Salah satu masalah yang
akrab dengan kaum
perempuan adalah
keputihan. Keluhan ini
terjadi karena infeksi
yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus, jamur,
atau pun parasit.
Keputihan yang secara
medis dikenal dengan
sebutan Fluor Albus atau
Leucorrhoea, merupakan
sekresi vaginal abnormal
yang terjadi pada
perempuan, baik muda
maupun tua.
Kemungkinan terjadinya
infeksi keputihan ini
dapat meningkat saat
kehamilan.
Perempuan hamil
memiliki kemungkinan
mengalami keputihan
lebih rentan karena
perubahan hormonal
yang dialami ketika
hamil. Saat hamil, vagina
akan terasa lebih
lembab, terutama ketika
telah menginjak bulan
terakhir kehamilan.
Keputihan harus
ditangani secara tepat
dan jangan dianggap
sepele, karena dapat
berefek buruk pada
janin.
Menurut Dr. Dwiana
Ocviyanti, Sp.OG,
keputihan pada
perempuan hamil terjadi
karena meningkatnya
produksi cairan dan
penurunan keasaman
vagina yang disertai
dengan perubahan
kondisi pencernaan.
Berbagai perubahan
hormonal tersebut
meningkatkan risiko
terjadinya keputihan
akibat infeksi jamur.
Infeksi keputihan dapat
dikategorikan menjadi
dua, yaitu normal
(fisiologis) dan tidak
normal (patologis). Bila
normal, maka cairan
yang keluar berupa
cairan kental yang
cenderung jernih atau
sedikit kuning, namun
tidak berbau dan tidak
gatal. Bila tidak normal,
maka cairan yang keluar
berupa cairan kental
berwarna kehijauan atau
bercampur darah, dan
memiliki bau yang
disertai gatal dan nyeri.
Secara umum, keputihan
pada perempuan hamil
disebabkan oleh infeksi
jamur Candida sp.
Keputihan terjadi pada
awal kehamilan hingga
trimester akhir
menjelang kelahiran. Bila
keputihan yang dialami
disebabkan oleh infeksi
jamur, maka keputihan
akan lebih buruk pada
bulan terakhir kehamilan
karena tingginya
kelembaban vagina.
Bila Anda mengalami
gejala-gejala keputihan,
maka Anda harus segera
berkonsultasi dengan
dokter untuk
mendapatkan
penanganan agar infeksi
tidak berlanjut. Terlebih
bagi ibu hamil, keputihan
harus ditangani dengan
baik disertai dengan
pemeriksaan agar
mendapat terapi yang
sesuai dan tidak
membahayakan janin.
Keputihan yang tidak
ditangani dengan baik
dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya
keguguran atau
kelahiran prematur.
Bahkan, keputihan yang
terus berlangsung
setelah kelahiran dapat
memperbesar risiko
penyakit pada anak,
seperti radang otak
(ensefalitis), ayan
(epilepsi), maupun
gangguan pernapasan
dan pencernaan, dan
berbagai penyakit lain.
Konsultasi dengan dokter
dan diagnosa yang
disertai penanganan
yang tepat dapat
mencegah infeksi
berlanjut dan melindungi
janin Anda dari berbagai
kemungkinan penyakit.
Perlu diingat pula bahwa
suami memegang
peranan penting dalam
pencegahan dan
penanganan keputihan
pada ibu hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar