai,
baru kemudian untuk mengolah
produk yang baru masuk proses
yang sebagian akan menjadi bagian
produk selesai yang disebut
production current dan sisanya
merupakan produk dalam proses
pada akhir periode.
2) Setiap elemen harga pokok
produk dalam proses awal tidak
digabungkan dengan elemen biaya
yang terjadi dalam penode yang
bersangkutan.
3) Harga pokok produk dalam
proses pada awal penode tidak perlu
dipecah kembali menurut
elemennya ke dalam setiap elemen
biaya.
4) Produksi ekuivalen = (Produksi
dalam proses awal x Tingkat
penyelesaian yang diperlukan) +
Produksi current + (Produk dalam
proses akhir x Tingkat penyelesaian
yang sudah dinikmati).
5) Besarnya harga pokok satuan
setiap elemen biaya dihitung sebesar
elemen biaya yang terjadi pada
periode yang bersangkutan dibagi
jumlah produksi ekuivalen dari
elemen biaya yang bersangkutan.
6) Harga pokok produk selesai
dipisahkan menjadi dua golongan,
pertama, produk selesai yang
berasal dari produk dalam proses
awal, kedua, produk selesai yang
berasal dari produksi current.
c) Metode harga pokok terakhir
masuk pertama ke luar (last in first
out costing method).
Perlakuan produk dalam proses
awal dengan metode terakhir masuk
pertama ke luar memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Proses produksi dianggap untuk
menyelesaikan produk yang baru
masuk proses pada periode yang
bersangkutan, apabila semua
produk yang baru masuk proses
sudah dapat diselesaikan kemudian
untuk mengolah produk dalam
proses awal.
2) Setiap elemen harga pokok
produk dalam proses awal periode
tidak perlu
digabungkan dengan setiap elemen
biaya yang terjadi pada periode
yang
bersangkutan.
3) Besarnya produksi ekuivalen
dapat dihitung sebagai berikut:
a. Proses ekuivalen = Produk selesai
+ ((Produk dalam proses akhir x
Tingkat penyelesaian yang sudah
dinikmati) - (Produk dalam proses
awal x Tingkat penyelesaian yang
sudah dinikmati periode
sebeyimnya)).
b. Produksi ekuivalen = Produk
selesai dari produk yang baru
masuk proses - Tingkat
penyelesaian yang masih diperlukan
untuk menyelesaikan).
4) Besarnya harga pokok satuan
setiap elemen biaya dihitung dengan
cara membagi elemen biaya tertentu
yang terjadi pada periode yang
bersangkutan dengan produksi
ekuivalen biaya yang bersangkutan.
5) Dibedakan asal dari produk selesai
atau produk dalam proses akhir dari
produk yang baru masuk proses
dengan yang berasal dari produk
dalam proses awal.
2.8 Metode Pengumpulan Harga
Pokok
Menurut Supriyono (1983, hal. 36),
secara ekstrim pola pengumpulan
harga pokok dapat dikelompokkan
menjadi dua metode yaitu:
a) Metode harga pokok pesanan (job
order coal method)
Metode harga pokok pesanan adalah
metode pengumpulan harga pokok
produk di mana biaya dikumpulkan
untuk setiap pesanan atau kontrak
atau jasa secara terpisah, dan setiap
pesanan atau kontrak dapat
dipisahkan identitasnya. Pengolahan
produk akan dimulai setelah
datangnya pesanan dari langganan/
pembeli melalui dokumen pesanan
penjualan (sales order), yang
memuat jenis dan jumlah produk
yang dipesan, spesifikasi pesanan,
tanggal pesanan diterima dan harus
diserahkan. Contoh perusahaan
yang berproduksi atau
menghasilkan jasa atas dasar
pesanan misalnya perusahaan
percetakan, kontraktor bangunan,
kantor akuntan atau konsultan,
pabrik botol dan sebagainya.
b) Metode harga pokok proses
(proses cost method)
Metode harga pokok proses adalah
rnetode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan
untuk setiap satuan waktu tetentu,
misalnya bulan, triwulan, semester,
tahun.
Pada metode harga pokok proses
perusahaan menghasilkan produk
yang homogen, bentuk produk
bersifat standar, dan tidak
tergantung spesifikasi yang diminta
oleh pembeli. Contoh perusahaan
yang menghasilkan produk atau
jasa dasar proses misalnya: pabrik
semen, kertas, petrokimia, tekstil,
penyulingan minyak mentah, PLN,
air minum, perusahaan angkutan
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfred dan Douglas, Teori Ekonomi
(Permintaan dan Pengendalian), Edisi
Kesatu. Penerbit Ghalia Indonesia,
1979.
Angipora, Menus P., Dasar-dasar
Pamasaran, Edisi Kesatu. Penerbit
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999.
Harnanto, Akuntansi Biaya:
Perhitungan Harga Pokok Produk,
Penerbit BPFE-Yogyakarta, 1991.
Matz Usry, Akuntansi Biaya
(Perencanaan dan Pengendalian),
Jilid 1, Edisi Kedelapan. Penerbit
Erlangga, 1988.
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penerbit
BPFE-Yogyakarta, 1990.
Sumarni, Murti dan Soeprihanto
Jhon, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar
Ekonomi Perusahaan), Edisi kelima,
Penerbit Liberti, Yogyakarta, 1987.
Supriono, Akuntansi Biaya:
Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok, Penerbit
BPFE,Yogyakarta, 1983.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar